“Mas, kamu dengar kan itu? Kamu enggak akan mengubah keputusan kamu, kan? Ingat Mas, jika kamu mencoba untuk mengubahnya, kamu tahu kan apa yang akan terjadi?” ancam Vina seketika menatap tajam ke arah Raga buang diam mematung. “Kamu mengancam aku, Vina?” balas Raga mencengkeram tangan Vina.Vina tersenyum sinis dan lalu berkata, “Aku enggak mengancam kamu , hanya saja mengingatkan saja.” Mata Vina mengisyaratkan ke perut Vina yang masih terlihat datar.Raga seketika terkejut dan mulai menebak apa yang ada dipikiran Vina. “Apa maksudmu? Ka—kamu hamil? Dengan siapa Vina, kamu selingkuh dariku?” mata Raga sampai melotot hampir keluar. Napasnya memburu dan lebih mencengkeram kuat tangan Vina sehingga wanita cantik itu merasa kesakitan “Mas, augh sakit, Mas! Lepaskan! Kamu membuat tanganku sakit!” teriaknya sambil terus berusaha melepaskan tangan Raga yang begitu kuat. Raga lalu mendorongnya sampai terjatuh di ranjang. Pakaian kurang bahannya pun tersingkap tapi Raga tak bereaksi
masih prustasi karena tidak mendapatkan nama Viona. Sepanjang jalan pria tampan itu menggerutu dan melamunkan apa yang dilakukan oleh Viona bersama Rama. Kesal bercampur marah. Hampir saja Raga kehilangan kendali pada saat menyetir karena ingin menabrak pembatas jalan. “Sial, kenapa denganku? Kenapa aku sangat marah ketika Viona pergi dengan pria lain? Aku cemburu? Tidak aku tidak cemburu hanya saja dia kan berstatus kan seorang istri dari pengusaha muda bernama Raga Handika Subrata, apa kata orang nanti, iya kan?” Kesalnya dalam hati. Lima belas menit kemudian Raga pun sampai di panti jompo itu. Dengan cepat Raga turun dari mobil bahkan dia pun memikirkan mobilnya dengan sembarangan.“Assalamualaikum!” sapa Raga sambil mengetuk pintu. Tak ada jawaban dari tempat itu. Suasana terlihat sangat sepi. Tangan Raga mengepal kuat bahkan dadanya terasa sesak karena Raga belum bisa menemukan keberadaan Viona. Pria tampan itu kembali mengetuk pintu itu tapi tetap saja tak ada sahutan
“Apa kamu bilang?” geram Raga. “Terus kenapa kamu berkeringat sih? “ tangan Viona pun mengambil tissu di meja dan mengelap keringat itu dengan lembut. Perlakuan manis Viona membuat jantung Raga kembang kempis. Apalagi begitu dekat sehingga bisa melihat dengan jelas wajah manis istrinya itu.Viona yang akhirnya sadar kalau suaminya sendiri memperhatikan penampilan dirinya sehingga dia pun sedikit menggoda Raga. “Kenapa Mas, kamu baru tahu ya istrimu cantik iya kan?” goda Viona sambil mengedipkan matanya.“Jangan geer ya. Dan sajak kapan kamu dandan seperti ini. Kamu mau mencari perhatian di sini? Siapa yang kamu goda? Ingat Viona kamu itu ...”“Justru itu Mas, untung aku masih ingat kalau kamu itu suami, makanya aku ajak kamu ke sini takut ada yang tergoda dengan pesonaku di sini, seperti Mas Rama,” sindir Viona tersenyum.Wajah Raga memerah hampir seperti kepiting rebus. Memang benar pesona si hitam manis itu sudah membuatnya geram. Apalagi mendengar kalau istrinya itu di jemput
Viona melihat Raga dari jarak jauh yang masih sibuk berjabat tangan dan berbicara dengan beberapa orang yang memakai pakaian kantor sama dengannya. Bukan sengaja melainkan Rama yang telah mengundang mereka untuk hadir dalam acara itu. Alasannya sudah pasti ingin membuat Raga sibuk dengan mereka sehingga perhatiannya pun teralihkan untuk Viona. “Kamu lihat sendiri kan suamimu itu sibuk dan merasa bangga dikelilingi oleh banyak partner bisnis, dia memang sangat berkharisma,” puji Rama sengaja sembari melirik ke arah Viona yang terlihat memandang terus ke suaminya. “Iya, Mas Rama benar dia memang sangat berkharisma dan tidak cocok berdampingan denganku,” jawab Viona pelan.“Apa maksudmu?”tanya Rama bersimpatik.Wanita manis itu menghela napas panjang dan lalu berkata, “Mas tahu kadang apa yang terlihat di depan belum tentu yang sebenarnya. Mas Raga begitu bahagia dan tersenyum tapi senyumannya itu tersimpan rasa beban. Dia sebenarnya tidak bahagia Mas, dia tertekan karena sudah me
“Mas, kenapa kamu malah memesan kamar? Kenapa kita tidak pulang saja ke rumah aku ...” Ucapannya terpotong saat Raga memeluknya.“Sudah aku bilang kan, aku akan menyembuhkan kamu dengan cepat. Lagian Rama itu memberikan obat apa sih jangan-jangan kadaluwarsa lagi, masa efeknya enggak ngaruh sama kamu. Harus diajarkan juga” protes Raga sedikit kesal. “Maa, aku enggak bisa napas ini, aku lagi kegerahan malah kamu peluk, lepas dulu aku mau buka baju, panas banget,” protes Viona yang berusaha melepaskan pelukan erat dari Raga.Raga pun melepaskannya. Dan Viona langsung membuka pakaiannya. Raga pun ikut melepaskan pakaiannya yang membuat Viona bingung. “Kamu mau ngapain Mas, kenapa ikutan buka baju sih aku mau mandi dulu,” protes Viana. Tanpa kata-kata setelah Raga selesai dia pun menghampiri Viona. Pandangan mereka kembali beradu. Raga semakin mendekati Viona dan memberikan kecupan manis di bibirnya membuat Viona ikut merasakan kebahagiaan. ***Sementara itu, Rama tak henti-hentinya k
“Mas, halo apa yang kamu lamunkan? Vio benar kan?” tanya Viona lagi.Raga tak menjawab, dia langsung beranjak dari atas ranjang itu dan pergi ke kamar mandi. “Mas, kamu enggak sopan pergi begitu saja seperti itu,” teriak Viona melihat suaminya dengan santai berjalan menuju kamar mandi tanpa menggunakan apa pun.“Mau mandi bersama?” pinta Raga menatap tajam. Viona yang sudah berbalik badan yang tak ingin melihat suaminya begitu indah di mata membuat wajahnya merona. Dia pun berkata, “Nggak usah Mas, duluan saja. Bukan mandi nantinya malah lanjut lagi remuk lagi badanku,” gerutunya kesal. “Oke,” ucapnya santai dan melanjutkan langkahnya. “Huh Mas Raga, dia terlalu sempurna buatku. Pantas saja mbak Vina begitu sangat mencintainya sudah tampan dan kaya lagi, tapi aku tidak pantas untuknya,” batin Viona terlihat sendu. Tak lama kemudian terdengar suara ponsel berbunyi. Viona pun mencarinya.“Ini kan ponsel Mas Raga?” Viona mengambil ponsel itu yang berada diatas tempat tidur. Dan ter
“Sudah aku katakan jangan mencampuri rumah tangga orang lain, cukup persaingan bisnis saja diantara kita tanpa melibatkan yang lain? Kenapa? Apakah kamu sudah tidak laku dipasaran sehingga mau menggoda istri orang lain?” bentak Raga yang masih terlihat emosi.Rama menahan rasa sakit dan menghapus bercak darah dari sudut bibirnya karena pukulan dari Raga tadi. “Aku tidak melakukan apa pun dengan istrimu, buktinya aku malah berada di rumah sakit ini, mungkin ada orang lain yang juga tidak menyukaimu. ““Viona menjadi kehilangan kesadarannya setelah dia minum bersamamu. Orange jus?” kesal Raga kembali. Rama tertawa garing dan lalu berkata, “ Sepertinya kamu tidak tahu apa yang menjadi minuman kesukaan Viona kan? Aku berada di rumah sakit karena aku sangat alergi dengan minuman itu. Aku terpaksa meminumnya karena aku sengaja mencari perhatian Viona, itu saja dan sekarang kamu lihat sendiri kan, aku berada di rumah sakit?” teriak Rama dengan tersenyum sinis.“Aku tidak percaya dengan
“Kenapa kamu diam Raga? Apakah yang Papi katakan benar kalau kamu sudah melakukan hal itu?” tanya ulang Papi Seno menegaskan. Tatapan pria paru baya itu lebih tajam ke arah Raga putra kesayangannya itu. “Ra—Raga enggak tahu Pi. Raga tidak pernah melakukan hal itu tapi ...” Papi Seno langsung melayangkan sebuah tamparan keras tanpa mendengarkan penjelasan putranya. Opa Lukman sedikit terkejut tapi juga membiarkan Seno melakukan hal itu. “Kamu ragu menjawab Raga. Papi sudah bilang kan dari awal wanita itu tidak pantas denganmu. Kamu saja yang buta karena cinta. Kamu tidak tahu bagaimana kelakuan Vina diluar sana. Mungkin dia sudah banyak merayu para pria hidung belang itu untuk merasakan kehangatannya dan kamu yang disuruh bertanggungjawab!” teriak Papi Seno terlihat sangat marah. Opa Lukman hanya diam saja, mendengarkan perdebatan mereka ayah dan anak itu. Raga berisi keras tidak pernah berhubungan lebih jauh dari itu tapi dia juga bingung kenapa Vina bisa hamil anaknya. Setahu
Viona terpaku dengan ucapan Raga barusan hampir saja jantung seperti mau copot saat Raga mengutarakan kata demi kata yang dirangkai menjadi satu kalimat itu. Raga memperhatikan ekspresi wajah istrinya itu. Tak ada jawaban sehingga dengan berani pria tampan itu mendaratkan kecupan hangat. Tak ada responsnya sehingga Raga menggigit bibir bawah Viona sedikit keras. Viona pun memukul Raga dan langsung melepaskannya. Viona mendorong tubuh Raga dengan keras.“Apaan sih kamu, Mas?” kesalnya kemudian. “Karena kamu tidak memberikan jawaban. Sekarang katakan aku berhak kan atas dirimu. Aku adalah suamimu dan itu yang harus kamu tanamkan dalam pikiranmu. Kamu tidak boleh pergi tanpa seizin suami tampanmu ini. Kamu enggak mau kan dibilang wanita murahan?” tatapan Raga semakin tajam seakan ingin menguliti tubuhnya. Viona tersenyum sinis mendengar perkataan suaminya itu dan lalu berkata, “Kenapa kamu seperti ini Mas, bukannya kamu sendiri yang membuat peraturan agar tidak boleh mencampur
Raga tak menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh mereka. Meskipun dalam hati ingin sekali memarahi orang itu yang telah dianggap menghinanya itu. Apalagi melihat orang itu tampak lebih tua darinya sehingga malas untuk berdebat panjang lebar. Jalanan masih macet membuatnya semakin kesal apalagi orang di samping itu terus mengoceh sambil menertawakan tingkah Raga yang seperti anak kecil. “Sudahlah Bro, jangan marah-marah nanti kena stroke loh. Hidup itu dibawa enjoy saja jangan terlalu dibawa emosi. Kadang kita harus menerima takdir meskipun itu sulit untuk kita jalankan tapi bukan berarti kita patah semangat. Kejarlah jika kamu melihat itu masih mempunyai harapan. Jangan pesimis sebelum kamu berusaha. Ada pepatah mengatakan usaha tidak akan mengkhianati hasilnya, bukan?” orang tua itu berbicara panjang lebar membuat Raga terdiam sejenak dan memperhatikan lawan bicaranya itu. Raga menghela napas panjang dan kemudian berkata, “ Bapak mempercayai takdir dan cinta?” tanya Raga pena
Santi begitu bahagia bisa bertemu dengan wanita yang pernah menyelamatkan hidupnya. “Mbak Vio—Viona kan? Yang waktu itu membantu saya menyelesaikan laporan untuk Pak Raga? Enggak salah lagi saya masih ingat dengan wajah Mbak yang baik ini,” jelas Santi bersemangat.Wanita manis itu pun tersenyum dan berkata, “iya Mbak Santi saya Viona dan kenapa Mbak Rosa ada masalah? Dimarahi Pak Raga? Di mana dia, masih ada di ruangannya kan?” tanya Viona kepada Rosa tang terlihat terkejut. “Selamat siang Bu Vio, maaf Pak Raga baru saja keluar. Sepertinya ada hal yang mendesak sehingga beliau tadi buru-buru pergi sampai meninggalkan rapat nanti dengan klien di jam dua siang ini, Bu,” jelas Rosa bingung. “Oh iya, dia tidak memberitahukan pergi ke mana?” tanya Viona masih penasaran. “Enggak Bu,” jawab Rosa singkat. “Apa Mas Raga pergi menemui Mbak Vina ya? Mungkin saja kan? Wanita itu sangat beruntung sekali selalu dikhawatirkan oleh Mas Raga, sedangkan aku hanya istri pajangannya saja,” ucap
“Ya Halo?” “Di mana Viona? Di mana istriku!” “Selamat siang Raga.”Suara bariton itu membuat mata Raga melotot dengan dada bergemuruh. Bagaimana tidak ponsel Viona dijawab oleh Rama.“Kenapa kamu yang memegang ponsel istriku! Di mana istriku!” “Istrimu? Sungguh dia istrimu? Tapi kenapa dia ada bersamaku ya?”“Kamu jangan menyentuh sedikit pun dari tubuh istriku jika tidak mau nyawa kamu melayang!” “Oh ya, kami sedang menikmati kopi susu dan saling berbincang, mungkin sebentar lagi kami akan ...”“Bajingan, cepat berikan teleponnya kepada istriku!” “Sebentar, dia sedang di kamar mandi perlu aku masuk ke sana?” “Aku akan menguliti kamu Rama jika sampai menyentuh istriku!” “Kenapa Raga, bukannya kamu tidak mencintai Viona? Kenapa kamu marah? Kamu juga sering pergi dengan Vina, kamu tidak memikirkan perasaan Viona, kan? Sudahlah Raga jangan serakah. Cukup satu wanita saja. Ceraikan Viona!” “Jangan mencampuri urusan orang lain Rama? Kenapa kamu sangat tertarik dengan istri orang la
“Kenapa kamu diam Raga? Apakah yang Papi katakan benar kalau kamu sudah melakukan hal itu?” tanya ulang Papi Seno menegaskan. Tatapan pria paru baya itu lebih tajam ke arah Raga putra kesayangannya itu. “Ra—Raga enggak tahu Pi. Raga tidak pernah melakukan hal itu tapi ...” Papi Seno langsung melayangkan sebuah tamparan keras tanpa mendengarkan penjelasan putranya. Opa Lukman sedikit terkejut tapi juga membiarkan Seno melakukan hal itu. “Kamu ragu menjawab Raga. Papi sudah bilang kan dari awal wanita itu tidak pantas denganmu. Kamu saja yang buta karena cinta. Kamu tidak tahu bagaimana kelakuan Vina diluar sana. Mungkin dia sudah banyak merayu para pria hidung belang itu untuk merasakan kehangatannya dan kamu yang disuruh bertanggungjawab!” teriak Papi Seno terlihat sangat marah. Opa Lukman hanya diam saja, mendengarkan perdebatan mereka ayah dan anak itu. Raga berisi keras tidak pernah berhubungan lebih jauh dari itu tapi dia juga bingung kenapa Vina bisa hamil anaknya. Setahu
“Sudah aku katakan jangan mencampuri rumah tangga orang lain, cukup persaingan bisnis saja diantara kita tanpa melibatkan yang lain? Kenapa? Apakah kamu sudah tidak laku dipasaran sehingga mau menggoda istri orang lain?” bentak Raga yang masih terlihat emosi.Rama menahan rasa sakit dan menghapus bercak darah dari sudut bibirnya karena pukulan dari Raga tadi. “Aku tidak melakukan apa pun dengan istrimu, buktinya aku malah berada di rumah sakit ini, mungkin ada orang lain yang juga tidak menyukaimu. ““Viona menjadi kehilangan kesadarannya setelah dia minum bersamamu. Orange jus?” kesal Raga kembali. Rama tertawa garing dan lalu berkata, “ Sepertinya kamu tidak tahu apa yang menjadi minuman kesukaan Viona kan? Aku berada di rumah sakit karena aku sangat alergi dengan minuman itu. Aku terpaksa meminumnya karena aku sengaja mencari perhatian Viona, itu saja dan sekarang kamu lihat sendiri kan, aku berada di rumah sakit?” teriak Rama dengan tersenyum sinis.“Aku tidak percaya dengan
“Mas, halo apa yang kamu lamunkan? Vio benar kan?” tanya Viona lagi.Raga tak menjawab, dia langsung beranjak dari atas ranjang itu dan pergi ke kamar mandi. “Mas, kamu enggak sopan pergi begitu saja seperti itu,” teriak Viona melihat suaminya dengan santai berjalan menuju kamar mandi tanpa menggunakan apa pun.“Mau mandi bersama?” pinta Raga menatap tajam. Viona yang sudah berbalik badan yang tak ingin melihat suaminya begitu indah di mata membuat wajahnya merona. Dia pun berkata, “Nggak usah Mas, duluan saja. Bukan mandi nantinya malah lanjut lagi remuk lagi badanku,” gerutunya kesal. “Oke,” ucapnya santai dan melanjutkan langkahnya. “Huh Mas Raga, dia terlalu sempurna buatku. Pantas saja mbak Vina begitu sangat mencintainya sudah tampan dan kaya lagi, tapi aku tidak pantas untuknya,” batin Viona terlihat sendu. Tak lama kemudian terdengar suara ponsel berbunyi. Viona pun mencarinya.“Ini kan ponsel Mas Raga?” Viona mengambil ponsel itu yang berada diatas tempat tidur. Dan ter
“Mas, kenapa kamu malah memesan kamar? Kenapa kita tidak pulang saja ke rumah aku ...” Ucapannya terpotong saat Raga memeluknya.“Sudah aku bilang kan, aku akan menyembuhkan kamu dengan cepat. Lagian Rama itu memberikan obat apa sih jangan-jangan kadaluwarsa lagi, masa efeknya enggak ngaruh sama kamu. Harus diajarkan juga” protes Raga sedikit kesal. “Maa, aku enggak bisa napas ini, aku lagi kegerahan malah kamu peluk, lepas dulu aku mau buka baju, panas banget,” protes Viona yang berusaha melepaskan pelukan erat dari Raga.Raga pun melepaskannya. Dan Viona langsung membuka pakaiannya. Raga pun ikut melepaskan pakaiannya yang membuat Viona bingung. “Kamu mau ngapain Mas, kenapa ikutan buka baju sih aku mau mandi dulu,” protes Viana. Tanpa kata-kata setelah Raga selesai dia pun menghampiri Viona. Pandangan mereka kembali beradu. Raga semakin mendekati Viona dan memberikan kecupan manis di bibirnya membuat Viona ikut merasakan kebahagiaan. ***Sementara itu, Rama tak henti-hentinya k
Viona melihat Raga dari jarak jauh yang masih sibuk berjabat tangan dan berbicara dengan beberapa orang yang memakai pakaian kantor sama dengannya. Bukan sengaja melainkan Rama yang telah mengundang mereka untuk hadir dalam acara itu. Alasannya sudah pasti ingin membuat Raga sibuk dengan mereka sehingga perhatiannya pun teralihkan untuk Viona. “Kamu lihat sendiri kan suamimu itu sibuk dan merasa bangga dikelilingi oleh banyak partner bisnis, dia memang sangat berkharisma,” puji Rama sengaja sembari melirik ke arah Viona yang terlihat memandang terus ke suaminya. “Iya, Mas Rama benar dia memang sangat berkharisma dan tidak cocok berdampingan denganku,” jawab Viona pelan.“Apa maksudmu?”tanya Rama bersimpatik.Wanita manis itu menghela napas panjang dan lalu berkata, “Mas tahu kadang apa yang terlihat di depan belum tentu yang sebenarnya. Mas Raga begitu bahagia dan tersenyum tapi senyumannya itu tersimpan rasa beban. Dia sebenarnya tidak bahagia Mas, dia tertekan karena sudah me