Kesekian kalinya Bobby Sanjaya berkunjung ke kantor Nano-ID untuk absen harian. Pagi ini Bobby ditemani putra kebanggaannya, Robert!Stefan akan menjadikan hari ini awal dari sebuah klimaks cerita. Dia mengumpulkan orang-orang yang dulu sering meremehkannya.Stefan menyandarkan punggungnya sambil melipat tangan di dada, lalu berkata dingin, “Cepat suruh istri dan anak wanitamu ke sini sekarang!” titah Stefan pada Bobby.Bobby tertunduk lunglai dan menjawab, “Mereka agak siang baru bisa ke sini.”Stefan membentak emosi. “Aku minta sekarang! Cepat hubungi! Apa kau ingin agar aku tidak mengurusi perusahaanmu dan menelantarkannya ha?”Tangan Bobby gemetar, segera dia mengambil ponsel yang ada di saku celananya dan menghubungi istri dan anaknya. Sekitar lima belas menit kemudian mereka tiba.Chyntia rela meninggalkan pekerjaan rumah dan Luchy terpaksa telat kuliah karena hanya ingin absen harian di ruang kerja Stefan.Stefan menatap Robert Sanjaya lurus-lurus, lalu berkata, “Hei kau! Pangg
Pagi ini di kantor Sanjaya Techno, Surabaya.Di salah satu sudut kantor, Pak Anggara selaku direktur utama perusahaan sedang berbicara bersama sekretarisnya. “Lionny, semua dokumen sudah kau persiapkan?” tanyanya.Lionny mengangguk dan menjawab, “Ya, semua sudah siap, Pak. Kuasa hukum dan lainnya juga sudah dijadwalkan dan diharapkan mereka tidak akan telat.”Lionny fokus mengurus karirnya di perusahaan. Gugatan cerai yang dia bawa ke pengadilan sudah kelar, maka dengan ini statusnya bukan lagi istri dari Erick. Dia sudah menjanda.Dia juga melepaskan diri dari pengaruh keluarganya di Jakarta. Meski telah berusaha semampunya dengan cara menjalin hubungan baik serta memberikan upaya maksimal kepada pihak keluarganya, hasilnya nihil, dia tetap tidak begitu dihargai.Lionny tidak ambil pusing soal hampir bangkrutnya enam perusahaan Sanjaya Group yang lain. Dia hanya ingin menyelamatkan Sanjaya Techno, perusahaan yang paling dicintai oleh mendiang Kakek Sanjaya. Bisa jadi dengan ini merup
Lionny tersenyum sebelah. Hatinya terombang-ambing dalam waktu yang singkat. Stefan bukanlah pujangga atau pun tipe pria romantis seperti sebagian pria, tapi tipe pria setia seperti dirinya jika mengeluarkan kalimat puitis, tidak pernah bohong.“Stefan, kalimat itu adalah kalimat yang kau ucapkan sebelum kau akan berangkat ke Swiss. Kalimat itu membuatku susah tidur. Dan aku tidak ingin setelah mendengar kalimat itu kembali, kau akan terkena musibah. Semoga Tuhan selalu menjagamu.”Stefan menatap mata Lionny dan berkata, “Aku mendapat informasi dari Pak Anggara bahwa ada seorang sekretaris janda. Aku bilang padanya, apa kira-kira dia berkenan jika menjadi istriku.”“Stefan, berhentilah bercanda!” Lionny melipat tangan di dada.Stefan tersenyum renyah. “Aku rindu kau, Lionny. Jika ada proposal yang kau ajukan, meski seribu jumlahnya, CEO Nano-ID pasti akan menyetujuinya!” Stefan menaik-turunkan alisnya, berharap Lionny bisa sedikit tersenyum malam hari ini.Padahal, Lionny ingin jatuh
Malam harinya, Stefan beristirahat di salah satu hotel yang cukup ternama di Surabaya. Dia harus tidur cukup karena besok pagi sudah harus berangkat lagi ke Jakarta.Namun, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya. Stefan yang hanya pakai celana pendek dan bertelanjang dada pun langsung mengambil kaos oblong dan segera membukakan pintu.Baru saja pintu terbuka, seorang wanita dengan memakai rok mini dan tampak belahan di dadanya berbicara tergesa-gesa. “Anda Stefan? Tolong saya!” Mata wanita itu nanar dengan wajah kebingungan.Seketika Stefan agak heran atas kehadiran wanita ini. “Siapa Anda? Saya tidak mengenal Anda?” tanyanya dengan raut muka penasaran.“Nama saya Helena. Saya butuh pertolongan Anda. Bolehkan saya masuk?” katanya penuh harap.Stefan pikir, ‘Orang ini seperti ingin pergi ke kleb’. Stefan menjawab, “Sebentar, Anda ke sini dengan siapa? Siapa yang telah menyuruh Anda?” Stefan tidak bakal gegabah dan salah dalam mengambil sikap.“Sebaiknya saya masuk dulu, Pak Stefan.
Stefan menggeser kursi dan mendekatkannya ke kasur. Dia melepas kaosnya sehingga dadanya yang bidang dan perut sixpack-nya tampak terlihat. Dia lalu duduk menghadap Helena.Helena menatap Stefan lurus-lurus sembari membasahi bibirnya dengan juluran lidah seksinya, hingga bibirnya basah. Ketika Helena tersenyum menggoda, tampakah lesung pipi kanannya. Helena makin mempesona.Stefan menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan, mencoba mengimbangi detak jantungnya yang berdebar-debar. Sebisa mungin dia mengontrol diri kali ini. Dia berkata pelan, “Keberangkatan masih dua jam lagi. Masih ada banyak waktu.”Helena membuka jepitan rambutnya, lalu memutar kepalanya seperti biduan, hingga rambutnya terurai seksi menjulur menutupi mukanya. Kemudian dia menyibakkannya ke belakang sehingga wajahnya yang cantik langsung tampak kembali.Helena mendesah, “Kita bisa melakukannya bahkan sampai tiga kali, Pak Stefan.”Stefan tak berekspresi. “Kau wanita kuat, Helena. Sungguh tidak disangk
Lionny marah, tapi, bukan kepada Stefan, melainkan pada wanita jalang yang pakai handuk itu. “Pakai bajumu sekarang! Jangan pergi dulu dari sini!” Ada seringai kejam di wajahnya. "Hebat sekali kau ha!"Di dekat pintu kamar hotel, sudah ada Pak Wesley dan dua orang polisi. Stefan pun keluar dari kamar, lalu menjelaskan kronologinya.Sebenarnya, semalaman Stefan tidak tidur sama sekali sampai pagi. Saat dia berpura-pura tidur, Helena mendekatinya dan seolah-olah melakukan hubungan badan. Ketika itu Helena merekam kejadian tersebut. Stefan sengaja dan membiarkannya. Pada saat pagi sekitar jam 4, Helena tertidur, Stefan mengambil ponsel milik Helena dan memeriksa semuanya. Stefan tahu orang yang telah menyuruh Helena melakukan semuanya.Stefan mengucek matanya dan berkata, “Leon yang menyuruhnya! Helena merupakan wanita yang hobi keluar malam, bisa dikatakan wanita rusak. Leon menjalin hubungan pacaran sama Helena belum genap satu hari.”Meskipun bukan seorang pelacur, namun karena meman
Lionny mengelap bibirnya yang basah. “Kenapa kau agresif sekali, Stefan?”Stefan merapikan jasnya, lalu menjawab, “Terakhir kita berciuman ketika sebelum kita bercerai. Jadi wajar kalau aku begitu agresif.” Stefan menghela napas lelah. “Maaf, barusan sudah buat dosa. Nanti kalau sudah halal kembali, baru kita ulangi.”Lionny menoyor dada Stefan, karena tidak tahan, dia pun memeluk Stefan sangat erat. Tangisnya pecah di dada Stefan.Stefan mengelus-elus rambut Lionny. Mata Stefan berkaca-kaca, ingin menangis, tapi tak ingin. Jelas dia merasa terharu dan bahagia.Cinta sejati, pasti akan kembali.....“Lionny, ayo sudah dulu. Aku sudah ditunggu orang-orang di kantor. Sekarang hampir jam satu.”Tapi, Lionny tidak mau melepas pelukannya. Makin lama, makin erat. Dia berkata lirih, “Jangan tinggalkan aku lagi....”Agak lama Stefan diam. “Aku tidak pernah mau meninggalkanmu.”Sebelum menuju kantor, Stefan bersama Lionny pergi ke sebuah bank untuk membuka buku tabungan baru. Mereka berdua pun
Saat ini memang suasana di dalam bank cukup sepi karena baru saja selesai istirahat siang. Masih sekitar jam satu lewat. Ada segelintir nasabah yang ada keperluan, mungin menabung, atau mengurus buku tabungan.Harvey beranjak dan memanggil security. Sempat terjadi percekcokan di antara mereka. Melihat keributan kecil itu, Lionny pun mendekat.Lionny mengerutkan kening dan bertanya heran, “Stefan, ada apa ini?”Stefan tersenyum tipis dan menjawab, “Aku cuma ingin membuka tabungan baru dan punya kartu Black Star, tapi dipersulit.”Security pun terperangah. “Black Star? Sudah lebih dari tiga tahun tidak ada nasabah yang berani punya kartu itu. Sebaiknya Anda berpikir ulang, Pak. Nasabah tersebut harus bertemu dahulu dengan Tuan Lee kalau ingin punya kartu itu,” jelas security, lalu langsung meninggalkan mereka karena segera mau berjaga di depan pintu.Harvey menyilangkan tangan di dada dan berkata, “Apa kau dengar?” bicaranya mulai tidak sopan. “Sebaiknya kau tidak saja dari sini!”Tidak
Bobby Sanjaya duduk berhadapan dengan Stefan. Martin dan David berdiri di belakang Bobby. Sedangkan Lionny duduk di kursi tak jauh dari mereka.Stefan berkata, “Martin, David, saya selalu mempercayakan banyak urusan kepada kalian berdua. Hingga menjadi saksi pernikahan saya pun, kalian tetap menjadi yang terpercaya.”Martin dan David mengangguk penuh patuh.Tiba-tiba suasana di dalam ruangan cukup tegang.Stefan memandang Bobby dengan tatapan sungguh-sungguh. “Saya dan Lionny saling mencintai, Tuan Sanjaya. Berikan kami izin agar kiranya kami berdua bisa kembali menjalin hubungan sah suami istri kembali serta membangun rumah tangga yang baik.”Stefan bilang juga pada Bobby bahwa untuk ke depannya dia tidak ingin hubungan rumah tangganya diganggu lagi apalagi sampai dipisahkan seperti tempo lalu. Stefan sudah memberi ruang agar Sanjaya Group bisa bangkit, bahkan memberikan berbagai bantuan. Oleh karena itu, penyesalan Bobby harus dibayarkan segera, dan kata maaf jelas tidak cukup jika
Jika saja Bobby tidak tolol dan egois, tentu bisnis Keluarga Sanjaya tidak akan terpuruk. Ribuan rasa penyesalan tertampak jelas di wajahnya yang mengendur. Bobby berkata lembut penuh penyesalan, “Ayah gagal menjadi pemimpin bagi kalian.”Lionny menyeka air mata di pipinya, lalu berkata, “Lupakan semua kesedihan, Ayah. Sekarang Ayah harus berbenah. Lanjutkan perjuangan mendiang kakek Sanjaya.”Stefan memotong segera, “Cukup. Kita tidak banyak waktu. Sekarang, mulai lagi!” titahnya tegas.Robert mendekat ke meja Stefan. Dia menunduk hormat dan berkata, “Aku salah. Maafkan aku.” Diteruskan pula oleh Luchy dan Chyntia.Lalu giliran Bobby. Sembari membungkuk sedikit Bobby berkata lirih, “Stefan, maafkan semua kesalahanku. Maafkan aku dan keluargaku.”Lionny tertegun. Melihat kedua orang tua beserta adiknya sangat merendah di hadapan Stefan seperti tidak ada harga diri, Lionny sangat tidak tega. Namun, langkah Stefan sudah tepat, dengan itu semoga mereka berempat sangat jera.Tuan Stone me
“Kau tahu apa konsekuensi jika menolak, Tuan Stone?” ancam Stefan.Tuan Stone sedikit mendongakkan kepala dan menjawab lirih, “Bagaimana kalau dikurangi separuh, Tuan CEO? Cukup lima belas juta saja. Saya masih bisa kalau segitu.” Tetap ada keraguan terpancar di raut wajah Tuan Stone. Bibirnya bergetar tatkala mengucapkannya karena di dalam kepalanya sedang bertengkar sendiri, lebih baik menolak jika bisa.Stefan mengalihkan pandangnya ke Bobby. “Cukup untuk satu perusahaan Sanjaya Group saja. Atau mungkin nanti suatu saat Tuan Stone akan kembali memberikan penawaran. Kita tahu bahwa Tuan Stone bukanlah orang asal-asalan yang gampang memberikan keputusan.”Lima belas juta dollar? Sebuah perjudian besar bagi Tuan Stone, jika judi 50:50, tidak untuk investasi nanti, baginya kemungkinan profit hanya dua puluh persen. Tuan Stone siap rugi.Tuan Stone ketar-ketir dan berharap agar kiranya Stefan tidak berbicara panjang lagi terkait investasi. Dia tidak mau hari-harinya makin buruk. Jika bi
Sanjaya Group saat ini memang sedang sangat terpuruk. Salah satu cara untuk mengembalikan keadaan seperti dahulu meskipun dalam waktu yang tidak sebentar adalah dengan menerima suntikan dana dari investor.Pasca perseteruan antara Sanjaya Group dan Stefan tempo lalu, jelas berdampak sangat serius bagi perusahaan milik Bobby. Jika Sanjaya Group ingin kembali bangkit, jelas mereka harus segera melakukan sesuatu.Namun, sejauh tidak ada ada satu pun investor yang datang serta tidak ada juga satu pun bank yang mau meminjamkan uang kepada mereka. Alasannya, karena Sanjaya Group diprediksi sulit akan kembali membaik. Sudah separah itu.Stefan punya ide. Penawaran gila yang biasanya diberikan oleh Tuan Stone, coba Stefan berikan kepada Bobby, kira-kira, apa reaksi Bobby ketika mendengar tawaran tersebut? Jika Tuan Stone memberikan penawaran kepada Luchy atau bahkan Chyntia, demi memperbaiki perusahaan, apakah Bobby merelakannya? Lihat nanti, apa Bobby masih waras?Bobby, Chyntia, Robert, dan
“Martin, kunci pintunya!” titah Stefan. Lalu, Stefan beranjak dan langsung mencekik leher Tuan Stone. Saking kuatnya, Tuan Stone sampai berdiri dari duduknya. “Kita bertemu lagi ha?! Kau pikir, aku dan calon istriku bakal lupa dengan dirimu?!” Stefan sangat marah.Stefan dengan sangat tegas tidak menerima tawaran investasi dari Tuan Stone. Dia juga akan memberi tahu kepada perusahaan-perusahaan di Jakarta dan lainnya untuk tidak menerima tawaran investasi dari Tuan Stone.Martin sudah siap seandainya Tuan Stone memberikan perlawanan kepada Stefan. Sedikit saja Tuan Stone menyenggol, pecah kepala Tuan Stone, biar otak busuknya keluar.Stefan memberi kode kepada Lionny agar segera beranjak. Setelah Stefan melepaskan cekikannya, Lionny langsung melepaskan sebuah tamparan keras.PLAK!“Sebuah balasan dari Lionny Fransisca Sanjaya!” Lionny menyeringai marah. Meski emosi, tetap cantik.Terasa pedas di pipi Tuan Stone. Dia mengerang. Lalu ada darah segar mengalir di bibirnya. Saat ini, Tuan
Tuan Stone gelagapan. “Stefan? Kau?” Seketika wajahnya memucat pasi. Bergidik badannya begitu yakin bahwa CEO Nano-ID saat ini yang dilihatnya merupakan pria yang kemarin di taman itu.Di dalam ruangan hanya ada Tuan Stone, Stefan, Martin, dan Lionny. Sementara Mike berada di luar. Dia sibuk memperhatikan para wanita dan mulai menyeleksi.Stefan menegakkan bahu, tersenyum, dan berkata ramah, “Silakan duduk, Tuan Stone. Bukankah Anda ke datang ke mari untuk membicarakan soal bisnis? Ayo kita mulai!”Lionny juga tersenyum ramah seolah-olah kemarin sore tidak terjadi apa-apa. Padahal di hatinya, Lionny sangat benci dengan orang tua tidak tahu diri ini. Jika mencongkel biji mata orang tidak berdosa dan tidak kena hukum pidana, sudah dari tadi dia akan mencocol kedua biji mata Tuan Stone agar segera berhenti memilih-milih wanita yang bakal ditidurinya.Stefan tidak gegabah dan seolah-olah dia dan Tuan Stone belum pernah bertemu sebelumnya. Stefan menyambut kedatangan Tuan Stone dengan begi
Nama perusahaan milik Tuan Stone adalah SG9 Enterprise. Setelah dilakukan pendalaman tentang profil SG9 Enterprise beserta Dave Stone sendiri, ternyata bermasalah. Sejumlah perusahaan di dalam negeri sempat membatalkan sejumlah tawaran dari Tuan Stone karena syarat yang dia beri terbilang aneh.Contoh kasus, Tuan Stone akan memberikan dana investasi apabila wanita yang disukainya, misalkan sekretaris ataupun staf biasa yang menarik perhatiannya, mau diajaknya tidur satu malam. Jika bos perusahaan tersebut bersedia, barulah Tuan Stone akan memberikan suntikan dana investasi. Tuan Stone licik. Dia sengaja mencari perusahaan yang baru didirikan atau yang baru saja berkembang, terutama perusahaan yang memang sedang kekurangan dana, dengan alasan investasi yang dia tawarkan akan lebih cepat diterima. Namun, tidak semua bos perusahaan setuju dengan syarat gila yang ditawarkan oleh Tuan Stone.Pernah suatu ketika, ada sebuah start up di Thailand yang sedang membutuhkan dana sebanyak 10 jut
Dada Tuan Dave Stone tiba-tiba berdebar. “Stefan, apa profesimu?”Stefan segera beranjak meninggalkan tempat ini. “Sebentar lagi akan malam. Awas, kami mau pulang,” Stefan menatap Tuan Stone cukup lama.Tatapan itu semakin membuat Tuan Stone bertanya-tanya. “Hm. Aku menarik lagi omonganku barusan, Stefan. Maafkan aku,” tiba-tiba Tuan Stone melempem seperti kerupuk kena air. “Kami tadi hanya bercanda.Stefan memasukkan dua kartu sakti miliknya ke dalam dompet kembali. “Minta maaflah pada calon istriku!” berang Stefan. Melihat adanya perubahan ekspresi dan sikap dari lawan bicaranya, Stefan bisa menguasai panggung. “Cepat!”Tuan Stone tidak berani menatap Lionny karena saking kikuk. “M-maafkan aku, Nona Lionny. Tadi aku cuma berpura-pura. Maafkan aku dan anak buahku.”Lionny menatap heran. Ada apa dengan Tuan Stone? Dia menjawab ragu, “Ya sudah, aku maafkan. Pergilah dari sini!”Terus Stefan membaca ratu wajah Tuan Stone. Sepertinya ada yang aneh setelah Tuan Stone tahu namanya. Karena
Tuan Stone merupakan pria dominan sejati. Asal orang lain tahu, Bugatti miliknya tersebut baru dibeli beberapa hari yang lalu di Jakarta hanya untuk berkeliling kota, bersenang-senang mencari wanita, dan terakhir mengurus beberapa bisnisnya.Meski bisnisnya merupakan prioritas, wanita baginya tetap nomor satu. Itulah uniknya orang kaya. Dia menatap sangar ke arah Stefan dan berkata, “Jika kau punya penawaran, silakan katakan. Mari kita bicarakan dan akan aku pertimbangkan dengan bijak.” Kemudian, Tuan Stone menyombongkan kekayaannya. Dia bercerita panjang soal bisnis investasinya yang cukup mengagumkan. Katanya, dia akan memperluas bisnisnya tersebut di Jakarta. “Aku akan berinvestasi di dua perusahaan besar di Indonesia. Aku orang kaya. Ha-ha.”Asap cerutu pun mengepul dan membumbung ke langit. Lalu Tuan Stone tersenyum sangat lebar hingga tampaklah emas di giginya yang berkilau. Dia merupakan orang yang tipikal, jika di letakkan di kerumuan orang, semua orang pasti akan memusatkan