Sabrina tidak ingin disalahkan, dia takut kalau Theo akan memarahinya.Ketika Sabrina menampar Anisa, Sabrina masih ingat bagaimana Theo membela Anisa.Sekitar pukul 12 malam, demam Theo mulai turun. Theo membuka matanya secara perlahan-lahan, lalu bangun dan melihat keadaan di dalam kamar. Clara duduk dan tertidur pulas di samping Theo.Theo mengerutkan alis, dia bangkit berdiri dan beranjak keluar dari kamar.....Keesokan hari, Clara kaget melihat tempat tidur yang kosong. Clara bergegas turun untuk mencari Theo."Di mana Theo?" Clara terlihat cemas.Bibi Wina terkejut dan menjawab, "Aku tidak melihat Tuan.""Theo tidak ada di tempat tidur, makanya aku turun," jawab Clara."Tidak, Tuan tidak mungkin hilang," Bibi Wina bergumam sambil naik ke atas.Bibi Wina dan Clara mencari ke seluruh penjuru rumah, tetapi mereka sama sekali tidak menemukan keberadaan Theo.Clara panik sampai menangis. "Semua salahku, aku bahkan tidak sadar Theo turun dari tempat tidur.""Aku coba tanya sama pengaw
Sekitar pukul 10 pagi, sebuah mobil Rolls-Royce hitam berhenti di halaman rusun tua.Sesaat pintu mobil dibuka, tampak sebuah sosok tinggi dan tampan yang beranjak keluar.Theo mengenakan jaket berwarna biru tua yang dipadukan dengan syal berwarna abu dan sepasang sepatu kulit yang mengkilap.Meskipun tampak pucat dan lesu, aura dingin yang dipancarkan sontak membuat orang-orang ketakutan melihatnya.Sopir dan pengawal membawa banyak kantong hadiah, mereka berjalan mengikuti Theo dari belakang."Tok, tok, tok." Terdengar suara ketukan pintu.Saat ini Maya sedang membereskan dapur. Begitu mendengar suara ketokan, dia mencuci tangan dan bergegas membuka pintu.Sesaat pintu terbuka, Maya kaget melihat Theo yang berdiri di depan pintu."Ka-kamu ...." Maya tertegun selama beberapa detik."Bu Maya ...," apa Theo."Ah, ayo masuk! Aku dengar kamu lagi sakit? Sudah baikan?" tanya Maya.Walaupun cuaca lagi dingin, tampaknya Theo memakai pakaian yang terlalu tebal.Melihat lantai yang bersih, The
"Kamu masih sakit, kenapa nggak istirahat di rumah?" Anisa berjalan ke dapur dan menuang segelas air."Aku sudah baikan," kata Theo sambil melepaskan syalnya."Kemarin kamu juga bilang gitu." Setelah minum, Anisa beranjak ke ruang tamu dan melihat berbagai macam hadiah yang diberikan."Ini apa?" tanya Anisa."Aku tidak mungkin datang dengan tangan kosong." Theo berpikir sebentar, lalu mengganti topik pembicaraan. "Aku baru tahu kemarin kamu pulang.""Kamu datang buat ngomongin ini?" Anisa duduk di sofa sambil menatap Theo yang lesu."Aku dan Clara ....""Aku nggak mau tahu dan nggak tertarik." Anisa memotong ucapan Theo.Theo tak berdaya melihat Anisa yang bersikap dingin.Selanjutnya kamu mau membicarakan masalah Nial, 'kan? Kalaupun dia membohongiku, aku yang menanggung konsekuensinya, bukan kamu. Aku juga nggak akan menyusahkan kamu, tenang saja! Sudahlah, aku malas membicarakannya."Sekarang Anisa bersikap seperti seorang anak pembangkang. Semakin Theo melarang, semakin Anisa memba
"Anisa, kamu lupa statusmu?" Theo menggenggam erat kedua tangan Anisa yang meronta-ronta. "Jauhi Nial, jangan menantang batas kesabaranku!"Anisa sudah lama tidak melihat Theo yang emosi dan kasar. Walaupun masih sakit, tenaga Theo sangat mengerikan. Anisa tidak berani membangkangnya, takutnya Theo makin emosi dan melakukan hal-hal yang tidak diinginkan.Demi kedua anak yang dikandung, Anisa berbaring dengan tenang dan menunggu sampai emosi Theo mereda."Kenapa diam saja?" Sembari menatap Anisa dengan tajam, jari-jarinya mengusap lembut wajah Anisa."Aku bisa ngomong apa? Terserah kamu saja." Anisa pasrah.Seketika marah Theo pun menyulut. "Anisa, kamu tidak bisa memaafkanku?"Suara Theo terdengar serak dan sekujur tubuhnya pun terasa panas."Kamu nggak salah." Sebenarnya Anisa tidak tega, dia bisa merasakan sekujur tubuh Theo yang panas. Anisa tidak mau membuat Theo marah, tapi keputusannya sudah bulat."Theo, kamu baik, sangat baik, tapi aku menginginkan kehidupan yang tenang. Lepask
Theo tertidur pulas. Sekujur tubuhnya berkeringatan, suhu badannya sudah kembali normal.Kemudian Anisa berbaring di sebelah Theo, sekujur tubuhnya terasa sangat lelah. Tak berapa lama Anisa pun terlelap.Sekitar pukul 3, Anisa bangun karena kelaparan. Dia bergegas ganti baju dan keluar dari kamar. Ketika melewati ruang tamu, Anisa melihat pengawal dan sopir yang sedang menonton, sedangkan Maya duduk di dapur sambil bermain ponsel.Suasana di rumah terasa harmonis."Anisa, kamu sudah lapar?" Maya bangkit berdiri, lalu menyajikan hidangan yang sudah disiapkannya.Anisa menghampiri sopir yang sedang menonton dan berkata, "Kayaknya sebentar lagi Theo bangun. Tolong ambilkan baju bersih.""Baik." Sopir bergegas melaksanakan perintah Anisa.Setelah sopir pergi, Anisa mengambil remot dan mematikan televisi. "Ibuku vertigo, dia nggak tahan sama suara yang berisik."Pengawal tidak berani membantah. Bagaimanapun Theo masih tidur, entah kapan baru bangun ........Seperti dugaan, waktu sudah men
Satu jam kemudian sopir kembali dengan membawa obat-obatan, pakaian, perlengkapan, serta makanan yang lezat.Bibi Wina menyiapkan makan malam untuk porsi 3 orang."Nona, ini obat Tuan. Maaf merepotkan ...." Sopir menyerahkan semua perlengkapan Theo, lalu pamit dan pulang.Anisa duduk di sofa sambil membereskan barang-barang yang dibawa untuk Theo.Anisa berpikir, apakah dia terlalu baik? Kalau dia mengusir Theo sejak tadi, dia tidak akan repot begini.Ketika Anisa sedang melamun, tiba-tiba terdengar suara batuk-batuk dari kamar.Anisa menghela napas, dia mengambil obat-obatan Theo dan membawanya ke kamar.Sekarang hanya ada Anisa dan Theo di dalam rumah. Jadi, Anisa membuka semua pintu agar ada pergantian sirkulasi udara.Theo sudah mandi dan ganti baju, tetapi kondisi tempat tidur sangat berantakan."Ada air hangat?" Theo agak haus.Anisa meletakkan obat-obatan di samping kasur, lalu keluar untuk mengambil air.Theo mengikuti Anisa dari belakang. Sesampainya di ruang tamu, Theo melih
Di sini hanya ada 1 tempat tidur, sedangkan Theo masih sakit. Jadi Anisa mengalah dan tidur di ruang tamu.Setelah mandi, Anisa berbaring di atas sofa. Ketika Anisa sedang bermain ponsel, Theo keluar dari kamar dan menghampirinya.Anisa tidak mungkin memaksa Theo tidur. Masalahnya Theo sudah tidur seharian, wajar saja sama sekali tidak ngantuk. Ternyata dewan direksi tidak menyerah begitu saja, mereka kembali menelepon Anisa."Anisa, selama satu minggu ini aku tidak bisa tidur nyenyak. Jangan ditunda lagi, kita harus bicarakan malam ini juga!" kata salah seorang dewan direksi."Aku juga tidak bisa tidur dan tidak nafsu makan.""Keuangan perusahaan sudah menipis, pengembangan produk jadi ikut terhambat."Satu demi satu mengutarakan keluh kesahnya .... Mereka mengeluh agar Anisa cepat membuat keputusan.Theo melihat wajah beberapa pria yang tampak di layar ponselnya Anisa.Theo mengerutkan alis dan merebut ponsel Anisa. "Ini ....""Eh, aku lagi video call, kembalikan ponselnya ...." Ani
"Theo, aku nggak mengharapkan uangmu. Jangan memaksaku lagi." Suara Anisa terdengar serius."Kenapa? Apa bedanya uangku dengan uang orang lain?"Anisa terdiam beberapa saat, lalu menjawab, "Aku nggak mau uang siapa pun, aku nggak mau menjadi antek siapa pun."Jawaban Anisa sontak membuat Theo terdiam."Aku mau tidur, jangan ribut." Anisa berbalik dan membelakangi Theo.Melihat bayangan Anisa yang kurus, Theo menggunakan selimutnya untuk menyelimuti Anisa."Aku sudah ada selimut, jangan ganggu aku," kata Anisa sambil mengembalikan selimut Theo.Di kasur ada 2 selimut, Theo memakai yang tebal, sedangkan Anisa memakai yang tipis.Cuaca memang sangat dingin, tetapi Anisa sudah menyalakan penghangat ruangan."Kamu pakai yang tebal, aku pakai yang tipis," jawab Theo. Theo merasa sangat dingin, makanya dia berpikir kalau Anisa juga kedinginan."Pengap! Sudah, cepat tidur! Besok kamu harus pergi sebelum ibuku pulang. Jangan mengganggu kami lagi," kata Anisa tanpa sungkan."Em." Theo tidak mau
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."