Sania mengirimkan beberapa pesan kepada Anisa.[ Anisa, aku kesal banget! Vanzoe datang bersama calon istrinya, dia memamerkan kemesraan di depan aku! Bajingan! Aku nggak mau bertemu dia lagi. ][ Kayaknya aku sudah gila, ngapain aku kabur? Aku datang untuk menyaksikan pernikahan Theo dan Clara yang konyol. Tidak, aku nggak mau pulang. Hmm, aku tunggu di lobi hotel saja. ][ Sebentar lagi sudah mau jam 12, tapi kedua mempelai belum datang. Nggak tahu karena jalanan macet atau mereka memang nggak jadi datang? Aduh, aku pegal menunggu mereka. ][ Anisa, kamu lagi ngapain? Kok nggak balas? Kamu nggak lagi menangis, 'kan? ]Mike juga mengirimkan pesan kepada anisa.[ Lama banget operasimu. Aku menunggumu di rumah sakit. ]Begitu membaca pesan Mike, Anisa langsung keluar dari kamar mandi dan berganti pakaian.Mike menunggu Anisa sambil duduk dan bermain ponsel di lorong rumah sakit."Sudah menunggu lama?" Anisa menepuk pundak Mike. "Tadi aku baru menelepon kamu. Lihat, mataku sudah tidak bi
Sania kembali mengirimkan pesan.[ Anisa, aku nggak menyalahkan Theo. Semua yang terjadi kepadaku bukan salahmu. Lagi pula, kalau kali ini Clara nggak membantu Theo, Theo nggak akan berhasil mendapatkan kembali barangnya. Aku bisa memahami sudut pandang Theo. ]Anisa membalas.[ Terkadang pihak yang paling pengertian adalah pihak yang paling tersakit. ]Sania membalas.[ Kamu tahu kenapa aku bersikap tenang? Bukan karena aku berbesar hati, tapi karena wajah Clara sudah rusak. Wajahnya nggak akan pernah bisa sembuh. Dia harus hidup dengan wajah seperti itu untuk selamanya. Kalau aku jadi dia, mungkin aku sudah bunuh diri. Dia sudah mendapatkan balasan yang setimpal. ]Anisa membalas.[ Iya, itu namanya cari penyakit sendiri. ]Sania membalas.[ Barusan Sabai mengirimkan pesan. Katanya aku harus menghadiri pesta pernikahan Vanzoe. Apa maksudnya? ]Anisa membalas.[ Kalau kamu tidak mau pergi, jangan dipaksa. ]Sania membalas.[ Awalnya aku ingin pergi, tapi setelah bertemu calon istrinya
Akhirnya Sabai mengerti apa yang terjadi."Theo, beristirahatlah selama beberapa hari. Kamu pasti lelah menghadapi semua masalah ini.""Aku tidak lelah." Theo menggelengkan kepala.Theo merasa bersalah karena terpaksa harus menyakiti Anisa dan anak-anaknya."Aku tahu apa yang sedang kamu pikirkan, tapi sekarang Anisa pasti masih marah. Sebaiknya kamu jangan menemuinya dulu. Yang ada dia malah menghina kamu." Sabai tidak tega melihat semua pengorbanan yang dilakukan Theo. "Vanzoe mengundang Anisa ke pesta pernikahannya. Saranku, lebih baik kamu tunggu sampai bulan April."Theo tidak menjawab Sabai. Theo sendiri tidak tahu apakah dia sanggup menunggu selama itu.Satu bilang tidak bisa dibilang lama, tapi juga tidak cepat. Dalam 1 bulan, ada banyak perubahan yang akan terjadi."Sebentar lagi William dan Wilona masuk sekolah. Harusnya mereka akan segera kembali." Melihat Theo yang sedih, Sabai pun membantunya untuk memikirkan cara.Jika Anisa kembali ke Negara Legia, berarti Theo masih ada
Karena kondisi Seta yang masih membutuhkan perawatan, Anisa tidak bisa pulang bersama Mike dan anak-anak.Keluarga Anjana tidak begitu puas dengan hasil operasi, tapi untungnya mereka tidak membuat keributan. Sebelum operasi dilaksanakan, mereka telah menandatangani surat yang menyatakan bahwa dokter akan berusaha, tetapi tidak bisa menjanjikan operasi 100% berhasil.Hari ketiga setelah operasi.Pada siang hari, ponsel Anisa berdering. Begitu mendengar suara ponsel, Anisa bergegas mengganti popok Wilson dan menjawab teleponnya."Dok, Seta sudah sadar. Kali ini dia bisa mendengar suara kami dan memberikan respons," kata Tuan Anjana.Anisa lega mendengarnya. "Aku segera ke rumah sakit."Setelah menutup telepon, Anisa menyerahkan Wilson kepada Bibi Wina dan bergegas menuju rumah sakit.Sesampainya di rumah sakit, Anisa buru-buru berjalan ke ruangan Seta."Dok, Seta lagi tidur." Tuan Anjana mengerutkan alis. "Apakah ini efek setelah operasi? Ke depannya apakah dia akan tidur terus? Aku cem
Jika Tuan Anjana benar menyayangi Seta, dia tidak mungkin mengatai anak sendiri bodoh.Theo tidak pernah memarahi Thea bodoh. Bahkan kalau ada yang berani merendahkan Thea, Theo pasti langsung murka.Anisa melihat jelas perbedaan kasih sayang yang sebenarnya dengan omong kosong belaka."Seharusnya Keluarga Anjana menyayangi Seta. Kalau tidak sayang, untuk apa mereka rela menghabiskan uang untuk mengobati Seta?" kata Anisa."Benar juga. Tapi mereka tidak berhak memarahi Anda," jawab perawat."Ini hanya salah paham. Mereka mengira aku bisa menyembuhkan Seta dalam sekejap mata." Anisa menatap Seta yang berbaring di atas tempat tidur. "Mungkin ada penjelasanku yang disalahartikan.""Semoga pikiran mereka segera terbuka. Dok, jangan terlalu memedulikan ucapan mereka. Anda sudah melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan Seta."Sebelum operasi dilaksanakan, Anisa hanya meminta uang muka kepada Keluarga Anjana. Sesuai kesepakatan, pelunasan akan dibayarkan setelah operasi selesai.Namun melih
"Seta, anakku!" Tuan Anjana menarik Anisa dan bergegas mendekati Seta.Anisa merasa Tuan Anjana sama sekali tidak menghargainya sebagai seorang dokter. Kurang ajar! Beraninya dia mendorong Anisa yang telah mengoperasi anaknya.Anisa menatap wajah Tuan Anjana. Ketika hendak mengucapkan sesuatu, akal sehat Anisa mencegatnya untuk membuka mulut.Anisa memang mengasihani Seta, tapi mereka tidak memiliki hubungan apa-apa. Jika Keluarga Anjana tidak puas dengan kondisi Seta, Anisa akan berhenti merawat Seta."Dokter, maafkan ucapanku tadi." Setelah Tuan Anjana mendapatkan respons dari Seta, dia pun membalikkan badan dan berkata, "Barusan Seta memanggilku, aku sangat senang! Dokter, aku akan mengirimkan pelunasannya. Kalau ke depan kondisi Seta bisa berangsur pulih dengan sendirinya, aku tidak akan mengganggumu lagi."Anisa tertegun mendengar ucapan Tuan Anjana. Maksudnya, setelah Anisa mendapatkan bayaran, dia tidak perlu memedulikan Seta lagi.Namun Anisa ingin mengetahui perkembangan Seta.
Ekspresi Bibi Wina berubah saat mendengar ucapan Anisa.Bibi Wina tertegun selama beberapa saat, lalu tersenyum canggung, "Kamu tidak hanya merindukan Thea, tapi juga Tuan. Hmm, kalau urusanmu sudah selesai, apakah kita sudah bisa pulang ke Negara Legia?"Anisa tidak ingin pulang secepat ini. William dan Wilona juga sudah masuk sekolah sehingga Anisa perlu terlalu mengkhawatirkan mereka berdua. Ditambah, operasi kali ingin menguras terlalu banyak energi, Anisa sangat kelelahan.Anisa berencana pulang ke Negara Legia setelah cukup beristirahat."Tapi kalau kamu lelah, sebaiknya istirahat dulu. Kita tidak terburu-buru pulang ke Negara Legia," kata Bibi Wina sambil memperhatikan raut wajah Anisa. "Aku hanya merindukan William dan Wilona. Hatiku terasa hampa tanpa kehadiran mereka di rumah.""Em, aku juga merindukan mereka, tapi beberapa hari ini sangat lelah. Aku perlu beristirahat selama beberapa hari, baru pulang." Sebenarnya Anisa enggan pulang ke Negara Legia untuk menghindari Theo."
William bersekolah di Akademi Darena, tempat para genius bersekolah. Meskipun memiliki uang, anak-anak dengan kecerdasan biasa tidak akan bisa bersekolah di tempat ini.Wilona tidak secerdas William. Kalaupun Wilona bersekolah di Akademi Darena, takutnya dia tidak sanggup mengikuti kurikulum yang ada.Wilona tidak tertarik dan tidak mengerti dengan hal-hal yang disukai William. Kedua anak memiliki minat yang berbeda.Ketika Mike membawa Wilona keluar, mereka terkejut melihat mobil Theo yang berada di halaman.Sopir Theo membuka bagasi mobil dan mengeluarkan sebuah koper. Mike menggandeng Wilona untuk menghampiri sopir Theo."Ini kopernya Bibi Wina, dia sudah tidak bekerja untuk Keluarga Pratama. Tuan menyuruhku untuk mengantarkan kopernya ke sini," kata sopir."Bosmu menyuruhmu mengantarkan koper dengan menggunakan mobil semewah ini?" Mike merasa Theo berada di dalam mobil.Sopir menjawab dengan canggung. "Pak Theo ada di dalam mobil. Beliau minta diantar pergi sarapan."Mike mendengus
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."