"Pak Theo nggak bucin, itu namanya cinta sejati! Nggak cuma uang, Pak Theo rela memberikan segalanya untuk Anisa. Pak Theo dikelilingi banyak wanita cantik, dia bisa saja memilih wanita lain yang lebih muda dan cantik. Tapi Pak Theo nggak mau, di mata dan hatinya hanya ada Anisa." Eden membela atasannya."Para wanita itu nggak sepintar Anisa. Mungkin banyak wanita yang lebih cantik, tapi nggak ada yang secerdas, sebaik, dan seberani Anisa." Mike terlihat berbinar-binar saat memuji Anisa. "Kalau aku menyukai wanita, aku juga mungkin bakalan jatuh cinta sama Anisa."Eden menendang kaki Mike saat mendengarnya yang memuji Anisa seperti orang jatuh cinta."Aduh, jangan marah-marah. Kayaknya Anisa dan Theo bakalan menikah. Begitu mereka pulang, aku sudah nggak bisa tinggal di rumah ini." Mike menyayangkan sekaligus merasa bahagia. "Nanti aku pindah ke rumahmu.""Kamu yakin mereka bakal menikah lagi?" Beberapa hari ini Eden jarang melihat sosial media karena sibuk merawat ibunya."Sepertinya
"Ibu lagi melihat foto-foto bersama ayahmu. Kamu mau lihat?" tanya Anisa."Tidak mau." William langsung memalingkan wajahnya."Baiklah, Ibu juga berhenti melihatnya." Anisa meletakkan ponselnya, lalu mendekati William dan berkata, "William, terima kasih sudah mau berfoto bersama. Ibu mengajak foto karena setelah Nenek meninggal, kita sudah tidak pernah melakukan foto keluarga. Hmm, selain itu juga ada 1 alasan lagi."William menoleh dan menatap Anisa. William bersedia mendengarkan semua penjelasan serta alasan Anisa."Tadi malam ayahmu memberi tahu Ibu. Sejak kepergian Thea, setiap malam dia susah. Untuk bisa tidur, dia harus bergantung pada obat-obatan. Karena buru-buru datang, dia lupa membawa obatnya, makanya tadi malam Ibu pergi membelikannya obat. Dia tidak sempurna, Ibu juga tidak sempurna. Tapi setelah mempertimbangkan semuanya, Ibu ingin dia menemani hari-hari kita selanjutnya.”Anisa sedang memberi tahu William bahwa kelak mereka akan hidup dan tinggal bersama. Sejak awal, Wil
Orang yang mengaku sebagai adik sepupu Clara pun tersentak, dia tidak menyangka Theo sedang bersama Anisa.Anisa menenangkan diri, lalu kembali mengirimkan pesan.[ Kenapa aku harus percaya kalau kamu adik sepupunya Clara? Apa buktinya? ]Adik sepupunya Clara membalas.[ Aku adalah adik sepupunya Clara! Namaku Moira Tanza. Kalau nggak percaya, tanya saja sama Kak Clara. Kamu punya nomornya, 'kan? ]Anisa memiliki nomor Clara, tapi dia berlagak bodoh karena mencurigai kalau orang yang mengaku sebagai adik sepupunya Clara adalah penipu.[ Tidak ada, coba kirimkan nomornya. ]Moira mengirimkan sebuah nomor telepon. Ternyata benar, ini adalah nomornya Clara.Seketika, hati Anisa pun terasa dingin. Berarti ... semua yang dikatakan Moira benar? Kepala Anisa berdenyut kencang, lehernya langsung terasa tegang.Selama menghabiskan beberapa hari bersama, Anisa tidak melihat Theo pernah berkomunikasi dengan Clara. Kenapa tiba-tiba mereka akan menikah?Jika Theo dan Clara memang mau menikah, sehar
Sino Group memang besar, tapi Kintara Group juga bukan perusahaan abal-abal.Jika Theo memprioritaskan uang, dia tidak mungkin rela menghabiskan uang untuk menyenangkan Anisa. Selain uang, Theo juga tidak perlu repot-repot ke sini dan membuang waktunya.Kalau Theo mau, dia sanggup menikahi wanita lain yang lebih kaya dan cantik. Aneh, kenapa dia malah memilih Clara?Theo sanggup menemukan wanita yang lebih kaya, tapi dia tidak mau. Jadi, Theo tidak memiliki alasan yang cukup kuat untuk menikahi Clara.Anisa merasa ada yang janggal. Dia menyeka air matanya, besok dia akan meminta penjelasan kepada Theo.Keesokan pagi.Setelah bangun, Theo berdiri di samping Anisa sambil menatap wajahnya.Hari ini Theo harus pulang ke Negara Legia, tapi dia tidak tega membangunkan Anisa.Nial mengirimkan pesan kepada Theo dan menyuruhnya untuk mempersiapkan semua keperluan pernikahan. Nial juga mengingatkan Theo untuk mengumumkan rencana pernikahannya. Jika Theo tidak sanggup mengumumkannya, Keluarga Tan
Melihat sikap Anisa yang keras, Theo yakin bahwa Anisa telah mengetahui semuanya.Saat berfoto kemarin, Anisa masih bersikap normal. Seandainya Anisa mengetahui masalah ini kemarin, dia tidak mungkin melanjutkan sesi foto keluarga sampai selesai.Sepertinya tadi malam seseorang memberi tahu Anisa, tepatnya setelah Theo terlelap."Kalau begitu aku pulang besok saja." Theo tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan Anisa. Jadi, sebaiknya dia mengikuti kemauan Anisa.Theo lebih memilih menunda kepulangannya daripada menjelaskan semuanya kepada Anisa.Anisa mengempaskan tangan Theo, lalu menatapnya dengan tajam dan dingin. "Theo, kapan kamu dan Clara berbaikan?"Theo menjawab dengan jujur, "Aku sudah lama tidak bertemu Clara."Dari jawaban Theo, berarti dia tidak pernah berbaikan dengan Clara?"Oh. Sejak pulang dari rumah sakit, kamu tidak pernah menemuinya?" tanya Anisa."Tidak." Theo menundukkan kepala, dia tidak berani menatap Anisa."Apakah kamu menyukai dia? Atau, apakah kamu pernah men
Seandainya Wilona tahu bahwa ayahnya akan kembali ke Negara Legia untuk menikah dengan wanita lain, dia pasti sangat kecewa.William juga akan semakin membenci Theo, hubungan mereka tidak akan pernah bisa diperbaiki lagi.Apakah Theo melakukan semua ini demi uang? Kalau bukan demi uang, lalu demi apa?Theo mengatakan bahwa dia tidak pernah mencintai Clara. Lantas, apakah uang dan harta lebih penting dibandingkan dengan Anisa serta ketiga anaknya?Anisa tidak memahami jalan pikiran Theo. Apa yang membuatnya mengambil keputusan seperti ini?Theo sudah cukup kaya, dia memiliki harta yang tidak akan habis 10 turunan. Apakah semua harta itu masih tidak cukup? Berapa nilai kekayaan yang akan membuat Theo merasa cukup?Air mata mengalir dari sudut mata dan jatuh menetes membasahi bantal.Setelah Theo menutup pintu, Anisa membuka selimutnya dan menatap langit-langit sambil menangis.Di ruang makan, Theo menggendong Wilson yang baru selesai minum susu. Wilson menatap Theo dengan serius, entah a
Anisa tidak akan berpasrah pada takdir!Meskipun langit mencegah, Anisa tidak akan menyerah begitu saja. Dia membuka pintu mobil, lalu keluar dan berlari ke arah bandara.Anisa menginginkan sebuah hubungan yang jelas, dia tidak ingin melepaskan Theo begitu saja.Di ruang tunggu VIP.Waktu telah menunjukkan pukul 1 siang. Satu jam lagi pesawatnya terbang.Theo berdiri di depan jendela, hatinya terasa remuk saat melihat salju yang turun lebat. Seandainya ada pilihan lain, Theo tidak akan menyakiti Anisa dan anak-anaknya.Theo pun tersiksa memperlakukan Anisa dan ketiga anaknya dengan kejam.Nial menggunakan aib Theo untuk memaksanya menikahi Clara. Theo tidak mempunyai pilihan lain. Jika Theo tidak melakoni sandiwara ini, akibat di kemudian hari justru akan semakin rumit.Theo tidak ingin aibnya merusak reputasi ketiga anaknya. Theo juga tidak ingin Anisa mengetahui masa lalunya yang kelam.Yang Theo cemaskan bukanlah reputasinya, tapi reputasi Anisa beserta ketiga anaknya yang masih kec
Tak jauh dari sana, petugas bandara datang untuk mengingatkan Theo. "Pak, maaf sebentar lagi loket pemeriksaan akan ditutup. Sebaiknya Anda segera melakukan check-in.""Anisa, aku harus pulang untuk membereskan masalah di sana. Berikan aku sedikit waktu ...," kata Theo."Tidak, tidak boleh! Kalau kamu pulang, kamu akan menikahi Clara! Theo, aku tidak akan mengizinkanmu untuk menikahi wanita lain! Hanya aku yang boleh menjadi istrimu! Kalau kamu berani pergi meninggalkan aku, jangan harap bisa menemuiku dan anak-anak lagi."Jika memohon tidak ada gunanya, Anisa terpaksa menggunakan ancaman. Tak hanya Keluarga Tangsa yang bisa mengancam, Anisa juga bisa melakukan hal yang sama.Anisa tidak percaya Theo rela mengorbankan Anisa dan anak-anaknya demi menikahi Clara.Mata Theo tampak memerah dan berkaca-kaca. Ekspresi Theo yang tadinya tenang pun berubah, dia menangis mendengar ucapan Anisa.Anisa tidak ingin menggunakan cara ini, tapi dia tidak akan membiarkan Theo menikahi Clara."Theo, se
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."