"Mereka sudah tidur, tapi kayaknya William pura-pura tidur. Cuma aku nggak mau mengganggu mereka," jawab Eden."Oh. William lebih dewasa, dia pasti mengerti apa yang terjadi, makanya nggak bisa tidur." Mike berdiri di depan ruang UGD dengan gelisah. "Kayaknya malam ini Anisa bakal melahirkan.""Hah? Lahir prematur?" Eden mengerutkan alis. "Bagaimana kondisi kandungannya?""Kandungannya baik-baik saja, yang aku cemaskan adalah Anisa. Dia lagi stress banget memikirkan Sania." Mike berjalan mondar-mandir di depan lorong rumah sakit. "Cepat telepon Sabai! Tanyakan bagaimana keadaan di sana."Kalau Sania tidak ditemukan, Anisa pasti tidak akan tenang meski anaknya dilahirkan dengan selamat."Kayaknya sia-sia saja." Eden mengerti tabiat Clara. "Tanpa bukti yang jelas, Clara tidak akan mungkin mengaku. Dia adalah orang yang rasional dan selalu menggunakan alasan pertemanan untuk mendapatkan simpati.""Anisa yakin kalau Clara pelakunya. Bagaimana menurutmu?" tanya Mike."Aku bisa memahami pera
"Tebakanmu benar. Tanpa bukti, Clara tidak akan mengakuinya." Mike mengepalkan tangannya."Mengaku pun tidak ada untungnya buat dia." Eden melihat jam tangannya. "Kamu mau istirahat sebentar?""Aku nggak bisa tidur." Mike menatap ke arah ruangan Anisa. "Bagaimana kalau Anisa bangun sebelum Sania ditemukan? Dia pasti stres. Dokter mengatakan Anisa tidak boleh terlalu emosi. Tadi dokter melihat tanda darah, kemungkinan bayinya bisa lahir prematur.""Tanda darah?" Eden mengerutkan alis."Intinya Anisa mengalami pendarahan ringan." Mike meletakkan kedua tangannya di pinggang. "Theo kapan pulang?""Besok, jam 7 pagi. Semoga Anisa tidur sampai besok pagi," jawab Eden."Nggak ada hubungannya mau pulang sekarang atau besok. Yang terpenting sekarang adalah menemukan keberadaan Sania. Bagaimana kalau penculik melakukan sesuatu yang membahayakan nyawa Sania? Aku nggak sanggup membayangkan akibatnya. Kamu lihat sendiri nasib Nara dan Pamela, Clara yang melakukannya. Sania nggak akan tahan disiksa
Mike sudah menduga reaksi Anisa saat bangun.Begitu sadarkan diri, Anisa pasti menolak untuk berbaring di tempat tidur."Sampai sekarang aku belum mendapatkan informasi apa-apa. Tapi kamu tenang saja, pihak kepolisian sudah turun tangan. Semoga Sania bisa ditemukan sebelum matahari terbit." Mike menenangkan Anisa.Mendengar keberadaan Sania yang belum diketahui, Anisa merasa gelisah sekaligus emosi."Anisa, berbaringlah, ingat kandunganmu." Mike memapah Anisa kembali ke tempat tidur. "Kamu adalah dokter, kamu tahu bagaimana kondisi kandunganmu. Kalau kamu emosi, anakmu bisa lahir prematur dan gampang sakit. Kamu nggak mau anakmu menderita, 'kan?"Ucapan Mike sontak menyadarkan Anisa.Anisa sangat ingin mencari keberadaan Sania, tetapi dia tidak mungkin mengorbankan keselamatan anaknya sendiri.Anisa ingin mengontrol emosi, tetapi rasanya sangat sulit. Dia menggenggam erat selimutnya sambil menangis.Mike tidak tega melihat Anisa yang begitu tersiksa. Namun berbagai kata-kata manis tida
"Panggil dokter!" Theo berteriak sambil menggendong Anisa ke atas tempat tidur.Telapak tangan Theo dan seluruh celana Anisa tampak berlumuran darah."Air ketubanku pecah ...." Anisa menangis tersedu-sedu. "Theo, maafkan aku. Aku tidak bisa menahan emosiku."Air ketuban pecah adalah pertanda seorang wanita akan melahirkan.Bayi yang dikandung Anisa baru menginjak usia 8 bulan. Kalau dilahirkan sekarang, berarti anak ini lahir secara prematur.Anisa tahu bahwa dia harus mengontrol emosi dan menjaga suasana hatinya. Namun Anisa tidak bisa, dia terpukul saat mengetahui kondisi Sania."Anisa, jangan nangis. Tidak apa-apa, yang penting kamu dan anak kita selamat." Theo menyeka kening Anisa dengan menggunakan tisu. "Sania sudah ditemukan, dia selamat. Begitu kamu melahirkan, aku akan menemanimu untuk menjenguknya."Anisa mengangguk sambil menangis.Begitu dokter tiba, Anisa langsung dibawa ke ruang operasi. Jantung Theo berdegup kencang saat melihat pintu ruangan operasi yang ditutup."Pak,
Emosi Anisa jauh lebih stabil daripada sebelumnya.Meski begitu, Anisa masih mengkhawatirkan kondisi Sania. Hanya saja, kelahiran buah hati memberikan dampak psikologis yang lumayan menyadarkan Anisa.Anisa tidak ingin anaknya lahir prematur, tetapi sayangnya fakta tak berjalan sesuai rencana.Ketika perawat membawa anaknya pergi, rasanya Anisa ingin menangis. Namun air mata Anisa sudah kering, dia tak dapat meneteskan air mata lagi.Anisa merasa sangat bersalah, bagaimana kalau terjadi sesuatu kepada kandungannya?William dan Wilona juga lahir lebih awal daripada perkiraan dokter. Namun itu karena mereka adalah anak kembar. Anak kembali lahir lebih awal daripada kandungan biasa. Berbeda dengan Wilson, ukuran dan usianya jauh lebih kecil daripada William dan Wilona.Walaupun anaknya lahir dengan selamat, Anisa tetap merasa bersalah."Anisa, bagaimana keadaanmu? Sakit?" tanya Theo saat melihat Anisa yang melamun.Anisa menggelengkan kepala. Efek anestesi masih bekerja sehingga Anisa bel
Sekujur tubuh Clara sontak terasa dingin.Semoga selamat? Theo tidak akan bisa menemukan bukti bahwa Clara adalah pelakunya.Ada Pamela yang menjadi tameng, Clara tidak mungkin ketahuan.Meskipun semua orang mengira Clara dalangnya, mereka hanya bisa berasumsi karena tidak memiliki bukti. Mereka tidak punya hak menuduh Clara.Ditambah, Theo tidak pernah mencintai Clara. Hubungan mereka memang sudah rusak, Clara tidak berharap apa-apa lagi.Di rumah sakit.Clara datang ke rumah sakit untuk menjenguk Sania.Pertama, Clara datang untuk melihat kondisi Sania. Kedua, dia datang untuk memberi tahu Vanzoe bahwa semuanya adalah perbuatan Pamela.Awalnya Clara berencana menemui Theo secara langsung, tetapi dia tidak memiliki keberanian itu.Clara menelepon Sabai agar Sabai memberi tahu Theo, tapi Sabai sama sekali tidak memercayai Clara.Vanzoe menarik Clara ke luar ruangan."Berani-beraninya kamu ke sini?" Vanzoe membuang bunga yang dibawakan Clara.Vanzoe mengepalkan kedua tangan, tatapannya
Kejadian kemarin masih membekas jelas di ingatan Sania.Akal sehat Sania mengatakan bahwa semua ini bukan salahnya. Dia tidak boleh menyerah dengan mudah. Kalau Sania berbuat nekat, bagaimana dengan kedua orang tuanya?Sania dibesarkan bak seorang tuan putri. Sejak kecil, tidak ada seorang pun yang berani menindasnya. Bukan karena Sania hebat, tetapi kedua orang tuanya membesarkan Sania seperti di dalam sebuah istana.Suatu hari nanti Tuan dan Nyonya Livan akan menua. Hingga saat itu tiba, Sania harus harus mengurus kedua orang tuanya dengan baik.Kedua orang tuanya merupakan semangat Sania untuk terus bertahan hidup."Sania, kamu bicara apa? Bercerai? Tidak, aku tidak mau bercerai! Aku tidak akan menceraikan kamu!" Vanzoe syok mendengar permintaan Sania. "Kamu sedang terpukul, kamu pasti sedih, tapi aku akan menemanimu ....""Kamu tidak perlu menemaniku. Rasanya aku mau muntah saat melihat pria. Pergi, aku mau ditemani Ibu. Pergi!" Sania berteriak.Begitu mendengar teriakan Sania, Nyo
Semua mata menoleh ke arah Theo.Begitu mengeluarkan ponsel, Theo langsung mengerutkan alis. "Clara."Setelah memberi tahu Anisa, Theo menjawab panggilan Clara dan menunggunya berbicara.Sesaat panggilan dijawab, di ujung telepon terdengar suara Clara yang ragu-ragu. "Theo, aku dengar bayinya Anisa lahir prematur? Setelah aku pikir-pikir, sepertinya aku perlu datang ke rumah sakit untuk menjelaskan kepada kalian. Sekarang aku ada di lobi unit rawat inap, aku tidak tahu kamar Anisa nomor berapa."Theo langsung berjalan meninggalkan ruangan."Berani-beraninya Clara menelepon Theo. Jangan bilang dia mau datang menjenguk kamu?" sindir Mike.Raut wajah Anisa terlihat sangat muram. Dia tidak ingin bertemu Clara, saat ini dia hanya ingin menghabisi Clara."William, Wilona, kalian berdua tunggu di sini. Aku mau memeriksa apa yang terjadi." Mike penasaran, dia ingin tahu apa yang akan dilakukan Theo kepada Clara.Selain untuk menyaksikan keseruan, Mike juga ingin mendesak Theo. Clara dan Theo s
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."