William harus mengumpulkan bukti untuk bisa menangkap Clara."Sayang, kenapa kamu menghindari Theo? Ini adalah rumahmu, kamu tidak perlu bersembunyi." Anisa mengusap kepala putranya."Aku tidak bersembunyi." William mengerutkan alis. "Aku hanya tidak mau melihat dia.""Tapi Theo berencana pindah ke sini setelah adik bayi lahir." Anisa menghela napas panjang, dia merasa serba salah. "Apakah kamu keberatan?"William mengerutkan alisnya dengan semakin erat. "Aku anggap dia tidak ada.""Sayang, terima kasih atas pengertian kamu." Anisa mengusap pundak William. "Sebenarnya Ibu tidak mau mengizinkannya pindah ke sini, tapi adik bayi membutuhkan dia. Adik bayi bukan hanya milik Ibu, dia juga membutuhkan Theo.""Bu, tenang saja, aku tidak akan mengakui Theo sebagai ayah. Aku tidak akan membiarkan Wilona dan adik bayi memanggilnya ayah," William menjawab dengan tegas.Anisa terdiam .... Kenapa William malah makin membenci Theo?Sepertinya William salah memahami maksud Anisa. Setelah Theo pindah
"Kenapa tidak aktif?" Anisa bergumam sambil melihat ke arah pintu."Anisa, kamu mau keluar?" tanya pelayan saat melihat gelagat Anisa yang gelisah."Sania bilang mau datang, tapi sampai sekarang belum sampai juga. Kalaupun jalanan macet, harusnya dia sudah sampai." Anisa berjalan ke halaman rumah.Pelayan menenangkan Anisa. "Mungkin Sania pergi membeli hadiah. Setiap kali datang, dia pasti selalu membawa sesuatu."Setelah mendengar ucapan pelayan, Anisa baru merasa lega."Anisa, angin di luar sangat dingin." Pelayan memapahnya masuk ke rumah. "Tuan Theo berpesan kepadaku untuk menjagamu dengan baik. Jangan sampai kamu sakit.""Aku malah bakalan sakit kalau dikurung seperti tahanan begini." Anisa menghela napas."Tapi kamu jangan berdiri di luar, anginnya dingin. Sekarang juga lagi musim sakit," kata pelayan dengan lembut."Makan siang sudah siap?" tanya Anisa."Sudah. Kamu mau makan duluan atau mau tunggu Sania?" tanya pelayan."Aku tunggu sebentar lagi. Ponselnya selalu aktif, dia tid
"Hmm, enak banget, manisnya pas." Anisa menjawab sambil menyantap kuenya, "Sekarang Thea makin pintar. Selanjutnya kamu mau belajar apa?""Aku mau belajar nyetir, tapi Kak Theo melarangku." Thea mengerutkan alis, wajahnya tampak memelas. "Anisa, apakah kamu bisa membantu untuk membujuk kakakku?"Anisa melirik ke arah Grey. "Ini tujuan kalian datang?"Grey langsung menggelengkan kepala. "Thea datang secara khusus untuk mengantarkan kue ini. Hmm soal nyetir ... aku juga tidak setuju.""Thea, kenapa kamu mau belajar nyetir? Bahaya, loh!" Anisa bertanya kepada Thea."Kalian semua bisa nyetir, aku juga mau belajar. Aku janji nggak akan pergi ke tempat yang ramai dan berbahaya." Thea memohon kepada Anisa dengan ekspresi memelas.Di saat bersamaan, ponsel Anisa berdering. Kebetulan sekali, ternyata Theo yang meneleponnya.Anisa menunjukkan layar ponselnya kepada Thea. "Aku akan berusaha membujuknya, tapi kalau dia tidak setuju, aku juga tidak bisa berbuat apa-apa."Thea mengangguk sambil ters
Sania hilang ....Sejak pukul 9 pagi, Sania pergi meninggalkan rumah dan hilang begitu saja.Sekarang Vanzoe sedang berada di kantor Departemen Lalu Lintas untuk memeriksa rekaman CCTV di sepanjang jalan menuju rumah Anisa.Dari rekaman CCTV, terlihat bahwa Sania mengendarai mobil ke sebuah pusat perbelanjaan. Anehnya, sampai sekarang Sania tidak keluar dari pusat perbelanjaan itu.Terdapat ratusan kamera pengawas di setiap sisi pusat perbelanjaan. Vanzoe bergegas meninggalkan kantor Departemen Lalu Lintas dan pergi ke kantor pusat keamanan di pusat perbelanjaan.Vanzoe menelepon Anisa untuk memberi tahu perkembangan pencarian Sania. "Mobil Sania ada di pusat perbelanjaan, tapi orangnya hilang. Kayaknya dia hilang di dalam pusat perbelanjaan.""Bagaimana bisa?" Anisa terkejut mendengarnya.Anisa berpikir, 'Jangan-jangan Sania diculik?'Hanya saja Anisa tidak berani mengatakannya, dia takut membuat Vanzoe semakin cemas. Namun ternyata Vanzoe juga memikirkan hal yang sama. "Anisa, kurasa
Clara adalah wanita yang sangat kejam. Dia tidak akan puas sebelum menghancurkan Anisa."Aku akan menghubungi Sabai. Biar Sabai yang pergi menemui Clara." Mike tidak akan mengizinkan Anisa pergi mencari Clara, itu sama saja dengan mengantar nyawa.William dan Wilona mendengar Mike dan Anisa yang sedang bertengkar di ruang tamu. William dan Wilona bergegas membuka pintu kamar, lalu turun dan menghampiri Anisa."Bu, jangan ke mana-mana," kata William."Bu, dengarkan kata Paman Mike, Ibu di rumah saja." Wilona menarik tangan Anisa dan memohon.Kemunculan William dan Wilona menyadarkan Anisa yang sedang lepas kendali. Setelah menenangkan diri, Anisa bangkit berdiri dan berkata, "Ibu tidak ke mana-mana. Ibu mau mandi dulu."Anisa merasa gelisah, hatinya seperti sedang dipanggang di atas api yang panas. Anisa ingin melakukan sesuatu, tetapi dia sendiri tidak berdaya.Ketika Anisa memaksa untuk pergi mencari Sania, anak di dalam kandungan terus menendang perut Anisa. Sesampainya di dalam kama
Tak ada seorang pun yang menjawab Anisa.Penculik tersebut seolah tidak ingin meminta apa-apa dari Anisa. Beberapa pria di ujung sana tampak bagaikan serigala yang siap menerkam mangsanya.Seketika, kepala Anisa langsung mati rasa dan sekujur tubuhnya bergetar hebat.Anisa merasa sangat putus asa, dia tidak tega melihat Sania yang berbaring tak berdaya. Selang beberapa menit, sekujur tubuh Anisa terasa sangat sakit seperti ditusuk-tusuk.Begitu mendengar teriakan Anisa, Mike yang berada di ruang tamu langsung berlari ke atas dan membuka pintu kamar Anisa.Melihat Anisa yang sedang berdiri di kamar mandi, Mike buru-buru memapahnya dan bertanya, "Anisa, ada apa? Kamu kenapa?"Mike memiliki firasat yang buruk. "Anisa, kamu mau melahirkan? Ayo, kita ke rumah sakit."Mike ingin memeluk Anisa, tetapi sekujur tubuh Anisa terasa sangat kaku dan tegang. Anisa hanya bergumam kecil, "Panggil ambulans ....""Anisa, jangan membuatku takut. Kamu jangan bergerak, aku akan menelepon ambulans." Mike be
"Mereka sudah tidur, tapi kayaknya William pura-pura tidur. Cuma aku nggak mau mengganggu mereka," jawab Eden."Oh. William lebih dewasa, dia pasti mengerti apa yang terjadi, makanya nggak bisa tidur." Mike berdiri di depan ruang UGD dengan gelisah. "Kayaknya malam ini Anisa bakal melahirkan.""Hah? Lahir prematur?" Eden mengerutkan alis. "Bagaimana kondisi kandungannya?""Kandungannya baik-baik saja, yang aku cemaskan adalah Anisa. Dia lagi stress banget memikirkan Sania." Mike berjalan mondar-mandir di depan lorong rumah sakit. "Cepat telepon Sabai! Tanyakan bagaimana keadaan di sana."Kalau Sania tidak ditemukan, Anisa pasti tidak akan tenang meski anaknya dilahirkan dengan selamat."Kayaknya sia-sia saja." Eden mengerti tabiat Clara. "Tanpa bukti yang jelas, Clara tidak akan mungkin mengaku. Dia adalah orang yang rasional dan selalu menggunakan alasan pertemanan untuk mendapatkan simpati.""Anisa yakin kalau Clara pelakunya. Bagaimana menurutmu?" tanya Mike."Aku bisa memahami pera
"Tebakanmu benar. Tanpa bukti, Clara tidak akan mengakuinya." Mike mengepalkan tangannya."Mengaku pun tidak ada untungnya buat dia." Eden melihat jam tangannya. "Kamu mau istirahat sebentar?""Aku nggak bisa tidur." Mike menatap ke arah ruangan Anisa. "Bagaimana kalau Anisa bangun sebelum Sania ditemukan? Dia pasti stres. Dokter mengatakan Anisa tidak boleh terlalu emosi. Tadi dokter melihat tanda darah, kemungkinan bayinya bisa lahir prematur.""Tanda darah?" Eden mengerutkan alis."Intinya Anisa mengalami pendarahan ringan." Mike meletakkan kedua tangannya di pinggang. "Theo kapan pulang?""Besok, jam 7 pagi. Semoga Anisa tidur sampai besok pagi," jawab Eden."Nggak ada hubungannya mau pulang sekarang atau besok. Yang terpenting sekarang adalah menemukan keberadaan Sania. Bagaimana kalau penculik melakukan sesuatu yang membahayakan nyawa Sania? Aku nggak sanggup membayangkan akibatnya. Kamu lihat sendiri nasib Nara dan Pamela, Clara yang melakukannya. Sania nggak akan tahan disiksa
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."