Awalnya Anisa mengira kalau dirinya sedang bermimpi.Sesampainya Anisa di belakang Theo, tiba-tiba Theo membalikkan badan dan menatap kedua mata Anisa. Anisa tersadar sesaat menatap kedua mata Theo, ternyata semua ini bukan mimpi."Kenapa kamu turun dari tempat tidur?" Theo bergegas memapah Anisa. "Aku membangunkan kamu?"Anisa menggelengkan kepala. "Kepalaku agak pusing gara-gara tidur terlalu lama.""Mau aku temani jalan-jalan?" Theo sudah menanyakan keadaan Anisa kepada dokter. Kandungannya baik-baik saja, tetapi kondisi mental Anisa sedang tidak sehat. Dia terlalu banyak pikiran dan stress.Sekarang Anisa harus banyak beristirahat, tidur yang cukup, dan mendapatkan asupan makanan yang bergizi. Emosi yang buruk bisa memengaruhi kesehatan janin yang sedang dikandung.Setelah Anisa mengangguk, Theo mengajaknya berjalan-jalan ke luar."Anisa, masalah ini hanyalah masalah kecil. Hidup tidak mungkin selalu lancar, yang namanya masalah pasti selalu ada. Asalkan kamu berusaha, pasti ada ja
Insiden yang terjadi di Kintara Group pun menjadi berita utama."Teknologi Inti Kintara Group Telah Dicuri! Bagaimanakah Nasib Mereka?"Para netizen memberikan beberapa komentar.[ Kintara Group baru 2 tahun didirikan. Sudah mau bangkrut? Jangan-jangan fengsui perusahaan Kintara Group kurang bagus. ][ Apakah tidak ada yang merasa produk Kintara Group terlalu mahal? Walaupun kualitasnya bagus, mereka memonopoli penjualan drone kelas atas. Aku paling benci pasar yang dimonopoli. ][ Hehe, sepertinya harga produk mereka bakalan turun. ][ Ayahku bekerja di Kintara Group. Selain gaji yang akomodasi yang bagus, para petinggi Kintara Group adalah orang-orang yang baik hati. Impianku adalah bekerja di sana .... ]Anisa menutup semua pemberitaan, lalu membaca pesan yang dikirimkan Mike.[ Malia yang mencuri chipnya. ]Sama seperti dugaan Anisa, dia sama sekali tidak terkejut. Hanya saja, Anisa merasa Malia terlalu buru-buru.Pada sore hari, Malia mengadakan konferensi pers di sebuah hotel.Ma
Seketika, wajah Anisa langsung memerah."Tolong jangan mencampuri urusan pribadi Bu Anisa," Pak Tio mengingatkan."Kami hanya ingin tahu apakah 'kesepakatan yang saling menguntungkan' ini ada kaitannya dengan Beliau? Rencana ini terlalu keren.""Maksudmu ... Bu Anisa tidak memiliki kemampuan untuk memikirkan rencana semacam itu?" tanya Pak Tio."Bukan, bukan itu maksudku. Satu minggu yang lalu, salah satu temanku melihat Pak Theo memasuki Kintara Group. Apa yang Pak Theo lakukan di perusahaan Anda?"Wajah Anisa makin memerah saat mendengar wartawan yang menyebutkan nama Theo secara eksplisit.Ada begitu banyak orang yang menghadiri konferensi ini. Semua mata sontak menatap ke arah Anisa seolah sedang menantikan jawabannya."Ini adalah rencana yang diusulkan dari para petinggi. Aku tidak ada komentar apa-apa tentang Beliau yang kamu tanyakan," Anisa menjawab dengan datar.Akhirnya wartawan mengganti topik pertanyaan. "Bu Anisa, Maldy Group baru saja berhasil melakukan terobosan. Mereka
"Hah? Merestui hubungan kami? Kami nggak memiliki hubungan apa-apa." Wajah Anisa sontak memerah."Tadi kamu bilang mau mentraktirnya makan, kamu juga berencana membelikannya hadiah. Anisa, kamu jelas masih mencintai dia." Sania menghela napas panjang. "Anisa, percayalah padaku. Aku hebat menilai orang. Pamela memang kelihatan wanita baik-baik, tapi sebenarnya jauh lebih licik daripada Nara.""Tapi aku nggak kenal dia, kami tidak ada masalah," jawab Anisa."Bukan tidak ada masalah, tapi belum ada masalah. Lihat saja, dia akan menjadi musuh terbesarmu. Dia dan Clara bekerja sama untuk melawan kamu. Di luar sana ada banyak wanita yang menginginkan Theo. Anisa, jangan menyepelekan dia.""Tidak hanya memecat Pamela, Theo juga harus memecat Clara." Sania menawarkan bantuan kepada Anisa. "Kalau kamu nggak berani, biar aku saja yang bicara dengan Theo.""Sania, aku nggak berhak berbuat seperti itu. Kami belum resmi menjalin hubungan," jawab Anisa."Ya sudahlah, kamu pikirkan baik-baik saja uca
Sabai menghentikan langkahnya. Dia mengepalkan kedua tangan, wajahnya terlihat sangat muram dan kesal.Ketika Sabai hendak menerobos masuk ke dalam ruangan, Clara menarik lengannya dan berkata, "Sabai! Jangan!""Kenapa jangan? Aku mau melabraknya, aku mau menelepon Theo! Theo harus membongkar kedok wanita ini." Sabai menggertakkan giginya."Membongkar kedoknya? Lalu? Mengaborsi anak di kandungannya? Theo menginginkan anaknya. Setelah anak itu lahir, baru suruh Theo membuat perhitungan." Sabai terpaksa meredakan amarahnya setelah mendengar ucapan Clara. Benar, Anisa sedang mengandung anaknya Theo.Seandainya Anisa sedang tidak mengandung, Sabai tidak akan segan-segan untuk membuat perhitungan dengannya.Ucapan Anisa tadi sangat kejam. Jika Theo mendengar ucapan tersebut, mungkin dia akan menghabisi Anisa.Demi anaknya Theo, Sabai terpaksa menutup mata. Sabai tidak akan memberi tahu Theo, tetapi Sabai tidak bisa bersikap seolah tidak mendengarnya.Jika Theo sampai tahu Anisa berbicara s
Anehnya, Anisa tidak mengingat apa pun tentang apa yang terjadi di hotel. Dia tidak tahu bagaimana dia bisa berada di kamar ini?Seingat Anisa, dia datang karena Sania mengirimkannya pesan. Sania mengatakan ada kejutan untuk Anisa. Namun setibanya di kamar V609, Anisa pingsan sebelum bertemu dengan Sania.Ditambah, kamar ini bukanlah kamar V609, ini bukan kamar yang Anisa datangi. Kenapa dia bisa berada di sini?Tanpa berpikir lebih lama, Anisa mengambil tasnya dan bergegas meninggalkan kamar ini. Setelah keluar dari hotel, Anisa menelepon Vanzoe."Anisa, ponselnya Sania hilang. Kalau ada yang meminta atau meminjam uang, kamu jangan menghiraukannya, ya!" kata Vanzoe."Oh, kapan hilangnya?" Sekujur tubuh Anisa bergetar."Sekitar jam 3 sore. Kamu tidak mendapatkan pesan atau telepon yang aneh, 'kan?" tanya Vanzoe.Anisa menarik napas panjang, lalu menjawab, "Apakah Sania ada di sana? Aku mau bicara sebentar.""Dia ada di atas. Sebentar, aku panggilkan." Vanzoe masuk ke kamar dan memberik
Begitu mendapatkan kabar bahwa Theo dan Sabai berkelahi, Clara pun buru-buru pergi ke ruangan Theo. Sesampainya di sana, mereka sudah berhenti bertengkar.Eden berdiri di tengah untuk melerai Theo dan Sabai. Sebagai orang yang berusaha melerai, Eden juga mengalami luka ringan dan kacamatanya pecah."Sabai, keluar!" Clara menarik lengan Sabai.Setelah Sabai diseret keluar, Eden menatap ke arah Theo. Sebenarnya ini adalah perkelahian sepihak, Sabai sama sekali tidak membalas pukulan Theo.Namun Eden yakin, pasti Sabai yang membuat Theo marah sampai main tangan.Theo dan Sabai telah bersahabat sejak lama. Mereka tidak pernah bertengkar, apalagi main tangan."Pak, apa yang terjadi?" tanya Eden sambil menahan rasa sakitnya. "Jangan bilang ... Kak Sabai mengkhianatimu?"Theo kembali ke tempat duduknya sambil mengepalkan tangan. "Keluar!"Theo sendiri pun pusing, dia tidak tahu apa yang terjadi di antara Sabai dan Anisa. Seandainya Sabai memberi tahu apa kesalahan Anisa, Theo tidak akan semar
Anisa menggenggam erat ponselnya sambil melamun. Dia merasakan jelas perbedaan sikap Sabai.Biasanya Sabai selalu bersikap ramah, tapi dari nada bicara Sabai tadi, Anisa merasa sikap Sabai sangat dingin dan ketus.Apakah Sabai marah karena Anisa pergi ke Hotel Kaseno? Namun Anisa tidak melakukan apa-apa di hotel, kenapa Sabai harus marah?Apakah Sabai mencurigai Anisa pergi bersama pria lain?Ketika mengingat kejadian semalam, Anisa tidak mengerti kenapa pencuri ponselnya Sania menyuruh Anisa pergi ke Hotel Kaseno. Pencuri itu tidak melakukan apa pun terhadap Anisa, dia hanya membius Anisa dan meninggalkannya di kamar.Jumlah obat bius yang digunakan juga tidak banyak sehingga tidak memengaruhi kesehatan kandungan Anisa.Di Tera Group.Clara meletakkan secangkir kopi di hadapan Theo, lalu berkata, "Theo, tadi aku sudah mengajak Sabai berbicara. Dia merasa kamu berkorban terlalu banyak untuk Anisa. Demi Anisa, kamu mengesampingkan pekerjaan ....""Bukan itu alasannya." Theo membantah sa
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."