"Pak Theo, selamat, anak Anda laki-laki." Dokter menunjuk ke arah layar.Tenggorokan Theo tampak bergulir. "Perlihatkan wajahnya."Ketika dokter mengarahkan alat USG ke bagian wajah, sayangnya anak ini malah membalikkan badan sehingga hanya terlihat tampak sampingnya."Tadi aku sudah menyimpan foto wajahnya." Dokter membuka data yang tersimpan dan menunjukkannya kepada Theo. "Pak, anak ini mirip banget dengan Anda."Hati Theo pun luluh saat melihat foto anak yang dikandung Anisa. Ini adalah pertama kalinya Theo merasa terharu, anak ini adalah makhluk hidup!Akhirnya Theo pun mengerti kenapa Anisa sangat marah saat Theo mengizinkan dokter untuk memberikannya obat."Nanti aku akan mencetak fotonya untuk Anda bawa pulang. Sekarang aku mau memeriksa perkembangan janin dulu."Theo mengangguk."Ukuran bayi ini agak kecil. Bu Anisa, kamu harus banyak mengonsumsi makanan bervitamin, banyak istirahat, dan jangan kelelahan." Dokter memberikan nasihat.Theo langsung menatap ke arah Anisa. Dengan
Clara mengambil foto tersebut, lalu membandingkannya dengan wajah Theo. "Wah, anak ini mirip banget sama kamu. Anak laki-laki, ya?"Walaupun di luar tampak tersenyum, hati Clara menyimpan kebencian yang amat mendalam.Theo mengangguk, lalu mengambil kembali foto USG yang dipegang Clara. "Ada apa mencariku?""Hari ini adalah hari pertama adikku bekerja, aku hanya ingin memberitahumu." Clara tersenyum lembut. "Theo, selamat! Sebentar lagi kamu akan menjadi seorang ayah. Wajahnya mirip banget sama kamu, kelak dia pasti akan menjadi anak yang hebat."Perlahan-lahan, raut wajah Theo pun terlihat lebih rileks. Sekarang, anak adalah prioritas di hati Theo.Setelah kembali ke ruangannya sendiri, senyuman di wajah Clara langsung sirna. Ternyata anaknya Theo dan Anisa sehat! Clara tidak akan tinggal diam!Ketika Pamela masuk ke ruangan Clara, dia melihat setumpuk berkas yang berceceran di lantai. "Kak, ada apa?""Ada apa? Aku menyesal!" Clara menggertakkan giginya. "Karena Theo tidak menyukai an
Anisa terkejut mendengarnya. Kenapa Theo menghancurkan karier Evan?"Kemarin asistennya Pak Theo menghubungi aku. Katanya Pak Theo ingin menemui Evan, ada hal yang ingin dibicarakan. Mereka sempat mengobrol sebentar di kantornya Pak Theo, tapi aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Yang pasti, suasana hati Evan sangat buruk setelah bertemu Pak Theo. Kayaknya mereka bertengkar, tapi aku tidak menyangka pak Theo akan berbuat sejauh ini.""Bagaimana keadaan Evan?" tanya ANosa."Kondisi Evan baik-baik saja. Kalaupun harus mengundurkan diri dari dunia entertain, dia masih bisa mengurus bisnis keluarganya. Tapi aku tidak mau Evan mengundurkan diri dari dunia entertain, kamu tahu sendiri kemampuannya. Anisa, tolong bantu Evan!" Simon memohon."Jangan cemas, aku akan segera menghubungi Theo," jawab Anisa."Maaf merepotkanmu, terima kasih." Simon lega mengetahui Anisa yang mau membantu Evan.Setelah menutup telepon, Anisa langsung mencari nomor Theo dan hendak menghubunginya.Theo dan Evan t
Pembawa acara mengangkat mikrofonnya dan berkata, "Selamat malam semuanya! Selamat datang dan selamat bergabung di siaran langsung malam ini. Tanpa membuang-buang waktu, saya persilakan Bu Anisa selaku presdir Kintara Group untuk naik ke atas panggung!"Terdengar suara tepuk tangan yang bergema memenuhi seluruh ruangan. Anisa mengenakan sebuah gaun berwarna perak yang seksi. Lekukan tubuh Anisa terlihat jelas di dalam balutan gain ini.Anisa tak sendirian naik ke atas panggung. Evan juga terlihat mengikuti Anisa dari belakang.Dalam hitungan detik, jumlah orang yang menonton siaran langsung pun bertambah drastis.Berbagai komentar tampak memenuhi halaman siaran langsung.[ Saat Kintara Group mengalami kesulitan, Evan pernah membantu mereka. Sekarang giliran Evan yang berada di dalam kesulitan, Anisa juga maju untuk membela Evan. Wah keren banget! Aku terharu melihatnya. ][ Aku akan mengingat perusahaan-perusahaan yang memutuskan kerja sama dengan Evan. Aku tidak akan membeli produk me
Di dalam mobil Rolls-Royce.Setelah menerima sebuah panggilan, Eden menatap Theo, lalu bertanya dengan ragu-ragu, "Pak, barusan Mike meneleponku, dia mengajakku makan bersama mereka di hotel. Apakah Anda mau ikut?""Mereka tidak mengundangku. Untuk apa aku ke sana?" Raut wajah Theo terlihat muram.Eden menjawab dengan canggung. "Aku dengar, Anisa sempat menghubungi Anda, tapi nomor Anda tidak aktif. Hmm, apakah kalian tidak mau membicarakannya secara langsung? Anisa memang tersenyum di depan media, tapi sebenarnya dia sangat marah. Aku rasa dia sengaja berpakaian seperti itu untuk membuat Anda marah.""Bisa saja dia mengenakan gaun itu untuk memukau Evan?" Tatapan Theo tampak gelap.Melihat kemarahan di diri Theo, Eden pun langsung menutup mulutnya.Di hotel.Evan sedang mengajari para tamu yang hadir untuk mengoperasikan drone. Dia juga menyanyikan beberapa lagu untuk menghibur penonton.Ketika Mike naik ke atas panggung dan memberikan jas kepada Anisa, Anisa malah menolaknya."Aku ti
Anisa melepaskan tangan Mike dan tetap naik ke atas panggung.Kemudian Anisa mengambil mikrofon yang diberikan pembawa acara dan bernyanyi bersama Evan.Meskipun hanya melihat dari samping, Theo bisa melihat jelas perawakan Anisa yang cantik.Ketika irama musik dilantunkan, Anisa dan Evan saling bertatapan mesra. Mereka bersikap seolah dunia ini hanya milik berdua.Theo berdiri di bawah panggung, para pengawalnya berjaga di sekeliling agar tidak ada yang mendekati Theo.Suasana di dalam aula terasa sangat canggung. Tak ada seorang pun yang menyangka kalau Theo akan datang.Sebagian orang sudah tahu bahwa Theo yang menghancurkan karier Evan. Anehnya, kenapa Theo datang ke sini?Theo mau menemui Anisa atau Evan? Sepertinya akan ada pertunjukan seru!Melihat raut wajah Theo yang mencurigakan, Mike langsung mengirimkan pesan kepada Eden.[ Setelah mereka selesai bernyanyi, aku akan membawa Anisa pergi. Kamu cukup menjaga bosmu baik-baik, jangan biarkan dia menggila di sini. ]Eden membalas
Kalau malam ini Anisa tidak menemui Theo, Anisa pasti tidak bisa tidur. Anisa ingin segera menyelesaikan masalah Evan.Jika dibiarkan berlarut-larut, Anisa merasa tidak tenang.Setelah bergumul selama beberapa menit, akhirnya Anisa keluar dari kamarnya. William dan Wilona sudah tidur, suasana di rumah terasa sangat sunyi. Saking sunyinya, Anisa bahkan bisa mendengar suara detak jantungnya sendiri.Untuk apa Anisa takut? Bagaimanapun, sekarang Anisa sedang mengandung anaknya Theo. Theo tidak mungkin menyakiti Anisa.Pengawal dan pelayan sudah pulang. Akhirnya Anisa mengendarai mobilnya dan pergi ke rumah Theo sendirian.Empat puluh menit kemudian, Anisa tiba di depan pintu gerbang rumah Theo. Begitu melihat kedatangan Anisa, pengawal langsung membukakan pintu.Sekarang Anisa sedang mengandung anaknya Theo, siapa yang berani menghalangi Anisa?Setelah Anisa masuk, Bibi Wina berjongkok untuk melepaskan sepatu Anisa."Aku bisa sendiri." Anisa menolak bantuan Bibi Wina."Anisa, kamu lagi ha
"Untuk apa dia menitipkan kartu rekeningnya kepadamu? Memangnya kamu ibunya? Atau ... apakah dia kekurangan kasih sayang seorang ibu?" Setiap ucapan Theo terdengar sangat menyebalkan.Anisa mengerutkan alis, dia tidak tahu bagaimana cara menjelaskannya kepada Theo.Seharusnya Anisa sudah menebak dari awal, tidak ada gunanya mengajak Theo berpikir secara rasional.Anisa khawatir kalau dirinya dan Theo akan kehilangan kendali emosi, lalu membangunkan orang lain yang sudah tidur. Anisa pun bangkit dari sofa dan berkata, "Kita bicarakan di kamar."Theo bangkit berdiri, lalu menarik tangan Anisa dan membawanya ke kamar utama.Ketika pintu kamar ditutup, Anisa langsung berkata, "Theo, aku tidak mau menghabiskan air liur. Besok, kamu harus menjelaskan kepada perusahan-perusahaan yang memutuskan kerja sama dengan Evan. Kamu boleh menindasku, tapi jangan menyakiti temanku. Kalau kamu menganggap aku mengancammu, aku juga tidak peduli.""Kamu mau menggunakan anak itu untuk mengancamku?" Theo meny
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."