"Eh, kamu mau menemui siapa? Memangnya kamu ada kenalan di Negara Hamok?" tanya Mike."Di dunia ini, tidak ada yang tidak bisa diselesaikan dengan uang. Selama aku punya uang, pasti ada yang bersedia menjual nyawanya untukku," jawab Theo.Mike terpesona melihat karisma Theo, pria ini sangat keren! Akhirnya Mike mematuhi Theo dan keluar dari mobil.Namun sebelum pergi, Mike tidak lupa mengejek Theo. "Oh iya, apakah kamu menangis di bandara? Bagaimana perasaanmu saat nggak dihiraukan Anisa? Harusnya aku merekam momen itu ....""Keluar!" Theo melirik Mike dengan dingin.....Di sebuah vila berwarna putih.Setelah bangun, Anisa langsung mendapatkan hasil laporan pemeriksaan Grey. Laporan pemeriksaan Grey berisi beberapa lembar, Anisa membutuhkan beberapa menit untuk membaca semuanya."Nona Anisa, temanmu tidak mati. Dia hanya perlu dirawat beberapa hari," kata pengawal yang ditugaskan untuk mengawasi Anisa.Nyawa Grey berhasil diselamatkan, tetapi dia harus menjalani kehidupan sebagai oran
Sekujur tubuh Anisa bergidik, dia merasa telah dipermainkan.Anisa bukanlah dewa, dia tidak bisa membangkitkan orang mati!"Anisa, gadis ini adalah putri kesayanganku. Di dunia ini, dia adalah gadis yang paling cantik." Suara Mort bergema di telinga Anisa. "Apakah kamu bisa menyembuhkannya? Asalkan kamu bisa menyembuhkannya, aku akan memberikan semuanya untukmu."Dengan mata memerah, Anisa mendorong tubuh Mort dan berteriak, "Kamu sudah gila? Putrimu sudah meninggal, bagaimana aku bisa mengobatinya? Aku hanya bisa mengobati orang hidup. Aku tidak memiliki kemampuan untuk membangkitkan orang hidup.""Ada orang yang memberi tahu aku bahwa kamu adalah murid intinya Profesor Carmen. Kamu bahkan lebih hebat daripada gurumu. Kamu pasti bisa membangkitkan orang mati! Bagaimana kalau kamu coba dulu?" Mort menggenggam pergelangan tangan Anisa. "Anisa, mulai sekarang, ini adalah rumahmu! Jangan berharap bisa kabur!"Tiba-tiba Anisa langsung merasa putus asa. Dia baru menyadari, orang yang harus
"Ini Negara Hamok, hukum Negara Legia tidak berlaku di sini," kata Mort sambil tertawa."Teorinya memang begitu, tapi sekarang bawahannya datang mengancam kami. Dia meminta kami untuk membebaskan Anisa. Cepat, lepaskan Anisa! Kalau tidak, bawahannya akan membeberkan semua kejahatan kita!""Tidak!" Suara Mort terdengar tegas. "Aku ingin menyuruhnya untuk menciptakan ramuan panjang umur. Dia adalah dokter yang genius, dia pasti memiliki cara untuk memperpanjang hidup seseorang.""Kamu yakin dia bisa?""Yakin," jawab Mort."Kalau begitu ... kamu jangan menyakitinya! Dia harus dipastikan hidup. Aku akan coba mengulur-ulur waktu, kamu harus membuat wanita itu agar bersedia tinggal di sisimu. Asalkan dia tinggal atas kemauan sendiri, tidak akan ada yang bisa mengancam kita.""Aku mengerti." Mort tersenyum dingin.Membuat Anisa tinggal atas kemauan sendiri? Apa yang bisa dilakukan agar Anisa bersedia tinggal di sisi Mort?....Pada sore hari, Mike menemui Theo di sebuah perusahaan keamanan kh
"Anisa!" Theo meraung dengan keras.Raut wajah Theo terlihat dingin, rasanya dia ingin membunuh pria berambut perak yang menyentuh Anisa. Walaupun ingin menyelamatkan Anisa, Theo merasa tak berdaya.Theo menatap cemas wajah Anisa yang berada di dalam layar ponsel. Anisa terasa begitu dekat, tetapi faktanya mereka dipisahkan oleh jarak yang begitu jauh.Theo dapat mendengar napas Anisa yang terengah-engah, dia dapat melihat wajah Anisa yang tampak ketakutan. Namun sayangnya Theo tak bisa melakukan apa pun untuk menyelamatkan Anisa.Darah di sekujur tubuh Theo terasa mendidih. Dia akan menghabisi pria yang berani menyentuh Anisa!Di ujung telepon, Anisa tertegun saat mendengar suara Theo. Anisa tidak menyangka bahwa Mort akan diam-diam menelepon Theo."Theo, jangan lihat! Aku mohon, jangan lihat!" Air mata mengalir di sudut mata Anisa.Hati Theo hancur berkeping-keping saat melihat Anisa yang tampak sedih dan tak berdaya. Theo menggenggam erat ponselnya, dia akan membunuh pria itu!"Aku
"Saat di pesawat, aku dan Anisa sudah sepakat. Asalkan aliran listrik di gunung dipadamkan, kita pasti bisa menyelamatkan Anisa. Begitu listrik padam, Anisa akan mencari tempat yang aman untuk bersembunyi. Setelah kita menghabisi para penculik itu, Anisa baru keluar untuk menemui kita.""Kalau kita tidak menghancurkan sumber daya listrik dan mengacaukan sistem keamanan mereka, mereka pasti akan menggunakan Anisa untuk mengancam kita."Mike terus berusaha memberikan pengertian kepada Theo.....Di vila.Setelah panggilan video dimatikan, Anisa pun berhenti berteriak. Anisa berhenti memberontak, menangis, maupun berteriak.Mort malah kehilangan minatnya saat melihat Anisa yang pasrah. Mort berbuat seperti ini agar Anisa bersedia tinggal di sampingnya.Setelah memiliki tubuhnya, kemungkinan besar Anisa akan bersedia untuk mendampingi Mort.Mort sengaja menelepon Theo karena dia mendapatkan informasi bahwa Theo adalah kekasihnya Anisa. Mort ingin Theo melihat Anisa dilecehkan. Dengan begit
Mike menangis sambil menutup wajahnya. "Aku menyesal, aku menyesali ucapanku semalam."Begitu mengingat kejadian semalam, Theo pun ikut meneteskan air mata."Waktu itu Anisa tidak berdaya. Kalaupun tidak bisa menyelamatkannya, harusnya aku tidak boleh berbicara seperti itu. Kalau dia mendengarnya, dia pasti kecewa dan putus asa." Mike tak dapat mengontrol emosinya yang meluap-luap."Jangan menangis lagi. Kapan kamu bisa selesai meretas sistem keamanan mereka?" tanya Theo.Mike menyeka air matanya, lalu mengangkat kepala dan kembali menatap layar laptopnya. "Sebentar lagi, pasti selesai sebelum siang ini. Rasanya aku bisa gila. Kalau Anisa tidak ada, bagaimana dengan nasibku?"Theo tak berani membayangkannya karena dia sendiri pun tidak bisa hidup tanpa Anisa."Sebaiknya kamu pulang dan mandi dulu." Melihat penampilan Theo yang berantakan, Mike bisa merasakan betapa tersiksanya Theo.Anisa tak hanya seorang diri, dia juga tengah mengandung anaknya Theo.Theo berdiri di tempat, dia sama
"Tuan, Anda pasti belum makan. Aku akan segera menyiapkan makan siang." Bibi Nini bergegas pergi ke dapur.Theo mengamati rumah Anisa. Rumah ini memiliki dekorasi yang sederhana, tetapi elegan.Ketika melihat Theo mengamati sekeliling, Wilona mengira kalau Theo sedang mencari kamarnya. Oleh sebab itu, Wilona berlari ke arah kamar tamu dan menunjukkan jalan. "Ini kamarmu."Theo mengangguk, tetapi saat hendak melangkah, pandangannya tertarik pada foto yang berada di atas lemari ruang tamu.Di dalam foto tersebut ada Maya dan Anisa yang masing-masing menggendong seorang bayi. Theo berjalan ke arah lemari itu. Di sudut kanan bawah foto, tertulis sebuah kalimat, "Kami sudah berusia 1 minggu."Foto ini pasti diambil saat kedua bayi berusia 1 minggu. Satu bayi mengenakan setelan jas yang rapi, sedangkan bayi yang satu lagi mengenakan gaun dan mahkota yang lucu. Jelas, kedua bayi ini adalah William dan Wilona."Cepat, sini!" Wilona berdiri di depan kamar tamu sambil berteriak, "Ayo, lihat kama
Menit dan detik berlalu, matahari perlahan-lahan tenggelam dan digantikan oleh sinar cahaya bulan. Tiba-tiba, di luar hujan lebat. Hujannya benar-benar sangat lebat."Nona, ramuannya sudah siap," kata seorang pelayan.Anisa terbangun dari lamunannya, dia berjalan ke sebelah bak mandi untuk memeriksa suhu air. "Masukkan jasadnya.""Oh .... Hmm, apakah jasadnya tidak akan hancur?" tanya pelayannya Mort. "Nona, apakah kamu benar-benar bisa membangkitkan orang mati?"Anisa menatapnya dengan dingin. "Kamu mempertanyakan kemampuanku?""Aku hanya penasaran."Anisa menjawab dengan tenang, "Ini adalah ramuan rahasia, tubuhnya tidak akan hancur."Melihat Anisa yang tampak serius, pelayan pun berhenti mencurigai Anisa. Kemudian beberapa pengawal mengangkat jasad tersebut dan memasukkannya ke dalam bak mandi.Anisa melihat jelas ketakutan di wajah para pengawalnya Mort. Mereka merasa membangkitkan orang mati adalah sesuatu yang mustahil dilakukan."Nona, bagaimana selanjutnya?" tanya pelayan."Tun
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."