Anisa langsung berkeringat dingin.Reaksi pertamanya adalah langsung menutup laptop yang ada di hadapannya. Kalau sedang menulis skripsi, kenapa Anisa terlihat sangat ketakutan?Semenjak pulang, Anisa merasa agak gelisah. Untuk menumpahkan keresahan, dia pun menulis rencana selama 3 bulan ke depan.Rencananya Anisa harus bercerai dengan Theo dalam waktu 3 bulan. Sebelum usia kandungan menginjak 7 bulan, Anisa harus bercerai demi menyelamatkan bayinya.Jika Theo bersikeras tidak mau bercerai, Anisa terpaksa kabur dan menghilang.Anisa berasal dari Negara Legia, dia ingin tinggal dan bekerja di sini. Dia juga berharap anaknya dapat tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang sehat.Reaksi Anisa sontak membuat Theo curiga. Memangnya Theo tertarik dengan skripsinya?Atau ... jangan-jangan Anisa bukan lagi mengerjakan skripsi?Melihat ekspresi Theo yang masam, Anisa bergegas bangun dan menghampirinya."Kamu nggak suka buku yang aku kasih? Jangan berpikiran negatif dulu. Buku itu juga menjel
Anisa terkejut, dia tidak tahu harus menjawab apa."Mak-maksudmu ... waktu di konser tadi?" tanya Anisa dengan terbata-bata. "Temanku mengirimkan pesan, katanya dia mau mengajakmu foto setelah konser selesai. Aku pikir kamu nggak akan mungkin suka diajak foto. Aku juga nggak bisa memberi tahu temanku kalau aku ada di konser bersama kamu.""Kenapa?" tanya Theo."Hubungan kita terlalu rumit, nggak bisa dijelaskan dengan satu dua kalimat. Lagi pula perbedaan di antara kita terlalu jauh. Nggak cuma dari umur, tapi juga status dan kasta. Apa kamu bersedia mengobrol dengan teman-temanku? Kami masih kekanak-kanakan.""Bagaimana kalau temanku memanfaatkan hubungan kita untuk kepentingan pribadi? Aku cuma takut dia mencari kamu dan membuatmu kesal. Daripada membuat masalah, lebih baik menghindari masalah. Benar, nggak?"Anisa menjelaskan pandangannya kepada Theo.Yang paling penting, mereka bisa bercerai kapan saja. Jadi untuk apa memperkenalkan Theo kepada teman-temannya? Setelah bercerai Anis
Penjelasan di bawah judul tidak terlalu panjang.Anisa masih belum tahu bagaimana cara melaksanakan semua rencana yang telah dibuatnya.Tatapan Theo tertuju kepada sebuah kalimat di paling bawah. Harus bercerai dengan Theo sebelum akhir tahun.Seketika raut wajah Theo langsung terlihat masam. Theo sudah berusaha mengalah dan berubah, tetapi Anisa malah merencanakan perpisahan mereka?Anisa menulis rencana ini tadi malam. Wanita munafik!Di satu sisi Anisa memberikan Theo hadiah, tetapi di sisi lain dia merencanakan perceraian. Theo pikir Anisa berbeda dengan wanita pada umumnya, ternyata dia sama saja. Sama-sama bermuka dua!Theo menutup laptopnya, lalu beranjak keluar dari kamar.Tera Group. Ruang rapat.Hari ini Theo terlihat aneh. Sejak pagi wajahnya terlihat masam dan diam.Tak ada seorang pun yang berani menyapa Theo. Para jajaran direksi dan manajer berusaha duduk sejauh mungkin.Aneh, jelas-jelas perusahaan meraup keuntungan banyak di semester ketiga. Kenapa ekspresi Theo malah
"Mungkin sudah jodohnya." Eden mengangkat kedua bahu."Kasihan adikku ...." Nial menggelengkan kepala."Pak Nial, maafkan kelancangan. Clara adalah wanita yang cantik dan hebat, tapi bosku tidak pernah mencintainya. Mau 10, 20, atau 30 tahun pun Pak Theo tidak akan mencintainya ...."Sorotan dingin terpancar dari mata Nial. "Terima kasih masukannya."Pada malam hari, Theo mentraktir para petinggi perusahaan untuk makan malam bersama.Melihat suasana hati Theo yang buruk, Sabai dan yang lain mencekokinya alkohol.Setelah Theo agak mabuk, Sabai menyingkirkan botol anggur dan bertanya, "Theo, kamu kenapa hari ini? Kok diam saja?"Theo memijat keningnya sambil menjawab, "Anisa mau cerai. Apakah aku seburuk itu?"Semua orang terkejut mendengarnya. Anisa mau bercerai?Apakah otak Anisa berbeda dengan otak manusia pada umumnya? Theo adalah pria tampan yang kaya raya, bukannya bersyukur malah mau minta cerai?Memangnya siapa Anisa sampai berani menyakiti Theo!"Kak Sabai, menurutmu Anisa giman
Samar-samar Anisa mencium aroma alkohol yang bercampur tembakau di tubuh Theo.Ketika mengangkat kepala, Anisa melihat belasan orang sedang mengarahkan kamera ke arahnya. Ternyata mereka semua adalah teman-temannya Theo.Anisa melepaskan pelukan Theo, lalu memeluk lengannya agar tidak terjatuh. Sopir bergegas membantu saat melihat Anisa yang kewalahan memapah Theo.Kemudian sopir dan Anisa bergegas membawa Theo masuk ke dalam mobil. Setelah Theo masuk ke mobil, sopir mengambil sebotol air dan memberikannya kepada Anisa."Nona, ini buat Tuan," kata sopir sambil menyerahkan sebotol air.Anisa mengambil tersebut, lalu membukanya dan bertanya, "Kamu mau minum?"Theo tidak menjawab, dia mengerutkan alis seperti sedang kesakitan. Entah apakah Theo tidak dengar atau tidak mau menjawab."Nona, biar aku saja." Sopir mengambil air dan membantu Theo minum.Sopir memberikan Theo minum, sedangkan Anisa memegang leher Theo agar tidak tersedak.Sesaat tangan Anisa menyentuh lehernya, mata Theo langs
Angin malam berembus meniup wajahnya. Anisa merasa lebih tenang dan dapat berpikir dengan jernih.Tadi Theo bilang dia bisa saja mencampakkan Anisa? Artinya mungkin suatu saat nanti dia akan mengabulkan permintaan Anisa untuk bercerai?Anisa merasa lebih lega setelah mengetahuinya.Sesampainya di rumah, sopir dan Bibi Wina memapah Theo keluar dari mobil. Melihat ada yang melayani Theo, Anisa pun kembali ke kamarnya sendiri.Tak berapa lama Bibi Wina datang mengetuk pintunya. "Nona, Tuan tidak mau kami pegang. Nona, tolong bantu mengelap badan Tuan dan mengganti bajunya."Mengelap badan? Ganti baju?Saat Theo masih koma Anisa mungkin bersedia melakukannya, tetapi sekarang Theo sudah sadar. Theo memang mabuk, tetapi masih memiliki kesadaran. Mereka bahkan masih sempat bertengkar di dalam mobil."Biarin saja. Setelah bangun besok dia tahu harus ganti baju dan mandi sendiri. Kita nggak usah ikut campur." Anisa memberikan saran.Bibi Wina tercengang. "Nona, jangan .... Nona, tolong bantu Tu
"Sudah mabuk, masih bisa marah-marah," Anisa bergumam sambil mengusap wajah Theo. "Kamu pikir aku mau melayanimu? Bukannya kamu nggak suka kotor-kotor? Kenapa tubuhmu bau banget? Kalau bukan karena kakimu yang belum sembuh, aku nggak akan menghiraukanmu."Sembari mendengar omelan Anisa, perlahan-lahan Theo pun merasa ngantuk.Akhirnya semua beres! Anisa menutup tirai, menyelimuti Theo, membereskan baskom dan handuk, lalu beranjak ke tempat tidur.Tiba-tiba Anisa teringat dengan CCTV yang dipasang di dalam kamar. Seketika sekujur tubuhnya pun merinding.Anisa menarik selimut, lalu membungkus tubuhnya dan bergegas tidur.Tengah malam Theo sempat bangun beberapa kali. Namun karena masih setengah sadar, dia tidak menyadari Anisa yang tidur di sampingnya.Keesokan pagi cahaya matahari bersinar menembus jendela.Anisa memeluk dada Theo, sedangkan kakinya bertumpu di atas paha Theo.Kepala Theo terasa agak sakit. Sesaat bangun, dia terkejut melihat wajah Anisa yang muncul di hadapannya.Tak l
Sania memberikan menu, lalu menatapnya dan menjawab, "Kemarin pakaianmu terlalu gemulai, aku pikir kamu suka cowok. Oh tentu saja, nggak ada salahnya suka cowok. Aku menghargai semua orang."Vanzoe yang sedang minum hampir saja tersedak setelah mendengar jawaban Sania."Nona Sania, sepertinya kamu salah paham. Aku masih menyukai wanita, selalu menyukai wanita, dan sangat menyukai wanita.""Baiklah, maafkan aku. Sebenarnya aku juga nggak suka memakai pakaian seksi. Aku lebih suka berpakaian santai kayak gini," jawab Sania."Anggap saja kita berkenalan ulang." Vanzoe mengulurkan tangan dan mengajak Sania berjabat tangan.Demi membantu Anisa menyelidiki identitas Vanzoe, Sania menyambut ajakan Vanzoe untuk berjabat tangan.Setelah memesan makanan, Vanzoe dan Sania lanjut mengobrol.Satu jam kemudian ...."Aku punya satu teman yang menikah kilat. Sebenarnya dia menyukai istrinya, cuma dia nggak tahu bagaimana mengatakannya. Beberapa waktu lalu istrinya tertimpa musibah, dia memintaku untuk
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."