Sabai mengetuk pintu ruangan Theo."Uhuk, uhuk ...." Kondisi Theo masih lemah.Sabai bergegas menuangkan segelas air untuk Theo. "Dokter menyuruhmu istirahat, untuk apa kamu memaksakan diri bekerja?"Theo meletakkan gelas yang diberikan, lalu buru-buru berjalan ke kamar mandi.Sabai ingin mengejar Theo, tetapi tanpa sengaja, ekor matanya melihat siaran langsung yang ada di layar laptop Theo."Evan, semua orang penasaran, kenapa kamu memilih untuk bekerja sama dengan Kintara Group? Apakah karena bayaran yang mereka berikan sangat tinggi?" tanya salah seorang wartawan.Evan menatap Anisa sambil tersenyum. Ketika Evan hendak menjawab, Anisa malah menyela, "Tidak. Evan sudah 3 tahun vakum dari dunia entertain. Dia meminta bayaran yang sangat kecil. Katanya dia sama seperti orang baru yang harus merintis karier dari bawah."Semua orang terkejut mendengarnya."Bu Anisa, bagaimana Anda mengenal Evan? Apa hubungan kalian? Aku lihat, hari ini kalian sama-sama mengenakan jaket rajut berwarna put
"Ternyata Anisa punya senjata rahasia," kata Malia sambil menggertakkan giginya.Evan memang sudah beberapa tahun vakum, tetapi dia pernah menjadi artis yang paling populer di negara ini. Kembalinya Evan benar-benar menggemparkan industri dunia hiburan.Malia tidak mengerti kenapa Evan bersedia membantu Anisa? Ini bukan pertama kalinya Evan membantu Anisa, sebelumnya dia juga menyelamatkan reputasi Kintara Group.Tidak masuk akal!Malia mengeluarkan ponselnya dan bergegas menelepon Nara. "Kamu tahu kenapa Evan membantu Anisa? Mereka berdua akrab?"Nara juga sedang menonton siaran langsung. Evan adalah pria yang berbakat dan tampan, wanita mana yang tidak menyukainya?"Tadi dia sudah jawab," kata Nara dengan dingin. "Dia mengenal Anisa saat dia sedang sakit.""Terus?" Malia tidak mengerti maksud Nara."Sebelumnya dia koma, orang koma tidak sadarkan diri. Mereka berkenalan setelah Evan sembuh. Terus bagaimana Evan sembuh? Kenapa Evan begitu baik sama Anisa? Bukankah semuanya sudah jelas?
Meskipun tanpa Theo, Anisa tetap hidup dengan bahagia.....Setelah masuk ke dalam mobil, Mike membuka sebotol air dan memberikannya kepada Anisa.Mike tidak langsung menginjak pedal gas, dia menunggu sampai Anisa selesai minum."Mau makan siang apa?" tanya Mike."Aku belum lapar. Lagi pula belum jam makan siang," jawab Anisa."Memang kenapa kalau makan lebih cepat?" tanya Mike.Anisa terdiam beberapa saat, lalu berkata, "Mulai sekarang kamu nggak usah membelikan aku makan siang lagi. Aku bisa atur sendiri."Mike suka makan daging, sedangkan Anisa mual setiap melihat daging.Sebelum Anisa hamil, dia juga suka makan daging. Mike curiga, ada apa dengan Anisa? Kenapa sikapnya jadi aneh?"Kamu diet? Anisa, kamu jangan terlalu kurus. Lagi pula kamu bukan artis yang harus selalu menjaga bentuk badan," kata Mike.Anisa tidak heran melihat Mike yang curiga. Mike adalah orang yang sensitif, dia juga sangat mengenal keseharian Anisa."Aku nggak diet, aku cuma nggak mau makan sama kamu," jawab An
Anisa tahu apa yang terjadi, tetapi dia malas menjelaskannya."Eden, beri tahu bosmu, Anisa dan Evan berpacaran!" Mike sengaja berkata seperti itu agar Theo segera melupakan Anisa.Sesaat mendengar ucapan Mike, Anisa langsung merebut earphonenya dan berkata, "Eden, jangan percaya sama Mike. Aku dan Evan hanya rekan kerja sama. Theo yang mengembalikan jaket ini, tapi aku tidak tega membuangnya, aku susah payah merajut jaket ini. Kalaupun suatu hari nanti aku berpacaran dengan orang lain, aku tidak akan mengenakan jaket ini untuk pergi berkencan."Eden terdiam. Ternyata Mike membohonginya! Dia sedang bersama Anisa!Eden merasa sangat canggung. "Anisa, itu baju kamu, terserah mau kamu pakai atau tidak. Aku tidak bermaksud apa-apa .... Pak Theo bukan malaikat, dia juga bisa salah. Aku tidak akan menyalahkanmu lagi.""Em. Hari ini dia pergi kerja? Bukannya dia disuruh istirahat di rumah?" Anisa bertanya dengan tenang."Pak Theo tidak mau mendengarkan nasehat dokter, tapi Kak Sabai sudah men
Theo baru selesai mandi. Salah satu tangannya sedang mengeringkan rambut, sedangkan tangan satu lagi memegang ponsel.Sesaat melihat berita yang muncul, tangan Theo langsung bergetar. Tatapan Theo terlihat dingin dan muram. Sejak kapan Anisa menerima barang pemberian pria lain?Jangan-jangan, kemarin Anisa datang untuk memberi tahu Theo mengenai pacar barunya?Theo menutup ponsel dan melemparkannya ke dalam lemari. "Prang!"....Di sebuah vila klasik yang mewah.Malia menggoyangkan gelas anggur yang dipegangnya."Kamu tahu apa yang paling seorang artis takutkan?" Malia bertanya kepada Nara. "Artis-artis paling takut kehilangan penggemar. Terus apa yang bisa membuat artis kehilangan penggemar? Saat artis itu menjalin hubungan asmara dengan wanita lain. Walaupun Evan sangat terkenal, para penggemarnya tidak akan menerima keberadaan Anisa."Nara sangat mengagumi kepintaran Malia."Evan pasti panik. Aku ingin lihat bagaimana dia menjelaskannya." Malia tertawa puas. "Zaman sudah berubah, ma
"Wah, licik banget! Apa kataku? Dia menyukaimu, 'kan?" Mike mendengar jelas pembicaraan di antara Anisa dan Evan. "Kalau kamu juga menyukainya, kalian tinggal pacaran!""Dia masih muda, anak muda memang gegabah." Anisa menjelaskan, "Aku juga pernah muda.""Aku tahu, kok! Waktu muda kamu terlalu gegabah memilih Theo, makanya jadi begini," sindir Mike.Anisa terdiam mendengar ucapan Mike."Anisa, berhenti melihat ponselmu." Mike mengusap kepala Anisa. "Jangan pedulikan omongan mereka. Kamu jangan ambil hati.""Aku nggak membaca komentar mereka, kok. Aku juga nggak peduli apa kata mereka," jawab Anisa."Baguslah. Eden mengajakku makan, aku keluar dulu, ya! Kalau ada apa-apa, telepon aku!" kata Mike sambil melihat jam tangannya."Jangan minum-minum, ya!" Anisa mengingatkan."Aku janji!" Mike mengambil kunci mobil dan langsung pergi.Pukul 9 malam, Anisa menutup lampu di kamar anak-anaknya.Setelah Anisa pergi, Wilona menarik lengan William dan berkata, "Kak, aku sedih Ibu menolak Paman Eva
Anisa belum membaca pesan Theo.Setelah membaca klarifikasi yang ditulis Evan, Anisa langsung tidur. Semenjak hamil, Anisa jadi gampang mengantuk.Dulu Anisa membutuhkan setengah jam untuk bisa terlelap, tetapi sekarang dia bisa tidur di mana dan kapan saja.Anisa terbangun sekitar pukul 5 pagi. Kalau bukan karena ingin buang air kecil, dia mungkin masih tidur.Setelah dari kamar mandi, Anisa kembali ke tempat tidur dan membuka ponselnya."Hmm?" Anisa mengucek kedua matanya. Dia sangat terkejut melihat pesan yang dikirimkan Theo.Theo mengirimkan pesan.[ Ada apa mencariku? ]Mencari dia? Anisa mengerutkan alis, dia tidak merasa ada mencari Theo.Sebentar! Apakah Theo sedang membicarakan kedatangan Anisa tempo hari? Berarti Theo mengetahui kedatangan Anisa?Anisa melihat hari dan jam Theo mengirimkan pesan. Theo mengirimkan pesan ini pada pukul 10 kemarin malam.Sekujur tubuh Anisa langsung terasa dingin. Dia berbaring sambil menatap pesan itu.Anisa ragu, apakah dia harus memberi tahu
Sebagai seorang Presdir Tera Group yang terhormat, ego Theo terasa hancur melihat Anisa yang tak langsung membalas pesannya.Suasana hati Theo sangat buruk.Dengan kedua mata yang memerah, Theo mengetik dengan cepat.[ Kamu puas? ]Anisa terkejut membaca pesan Theo yang begitu ketus. Namun Anisa bisa memakluminya, Theo belum tidur semalaman, wajar saja dia emosi.Anisa membalas dengan sabar.[ Sudah jam 6 pagi, tidurlah! Aku juga mau tidur. ]Setelah membalas pesan Theo, Anisa menutup ponselnya dan kembali tidur.Theo kalah telak, dia tidak lagi membalas pesan Anisa. Di dalam hubungan, siapa yang lebih berinisiatif, dia yang kalah!Pukul 7.30 pagi.Gerbang rumah terbuka perlahan-lahan. Bibi Nini pergi dengan membawa tasnya.Sesaat melihat sosok Bibi Nini, Thea langsung mengejarnya.Ketika mendengar suara langkah kaki, Bibi Nini berhenti dan menoleh ke belakang. "Thea, hari ini aku ada urusan sebentar. Kamu jangan nakal ya di rumah."Thea menggelengkan kepala. Setiap hari Bibi Nini sela
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."