Theo tampak mengenakan jas berwarna cokelat muda, dia terlihat gagah dan tampan.Theo selalu mengenakan busana berwarna gelap, dia jarang mengenakan pakaian berwarna terang. Kedatangan Theo sontak membuat suasana menjadi canggung.Sania menggertakkan giginya sambil mengepalkan tangan. Rasanya Sania ingin menghajar Vanzoe sampai babak belur!Untuk apa Vanzoe mengajak Theo ke sini? Sesaat melihat Theo, Anisa bergegas menarik tatapannya.Jantung Anisa berdegup kencang, bayang-bayang pada malam itu pun menghantui ingatannya. Anisa masih mengingat jelas semuanya ....Malam ini ada begitu banyak orang. Anisa yakin, Theo tidak mungkin berani bertindak sembarangan. Sekarang Theo memposisikan dirinya sebagai pihak yang terutang, sedangkan Anisa adalah pihak yang berutang.Apakah Theo tidak tahu malu? Meskipun Anisa tidak mengundangnya, berani-beraninya dia datang dan ikut berpesta.Sania langsung menarik lengan Vanzoe dan mencubitnya sambil melotot. Vanzoe mengangkat kedua bahunya, dia tidak ta
Eden mengambil sebuah daging panggang, lalu memasukkannya ke dalam mulut Mike dan menyuruhnya diam.Ketika Vanzoe dan Sania kembali, Eden bangkit berdiri dan bergegas membantu mereka. "Wah, banyak banget. Ada bir, ada anggur merah .... Kamu curi dari gudang ayahmu, ya?""Mencuri? Enak saja! Kalau ada di rumahku, berarti punyaku juga." Vanzoe membuka sebotol anggur merah.Eden juga mengambil beberapa gelas untuk Mike dan Theo, lalu menuangkan anggurnya untuk mereka.Grey yang biasanya tidak minum juga menuangkan segelas anggur sambil berkata, "Malam ini ramai banget. Aku juga ikut minum.""Wah, hari ini Kak Grey seru banget. Akhirnya kamu ikut minum." Sania mengambil botol anggur yang dipegang Grey dan menoleh ke arah Anisa. "Anisa, kamu mau?"Anisa menggelengkan kepala. "Aku mau jaga anak-anak. Kalian saja yang minum.""Ya sudah. Tenang saja, aku akan membantumu untuk mengawasi tamu tak diundang ini." Sania beranjak duduk di samping Theo dan berkata, "Pak Theo, kamu tidak menemani calo
William menoleh ke arah Theo, mereka saling bertatapan selama beberapa detik.Kemudian William memelototi Theo sambil berkata kepada Wilona, "Dia tidak akan memakan makanan yang kamu berikan.""Huhuhu. Kak, ngapain dia ke sini?" Meskipun membenci Theo, Wilona terus memperhatikannya."Tidak tahu. Kamu sudah makan?" tanya William.Wilona menggelengkan kepala. "Ibu lagi ambilin saus."Ketika Anisa keluar membawa saus, Sania menghampirinya dan berbisik, "Anisa, di rumahmu nggak ada obat pencahar, 'kan?""Kenapa?" Anisa menggelengkan kepala.Sania menceritakan kelakuan Wilona kepada Anisa. "Aduh, lucu banget. Kamu nggak lihat ekspresinya Theo, hahahaha. Dia mau marah, tapi nggak bisa marah. Ditambah, Wilona begitu menggemaskan, siapa yang tega memarahinya?"Anisa tercengang mendengar cerita Sania. Pantas saja Wilona memaksa Anisa pergi saus, ternyata Wilona mau mengalihkan perhatian Anisa.Anisa menyiapkan makanan untuk anak-anaknya, lalu beranjak ke samping Wilona dan William sambil berkat
"Theo, kamu nggak capek?" Anisa menggertakkan gigi."Kamu capek?" Theo menarik pergelangan tangan Anisa dan mendorongnya ke tempat tidur. "Aku lihat suasana hatimu lumayan bagus. Kenapa tiba-tiba capek? Karena melihat aku?"Sembari berbicara, tangan Theo mulai membuka pakaian Anisa. Anisa sontak menahan tangan Theo dan memohon, "Theo, jangan di rumahku!""Kenapa?" Theo tidak memberikan Anisa kesempatan untuk menjawab. "Kenapa tidak boleh di rumahmu? Karena ada pria lain yang pernah tidur di sini?"Anisa mendorong dada Theo. "Karena kamu kotor! Aku jijik!"Ucapan Anisa langsung membuat Theo terdiam. Anisa merasa Theo kotor? Anisa jijik karena Theo pernah meniduri Nara?Anisa bangkit berdiri, lalu membuka pintu dan mengusir Theo. "Keluar!"Theo berjalan ke arah pintu, dia mengangkat tangan dan kembali menutup pintunya. "Memangnya kamu tidak kotor?""Kamu pernah mengandung anak pria lain." Setelah kembali mengunci pintu, Theo menarik pinggul Anisa dan menggendongnya ke atas tempat tidur.
"Ibu!""Ibu!"Teriakan William dan Wilona menggemparkan seisi rumah.Di kamar utama, Anisa terkejut mendengar teriakan kedua anaknya. Anisa langsung mendorong Theo, tetapi tenaganya tidak cukup kuat."Theo, minggir, awas!" Seiring kegelisahan dan kekhawatiran yang dirasakan, Anisa pun meneteskan air mata.Theo menahan kedua pergelangan tangan Anisa dan tidak membiarkannya pergi."Aku belum selesai." Suara Theo terdengar tidak senang. "Mereka mencarimu bukan karena benar-benar ada masalah.""Aku tidak peduli. Selama mereka memanggilku, aku harus selalu ada untuk mereka." Anisa berusaha memberontak.Namun Theo mencengkeram Anisa dengan semakin kuat. Theo sama sekali tidak ada rencana untuk melepaskan Anisa.Anisa tak berdaya, dia hanya bisa menangis. Perlahan-lahan, sorotan mata Anisa pun memancarkan kebencian.Di luar pintu.Melihat Wilona yang menangis, Sania langsung memeluk dan menggendongnya."Wilo, maafkan Tante. Tante minum terlalu banyak, jadi asal ngomong." Sania membawa Wilona
Ketika Anisa mematikan lampu, Theo sempat melihat air mata yang mengalir di sudut mata Anisa.Hasrat Theo memang terpenuhi, tetapi hatinya justru terasa hampa. Theo malah khawatir melihat Anisa yang diam dan pasrah.Dengan pencahayaan yang remang-remang, Theo dapat melihat punggung Anisa secara samar-samar. Seketika, Theo mengerutkan alisnya, perasaannya terasa campur aduk.Meskipun Theo dan Anisa berbaring di tempat tidur yang sama, Theo merasa jarak mereka sangatlah jauh. Kemudian Theo mengulurkan tangannya secara perlahan-lahan, lalu mendekat Anisa ke dalam pelukannya."Lepaskan!" teriak Anisa sambil terisak-isak."Tidak mau." Theo memeluk Anisa dengan erat.Theo meletakkan dagunya di atas pundak Anisa dan mencium aroma tubuhnya. "Aku mau tidur di sini."Sekujur tubuh Anisa terasa seperti diikat, dia sama sekali tidak bisa bergerak. Sikap Theo tidak lembut, tetapi setidaknya tidak sekasar tempo hari.Walaupun ini adalah rumahnya Anisa, Theo lebih terlihat seperti tuan rumah. Kapan T
Theo menyeringai dingin. William mau menjadi ayahnya Theo? Konyol!Tadi malam Theo bermalam di Vila Starbay. William dan Wilona pasti tidak bisa tidur semalaman, mereka tidak mungkin tinggal diam. Semalam William pasti sibuk meretas sistem keamanan Tera Group. Seharusnya Theo marah, tetapi mengingat William yang marah sampai tidak bisa tidur, Theo malah tersenyum puas."Pak, apakah perlu lapor polisi?" tanya Eden.Theo lanjut menuruni tangga sambil menjawab dengan tenang, "Bagaimana keadaan sekarang?""Sedang diperbaiki," jawab Eden."Butuh berapa lama?""Katanya bisa dibereskan sebelum jam 12 siang," jawab Eden."Tidak perlu lapor polisi.""Baik. Pak, Anda mencurigai William pelakunya?" Eden bertanya dengan hati-hati."Tidak perlu dicurigai, memang dia pelakunya."Eden harus mengakui kehebatan William. "Baiklah. Wah, William hebat banget. Padahal Tim IT sudah memperketat sistem keamanan, tapi dia masih bisa meretasnya.""Apa gunanya hebat? Kepintarannya digunakan untuk hal-hal yang ti
Sesaat memasuki kamar, Sabrina mengambil ponsel yang diberikan pelayan, lalu berkata, "Halo, aku adalah ibunya Theo. Kamu kenal Theo Pratama?""Halo, Bu Pratama. Maaf, ada apa menghubungi aku?" tanya orang yang berada di ujung telepon."Aku dengar, di sekolah kalian ada murid yang bernama William Kintara?" tanya Sabrina."Benar.""Begini, aku memerlukan beberapa helai rambutnya. Apakah kamu bisa membantuku? Aku akan memberikanmu imbalan. Berapa bayaran yang kamu minta?" Sabrina tidak berbasa-basi.Orang di ujung telepon tidak mengerti. "Maaf, untuk apa Anda memerlukan rambutnya? Sepertinya Anda belum mengetahui kondisi William. Anak itu tidak suka disentuh. Biasanya, dia hanya bermain dengan adiknya."Sabrina tidak menyangka pekerjaan semudah ini malah sulit dilakukan pada William."Coba kamu pikirkan cara. Kalau tidak dapat rambut, darah juga boleh. Ibunya adalah mantan istri putraku. Aku mencurigai identitas William, makanya aku membutuhkan bantuanmu. Kalau kamu berhasil, aku akan me
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."