"Pak Theo, seingatku, kamu pernah memaksanya untuk menggugurkan kandungan, 'kan?" tanya Dokter Subandi."Em. Pengawalku sendiri yang membawanya ke rumah sakit." Beberapa waktu lalu, Theo masih memastikannya kepada pengawal tersebut. "Setelah operasi, dokter yang mengaborsi kandungan Anisa bahkan menjelaskan kepada para pengawal mengenai beberapa hal yang harus diperhatikan.""Kalau begitu, anaknya benar-benar keguguran. Mungkin Anisa merindukan anak yang diaborsi itu, makanya dia mengadopsi anak yang mirip denganmu."Jangan-jangan, Anisa masih membenci Theo karena masalah itu?....Di Vila Starbay.Kamar utama.Mike, William, dan Wilona menatap Anisa yang sedang tidur.Sekitar pukul 1 subuh, Mike masih sempat menelepon Anisa, tetapi ponselnya tidak aktif. Sekarang tiba-tiba Anisa malah sudah ada di rumah. Kapan dia pulang?"Di rumah ada nyamuk, ya?" tanya Wilona dengan suara yang menggemaskan."Nggak ada, kok. Kenapa?" Mike mengamati seisi kamar."Ibu digigit nyamuk," jawab Wilona samb
William dan Wilona melihat seorang wanita paruh baya yang tampak berusia 60 tahunan."Ibunya Theo." William mengenali wajah Sabrina."Hah?" Wilona membelalak. "Berarti kita harus memanggilnya Nenek?""Tidak!" William melirik Wilona dengan sinis. "Dia pasti datang untuk mencari masalah.""Hem. Aku nggak akan biarin dia mencelakai Ibu. Kak, kita harus mengusir dia." Wilona mendengus dingin.William bergegas mencari dronenya, sedangkan Wilona mengikuti dari belakang.Sabrina mengerutkan alis, kenapa Anisa tidak membuka pintunya? Sabrina tidak bisa tidur semalaman, makanya dia datang melabrak Anisa untuk meminta penjelasan."Ngung, ngung ...." Terdengar suara di atas kepala Sabrina.Ketika mengangkat kepalanya, Sabrina melihat sebuah drone yang beterbangan. Di saat Sabrina kebingungan, drone tersebut menyemburkan cairan berwarna merah."Ah ...," Sabrina berteriak histeris saat cairan berwarna merah mengenai jaketnya yang mahal.Teriakan Sabrina sontak membangunkan Anisa yang sedang tidur.
"Kalau tidak ada hubungan darah, tidak mungkin semirip itu. Firasatku mengatakan ... kedua anak itu adalah cucuku. Waktu kecil Theo juga seperti itu, tatapannya dingin dan cuek. Mata anak itu sangat mirip dengan Theo.""Tapi sepertinya Tuan Theo tidak mencurigai latar belakang anak itu," jawab pelayan."Theo sudah lupa wajahnya waktu kecil. Aku adalah ibunya, aku tahu bagaimana perawakan anakku," kata Sabrina."Benar juga. Terus apa rencana Nyonya?" tanya pelayan.Sebuah pikiran terbesit di pikiran Sabrina. "Tes DNA! Aku harus mencari tahu apakah anak itu adalah anaknya Theo.""Hmm, berarti kita harus mendapatkan darah atau rambut anak itu.""Pasti ada caranya. Setelah tahu jawabannya, aku baru memberi tahu Theo." Sabrina terlihat sangat percaya diri.Di rumah sakit.Nara sedang memainkan ponselnya agar tidak bosan.Setelah keguguran, Nara masih harus dirawat di rumah sakit. Tadi pagi Theo sempat datang menjenguknya selama 10 menit. Kemudian ada panggilan masuk dan Theo pun harus pergi
Setelah menerima pesan dari Nara, William mulai berpikir apakah dia harus memeras Nara?Sekarang Nara dan Theo sudah berpisah, anaknya juga keguguran. Jadi rekaman perselingkuhan Nara dan Leo sudah tidak ada gunanya."Kenapa kalian berdua menyemprot Bu Sabrina?" Anisa meneguk segelas air, lalu beranjak ke kamar untuk menasehati kedua anaknya. "Tidak peduli apakah Bu Sabrina membenci Ibu, dia sudah berumur 70 tahun. Bagaimana kalau dia terkejut dan kena serangan jantung?"Wilona mengedipkan kedua matanya dan menjawab dengan polos, "Kalau dia sakit, Ibu bisa menyembuhkannya.""Ibu bukan malaikat. Ibu tidak bisa menyembuhkan semua penyakit.""Tapi dia nggak sakit, kok. Dia masih bisa membentak Ibu. Bu, aku dan Kakak nggak akan membiarkan siapa pun menindas Ibu," Wilona lanjut bergumam.Sesaat mendengar celotehan putrinya, hati Anisa pun luluh."Mereka tidak menindas Ibu. Ibu juga bukan orang yang lemah," kata Anisa sambil membelai kepala putrinya."Tadi malam Ibu ke mana? Aku dan Kak Will
Salon ini terletak di dalam sebuah toko barang mewah.Setahu Anisa, tempat ini hanya menjual tas dan pakaian mewah. Tidak disangka, ternyata mereka juga membuka bisnis salon."Anisa, aku dan Vanzoe berencana menikah awal bulan Mei tahun ini." Sania tampak antusias saat memberi tahu Anisa mengenai kabar bahagia ini. "Kamu harus menjadi bridesmaid, sedangkan kedua anakmu harus menjadi flower girl dan flower boy."Anisa tersenyum sambil menggelengkan kepala. "Anak-anakku tidak masalah, tapi aku nggak bisa menjadi bridesmaid-mu. Kamu cari orang lain saja."Anisa merasa tidak pantas, dia merasa sudah terlalu tua untuk menjadi bridesmaid."Aku dan Vanzoe sudah memberi tahu orang tua kami. Semuanya setuju, kok. Ayo, kita bikin model kuku yang sama." Sania menarik Anisa ke sampingnya."Sania, aku nggak bisa jadi bridesmaid-mu. Aku berharap kamu dan Vanzoe bahagia dan langgeng selamanya, jangan seperti aku. Aku sudah cukup bahagia, tapi aku berharap kamu lebih bahagia," Anisa berkata dengan tul
Sebelumnya, Resha dan Malia sudah putus, tetapi begitu Malia menjual semua asetnya di luar negeri, Resha kembali mendekati Malia."Resha, aku dengar Theo memberi putrimu 2 triliun, ya?" Malia sengaja meninggikan suaranya.Sesaat melihat gelagat aneh Malia, Resha menoleh dan melihat keberadaan Anisa."Iya, kemarin kasihnya," Resha menjawab dengan bangga."Bagaimana kalau suruh anakmu berinvestasi di tempatku? Aku akan melipatgandakan uangnya." Malia tersenyum."Boleh, boleh. Nanti aku tanyakan sama dia. Sebenarnya putriku sangat menyukaimu, dia juga mendukung hubungan kita." Resha menyanjung Malia."Anisa, aku sudah kembali." Malia mendekati Anisa. Raut wajah Malia terlihat sangat angkuh."Baguslah. Kalaupun kamu tidak pulang, aku yang akan pergi mencarimu," Anisa menjawab dengan dingin."Oh, aku juga pulang untuk menemuimu. Nyawa ibumu tidak cukup untuk mengganti nyawa putri dan adikku." Malia mengangkat kedua alisnya. "Bukannya kamu sangat mencintai Theo? Aku akan menggunakan uang yan
Theo tampak mengenakan jas berwarna cokelat muda, dia terlihat gagah dan tampan.Theo selalu mengenakan busana berwarna gelap, dia jarang mengenakan pakaian berwarna terang. Kedatangan Theo sontak membuat suasana menjadi canggung.Sania menggertakkan giginya sambil mengepalkan tangan. Rasanya Sania ingin menghajar Vanzoe sampai babak belur!Untuk apa Vanzoe mengajak Theo ke sini? Sesaat melihat Theo, Anisa bergegas menarik tatapannya.Jantung Anisa berdegup kencang, bayang-bayang pada malam itu pun menghantui ingatannya. Anisa masih mengingat jelas semuanya ....Malam ini ada begitu banyak orang. Anisa yakin, Theo tidak mungkin berani bertindak sembarangan. Sekarang Theo memposisikan dirinya sebagai pihak yang terutang, sedangkan Anisa adalah pihak yang berutang.Apakah Theo tidak tahu malu? Meskipun Anisa tidak mengundangnya, berani-beraninya dia datang dan ikut berpesta.Sania langsung menarik lengan Vanzoe dan mencubitnya sambil melotot. Vanzoe mengangkat kedua bahunya, dia tidak ta
Eden mengambil sebuah daging panggang, lalu memasukkannya ke dalam mulut Mike dan menyuruhnya diam.Ketika Vanzoe dan Sania kembali, Eden bangkit berdiri dan bergegas membantu mereka. "Wah, banyak banget. Ada bir, ada anggur merah .... Kamu curi dari gudang ayahmu, ya?""Mencuri? Enak saja! Kalau ada di rumahku, berarti punyaku juga." Vanzoe membuka sebotol anggur merah.Eden juga mengambil beberapa gelas untuk Mike dan Theo, lalu menuangkan anggurnya untuk mereka.Grey yang biasanya tidak minum juga menuangkan segelas anggur sambil berkata, "Malam ini ramai banget. Aku juga ikut minum.""Wah, hari ini Kak Grey seru banget. Akhirnya kamu ikut minum." Sania mengambil botol anggur yang dipegang Grey dan menoleh ke arah Anisa. "Anisa, kamu mau?"Anisa menggelengkan kepala. "Aku mau jaga anak-anak. Kalian saja yang minum.""Ya sudah. Tenang saja, aku akan membantumu untuk mengawasi tamu tak diundang ini." Sania beranjak duduk di samping Theo dan berkata, "Pak Theo, kamu tidak menemani calo
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."