"Pak Mike, kenapa ponsel kamu dan ponsel Bu Anisa tidak bisa dihubungi?" Wakil Presdir Kintara Group mengamati Mike yang baru bangun tidur. "Gawat, ada masalah besar. Cepat, panggil Bu Anisa!""Kenapa? Perusahaan belum bangkrut, 'kan?" Mike membalikkan badan dan beranjak ke kamar Anisa.Wakil Presdir bergegas mengikuti dari belakang. "Kamu dan Bu Anisa mencari artis untuk mempromosikan drone kita? Di facebook ada seorang artis bernama Evan Sinder yang mempromosikan drone kita. Dia adalah artis besar!"Mike sontak terkejut. "Aku tidak mengerti maksud kamu.""Di facebook ada seorang artis bernama Evan Sinder yang mempromosikan drone seri wind kita. Setelah dia mempromosikan drone kita, pesanan yang masuk tidak berhenti-berhenti. Wah, aku tidak pernah melihat pesanan sebanyak ini." Wakil Presdir datang karena nomor Mike dan Anisa tidak bisa dihubungi.Mike merasa ada yang tidak beres, dia pun bergegas pergi ke kamar utama. Begitu pintu kamar dibuka, dia tidak melihat seorang pun di dalam.
Di dalam mobil Rolls-Royce berwarna hitam.Pintu mobil terkunci rapat. Anisa mulai menyesali keputusannya.Anisa masuk ke dalam mobil Theo dalam keadaan setengah sadar. Begitu Anisa masuk, Theo langsung mengunci pintu mobilnya.Apa maksud Theo? Dia mau menculik Anisa?"Theo, kamu mau apa?" Anisa mengerutkan alisnya.Bukannya hari ini adalah hari pertunangan Theo dan Nara? Kenapa Theo malah datang menemui Anisa?"Anisa, kamu kenal Evan Sinder?" tanya Theo sambil mengamati ekspresi Anisa. "Jangan bohong!"Setelah menjawab telepon Theo, ponsel Anisa mati karena kehabisan baterai. Jadi dia tidak tahu menahu soal apa yang sedang terjadi di internet.Namun Anisa agak terkejut mendengar Theo yang tiba-tiba membahas soal Evan."Nggak kenal, kenapa?" Anisa berusaha tetap tenang saat menghadapi sosok yang familier, tetapi membuatnya merasa asing ini."Kalau kamu tidak kenal, untuk apa dia membantu kamu? Aku pernah melihat fotonya di ponselmu. Kamu bukan penggemar fanatik, kamu hanya mengidolakan
"Bu, Theo membatalkan pernikahannya. Dia tidak jadi datang," Marvin melaporkan kepada Sabrina."Ada apa? Apakah terjadi sesuatu?" Sabrina kelihatan terkejut.Marvin menggelengkan kepala. "Aku tidak tahu, dia tidak menjelaskan apa-apa. Ibu pulang dulu saja, biar aku yang menjelaskan kepada para tamu."Masalah ini agak mempermalukan Keluarga Pratama dan juga Nara. Hanya saja tidak ada yang berani bersuara.Para tamu undangan bergosip sambil memperhatikan Nara yang sedang menangis. Seumur hidupnya, Nara tidak pernah dipermalukan seperti ini.Nara sudah tidak tahan, dia bangkit berdiri dan bergegas pergi.'Anisa, aku tidak akan melupakan dendam ini!' pikir Nara.Di Vila Starbay.Dari layar laptop, William melihat Nara yang kabur. William mengerutkan alis, Theo tidak datang? Mereka tidak jadi bertunangan? Kalau jadi bertunangan, kenapa Nara kabur?Anehnya, William malah merasa lega. Dia memang membenci Theo, tetapi dia tidak bisa mengubah fakta bahwa Theo adalah ayah kandungnya.Di mulut, W
Entah berapa lama ciuman ini berlangsung, hingga tiba-tiba terdengar suara ketukan. "Tok, tok, tok."Sesaat mendengar kaca jendela yang diketuk, Theo baru melepaskan Anisa.Di depan jendela, Mike tampak memperhatikan mereka dengan kebingungan. Anisa sangat kaget, wajahnya sontak berubah menjadi pucat.Secara spontan, Anisa membuka pintu mobil dan hendak keluar. Namun Theo menahan pergelangan Anisa, lalu berkata dengan serak, "Jendelanya pakai kaca gelap, dia tidak bisa melihat kita."Hu, Anisa langsung menghela napas lega. Ciuman tadi telah membuat pikirannya kacau.Wajah Anisa memerah, rambutnya berantakan, dan jaketnya tergeletak di lantai mobil. Anisa memungut jaketnya, sedangkan Theo memberikan sebotol air kepadanya."Nggak perlu." Anisa memelototi Theo.Setiap mengingat kejadian barusan, Anisa merasa kesal sampai sakit kepala. Walaupun haus, Anisa tidak sudi meminum air yang diberikan Theo.Theo sama sekali tidak memedulikan tatapan Anisa yang dipenuhi kebencian. Ciuman tadi bagai
Nara sudah pasrah. Dia sudah mempersiap diri semisalnya Theo mengajak berpisah dan mengusirnya dari rumah ini.Karena tidak bisa memberikannya cinta, Theo pasti akan memberikannya uang yang banyak. Kalau dipikir-pikir, Nara tidak sepenuhnya rugi.Sebuah mobil Rolls-Royce berhenti di halaman rumah. Begitu mendengar suara pintu mobil, Sabrina langsung berkata kepada Nara, "Theo sudah pulang. Tenang saja, aku akan memintanya untuk memberikan penjelasan."Nara sangat sakit hati, dia hanya duduk di sofa. Hari ini adalah hari pertunangan mereka, kenapa Theo tega mengatakan bahwa dia mencintai Anisa?Theo tak hanya mengabaikan perasaan Nara, dia juga tidak menghormati Nara.Untungnya Nara adalah dokternya Thea, dokter yang telah mengoperasi Thea. Jika Nara bukan dokternya Thea, mungkin Theo sama sekali tidak akan menganggapnya.Theo melangkah masuk ke dalam rumah."Bu," sapa Theo."Theo, kamu tidak apa-apa?" Sabrina menggenggam lengan Theo dan mengamatinya."Aku baik-baik saja." Theo memapah
Di Vila Starbay.Sesaat keluar dari kamar mandi, Anisa mendengar ponselnya yang berdering, lalu bergegas menjawabnya, "Halo, Kak Grey?""Anisa, kenapa ponselmu susah banget dihubungi?" Grey sudah berkali-kali menelepon Anisa."Bateraiku habis. Kamu mau memberitahuku soal masalah Evan?" Anisa agak merasa bersalah."Em, Evan takut kamu marah," jawab Grey."Aku nggak marah. Aku malah merasa nggak enak karena sudah merepotkan dia. Nanti aku akan menelepon dia," jawab Anisa."Baiklah." Grey menghela napas lega. "Tadi pagi semua orang sibuk mencarimu, tapi ponselmu nggak bisa dihubungi. Aku menelepon Mike, kata Mike kamu juga nggak ada di rumah. Kamu ke mana?"Anisa agak bingung menjawab pertanyaan Grey. Akhirnya Anisa asal mencari alasan dan berkata, "Aku lari pagi.""Oh .... Olahraga memang perlu, jangan seharian duduk di depan komputer saja. Harusnya masalah di perusahaanmu sudah beres, 'kan? Tidak peduli apa pun yang terjadi, kamu harus tetap kuat, ya! Kesehatan dan kebahagiaan di atas s
"Nggak apa-apa. Kalaupun dia menemukan keberadaan aku, aku nggak akan menyebut namamu. Tenang saja!""Em, kamu harus istirahat biar cepat sembuh. Aku menunggumu kembali ke atas panggung." Anisa menyemangati Evan."Aku akan berusaha!"....Pada sore, Evan kedatangan seorang tamu asing. Tidak disangka, Theo bisa menemukan keberadaan Evan dalam waktu secepat ini.Theo tak datang sendirian, dia datang bersama seorang wanita."Halo, Evan. Maaf mengganggu istirahatmu," Theo menyapa dengan sopan. "Aku sudah lama mencari keberadaanmu. Kalau bukan karena postinganmu, aku tidak tahu harus mencarimu sampai kapan."Raut wajah Evan terlihat datar, dia membalas sapaan Theo dengan sopan, "Pak Theo, ada apa mencariku?"Theo melirik Thea dan berkata, "Thea, di sana ada kucing. Kamu ajak main dulu sana."Setelah pengawal menemani Thea pergi bermain, Theo kembali menatap Evan dan berkata, "Dia adikku. Dia mengalami keterbelakangan mental."Evan tertegun mendengarnya."Adikku lucu dan baik." Kedua mata Th
Mau sampai kapan Anisa membohonginya?Anisa mewaspadai Theo atau menganggap Theo sebagai musuh?Kenapa Anisa begitu menjaga jarak? Apa yang dia takutkan? Untuk apa memusuhinya?Theo tidak pernah menyakiti Anisa, kenapa Anisa begitu membencinya?Di sepanjang perjalanan pulang, Theo tidak bisa berhenti memikirkan masalah ini. Sesampainya di rumah, Bibi Nini mengajak Thea ke kamar, sedangkan Theo menelepon seseorang dan pergi lagi.Di sebuah klub malam yang mewah.Begitu melihat Theo sampai, Sabai langsung menarik dan mengajaknya duduk di sofa."Theo, kamu ke mana saja hari ini?" tanya Sabai sambil menuangkan segelas anggur."Cari Evan." Theo mengambil anggur yang diberikan dan meneguknya. "Kamu pasti tidak menyangka siapa orang yang mengoperasi Evan."Sabai menunggu kalimat Theo selanjutnya, tetapi dia malah menggelengkan kepala dan mengganti topik pembicaraan."Apakah aku memperlakukan Anisa dengan buruk?" Theo meneguk anggurnya sambil mengerutkan kening. "Dia yang minta cerai. Aku suda
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."