"Sama Theo ...." Mike menunjuk ke arah aula.Anisa melihat Theo dan Grey duduk satu meja, sedangkan para pengawalnya Theo berjaga di samping.Terdapat sebotol anggur di atas meja Theo dan Grey. Apakah mereka mau minum?Anisa mengerutkan alis. Grey jarang minum, dia juga tidak pernah mabuk-mabuk."Dua anak bau kencur! Kita lihat saja siapa yang tumbang duluan!" Mike seolah sedang menantikan pertunjukan seru.Anisa hampir lupa, Theo juga tidak bisa minum terlalu banyak ...."Anisa, nggak apa-apa, biarkan mereka bertanding." Mike menepuk pundak Anisa."Semua gara-gara kamu!" Anisa mengempaskan tangan Mike."Lain kali aku nggak akan memercayai Eden dengan gampang. Lain kali aku akan menjebaknya datang ke markas kita! Oke?" Mike berusaha membujuk Anisa."Nggak ada lain kali." Anisa meninggalkan Mike dan pergi menghampiri Sania.Sania mengacungkan jari tengah kepada Mike. Anisa sudah lama tidak berkomunikasi maupun bertemu dengan Theo.Semua gara-gara Mike, Anisa dan Theo jadi harus menghabi
"Bagaimanapun kamu adalah ibu tiriku. Baiklah, aku akan memberimu satu hari." Setelah berbicara, Anisa membalikkan badan dan pergi meninggalkan Malia.Di aula hotel.Theo dan Grey telah meneguk beberapa gelas anggur. Wajah mereka memerah dan mulai mabuk."Grey, aku dengar Profesor Carmen mempunyai murid misterius," tanya Theo sambil menuangkan segelas anggur.Grey tersentak, lalu menatap Theo dan bertanya, "Kamu dengar dari siapa?"Theo mengangkat gelas dan mengajak Grey bersulang. "Kamu hanya perlu menjawab, benar atau tidak?""Maaf, aku tidak bisa memberikan informasi." Grey meneguk anggur yang dituangkan."Profesor Carmen sudah wafat. Lagi pula ini bukan aib, kenapa tidak boleh diberitahu?""Orang yang bersangkutan mungkin tidak ingin orang lain mengetahui identitasnya," jawab Grey.Kilatan cahaya terpancar dari sorotan mata Theo. "Jadi ... benar? Profesor mempunyai murid rahasia?"Theo yakin, "orang yang bersangkutan" yang dimaksud adalah murid rahasia Profesor Carmen.Grey mengamb
Anisa mencium aroma alkohol yang melekat di tubuh Theo. Anisa percaya, Theo memang mabuk. Kalau tidak mabuk, dia tidak mungkin memeluk Anisa di hadapan para karyawannya."Kalau nggak kuat minum, jangan memaksakan diri." Anisa bangun dari pangkuan Theo.Namun Theo menahan pinggang Anisa, dia tidak mengizinkannya pergi."Anisa, temani aku minum segelas." Theo mengambil botol bir, lalu menuangkannya ke dalam gelas. "Tadi malam kamu mabuk karena Galih berhasil ditangkap?"Akhirnya Theo melepaskan pelukannya dan membiarkan Anisa pergi.Begitu menoleh ke samping, Anisa pun terkejut. Di mana Grey?"Theo, di mana Grey?" Anisa bertanya kepada Theo yang bersikap sok polos. Wajah Theo yang memerah membuatnya terlihat semakin licik.Pasti pengawalnya Theo yang membawa Grey pergi saat menarik dan memeluk Anisa dengan paksa."Kamu tidak lihat dia mabuk? Dia harus dibawa pergi istirahat," jawab Theo sambil memberikan segelas anggur kepada Anisa. "Kamu tidak perlu khawatir, aku tidak akan menyakiti Gr
Jika Malia bersedia mempertimbangkan 10 triliun yang Anisa minta, berarti Malia sanggup mengeluarkan uang sebanyak itu.Keesokan hari.Di ruang presdir Tera Group.Sinar matahari memantulkan cahaya ke dalam ruangan yang bersih.Theo kembali membuka daftar nama murid-murid yang dibimbing Profesor Carmen. Dari petunjuk yang diberikan Grey, murid rahasianya Profesor Carmen bukanlah seorang pria paruh baya. Dengan begitu, ruang lingkup pencarian dapat diperkecil.Seketika tatapan Theo pun tertuju pada nama Anisa. Anisa juga merupakan murid Profesor Carmen. Hanya saja, semenjak lulus S2, Anisa tidak berkarier di bidang kedokteran. Ditambah, latar belakang Anisa tergolong sederhana. Dia hanya kuliah, melakukan beberapa penelitian, dan lulus.Theo sempat melihat sekilas skripsi dan karya ilmiah yang ditulis oleh Anisa. Hanya saja isi buku tersebut terlalu sulit, Theo tidak paham.Theo mulai merenung, jangan-jangan Anisa tidak sesederhana yang dipikirkan? Jika Anisa tidak memiliki kemampuan,
Sejak awal, Anisa tidak pernah tertarik untuk berdamai dengan Malia.Tadi malam Anisa sengaja memberikan secercah harapan kepada Malia, lalu menghancurkannya agar dia juga mencicipi rasanya sakit dan kepahitan."Anisa, bagus, bagus banget!" Saking marahnya, bibir Malia sampai bergetar hebat. "Aku juga tidak sudi memberikanmu 10 triliun. Kamu pikir uangku jatuh dari langit?""Em, aku harap arwah adikmu tenang di alam sana. Jangan sampai dia gentayangan dan menghantuimu." Anisa menyindir Malia, "Kamu juga menikmati hasil kotor adikmu."Tekanan darah Malia sontak melonjak, kepalanya terasa berdenyut hebat."Anisa, tunggu pembalasanku! Aku tidak akan melepaskanmu! Dendam putriku ... adikku ... kamu harus membayar semuanya!" teriak Malia."Hmm? Kamu mau membunuh aku? Sistem keamanan Negara Legia sudah tidak selemah 5 tahun lalu. Sebelum membunuh orang, aku sarankan sebaiknya kamu mempertimbangkan risikonya. Di Negara Legia, pelaku pembunuhan akan dihukum mati." Anisa mengingatkan.Wajah Mal
"Kalau kamu berpacaran dengan Eden, apakah kamu akan memberi tahu dia?" Anisa terpaksa bertanya seperti ini, dia ingin tahu bagaimana Mike akan bersikap."Selama kamu nggak mengizinkan, aku nggak akan pernah memberi tahu dia. Kalaupun dia menjadi istriku, kamu adalah prioritas di hidupku. Anisa, kamu adalah penyelamatku, kamu akan selalu menjadi nomor 1 di hatiku," Mike menjawab dengan tegas.Anisa menghela napas lega dan mengantar Mike ke depan pintu.Keesokan hari.Eden datang ke kantor sambil menahan rasa kantuk."Kamu mabuk?" tanya Theo."Tadi malam Mike sengaja mencekoki aku. Sebelum sempat menggali informasi dari dia, aku sudah mabuk." Kepala Eden terasa sangat sakit. "Walaupun aku tidak sempat menanyakan apa-apa, aku menyadari ada bekas luka di kepalanya.""Bekas luka?" Theo mengerutkan alis."Benar. Sepertinya lebih mirip bekas sayatan operasi," Eden menjawab dengan tenang."Operasi kepala bukanlah operasi kecil ...." Theo mengernyit, lalu menjawab dengan suara rendah, "Cari ta
Eden menelepon Theo."Mike bilang dia pernah mengidap tumor ganas. Makin lama, tumor yang diidapnya juga semakin parah. Saat dia kehilangan kesadaran, Profesor Carmen yang mengoperasi kepalanya," Eden menjelaskan."Mike tidak cerita kenapa dia mau bekerja sama dengan Anisa?" tanya Theo."Ada. Katanya dia suka drone, sedangkan Anisa memiliki sistem yang pernah dikembangkan Kintara Group. Setelah sistem peninggalan Omar disempurnakan, Mike sangat puas dengan hasilnya. Jadi dia mengajak Anisa untuk mendirikan perusahaan drone."Jawaban yang diberikan Mike terdengar menyakinkan. Theo tidak merasa ada yang janggal.Setelah selesai berbicara dengan Eden, Theo kembali ke dalam restoran. Walaupun membenci Malia, sekarang Theo masih membutuhkan bantuan Nara.Begitu melihat Theo kembali ke restoran, Nara bergegas menghampirinya dan menjelaskan, "Theo, maafkan aku. Aku juga baru pertama kali bertemu Tante Malia. Aku tidak tahu, ternyata dia ibu tirinya Anisa? Aku jarang berkomunikasi dengan ayahk
Thea terpaksa mengangguk, dia tak bisa menyembunyikannya lagi. Thea takut melihat ekspresi Theo yang serius.Di Vila Starbay.Di ruang tamu, Mike tengah menyombong diri. Dia menceritakan kepada Anisa betapa hebatnya dia saat mencekoki dan mengarang kebohongan untuk menipu Eden."Anisa, aku hebat, 'kan?" Mike meminta pujian. "Eden pasti sudah melaporkannya kepada Theo. Tenang saja, Theo nggak akan mencurigai kamu."Anisa mengupas sebuah apel, lalu memberikannya kepada Mike dan menjawab, "Ternyata kamu masih punya otak.""Eh, kamu jahat banget! Aku memang punya otak!" Mike mengambil apel tersebut dan menggigitnya sekuat tenaga. "Aku cuma malas berpikir. Tapi sekalinya berpikir, kecerdasanku setara sama detektif ...."Di saat bersamaan, Wilona datang sambil membawa sebuah foto album. "Ibu, ini siapa? Ganteng banget, aku suka."Wilona mendapatkan album foto ini dari kamarnya Anisa.Sesaat melihat album foto yang dipegang Wilona, Anisa bergegas meletakkan pisau buah yang dipegangnya. "Wilo,
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."