Di ruang kerja.Theo menyerahkan catatan medis Thea kepada Nara."Selain keterbelakangan mental, tubuh Thea sehat seperti orang pada umumnya. Aku berharap kemampuan kerja otaknya bisa meningkat. Aku ingin dia hidup layaknya manusia normal," kata Theo.Nara membaca catatan medis Thea, lalu bertanya, "Pak Theo, adikmu tinggal di Akademi Akila?""Em." Theo mengangguk."Apakah aku boleh bertemu dengannya? Aku harus melihat kondisinya dulu dan melakukan beberapa pemeriksaan," jawab Nara."Boleh." Theo mengangguk."Bagaimana kalau kita pergi sekarang?" tanya Nara sambil melihat jam."Dokter Nara, kita bicarakan dulu harganya." Semenjak Clara membawa Nara ke sini, mereka belum sempat membicarakan masalah harga.Nara tersenyum dan berkata, "Kita bicarakan nanti saja. Kalau aku tidak bisa menyembuhkan adikmu, aku tidak akan minta bayaran."Semua yang gratis di dunia ini adalah yang paling mahal. Theo lebih suka menyepakati harga di awal."Apa kata Clara? Pekerjaan utamamu pasti terganggu.""Pa
"Aku akan mencarinya!" Pelayan menganggukkan kepala.Setengah jam kemudian, Theo tiba di Akademi Akila.Theo keluar dari mobil dan langsung beranjak ke kamarnya Thea. Thea tinggal di bangunan sendiri, ada guru dan pegawai khusus yang mengurus kesehariannya.Sesaat membuka pintu, Theo tercengang melihat kamar yang kosong dan sunyi.Begitu mengetahui kedatangan Theo, pelayan buru-buru kembali ke kamar Thea dan melaporkan semuanya."Tuan, Nona Thea hilang!" Kedua mata pelayan bengkak setelah menangis seharian. "Kami sudah mencari ke seluruh penjuru sekolah, tapi Nona Thea belum ditemukan.""CCTV rusak, aku tidak tahu Nona ke mana. Nona Thea .... kamu ke mana?" Pelayan menangis tersedu-sedu. "Aku mencarinya sambil berteriak. Nona Thea tidak mungkin mengabaikan aku."Sekujur tubuh Theo terasa tegang, dia langsung mengepalkan kedua tangannya."Tadi malam aku memberi tahu Nona Thea bahwa Anda telah menemukan dokter yang hebat. Aku bilang dia akan sembuh setelah dioperasi. Nona Thea bertanya a
Anisa sangat panik sesaat mendengar ucapan Maya.Anisa tidak habis pikir, kenapa William membawa wanita asing pulang? Ditambah, William tidak suka berbaur, dia tidak suka berinteraksi dengan orang asing.Siapa wanita yang dibawa William?Sesampainya di rumah, Anisa membelalak saat melihat wanita itu. Anisa merasa seperti disambar petir ...."Anisa, kamu sudah pulang?" Maya kaget melihat raut wajah Anisa yang tampak pucat. "Anisa, kamu kenapa?"Anisa menatap lurus ke arah Thea, seolah ingin menerkamnya.Wanita ini berambut panjang, dia mengenakan gaun seperti seorang tuan putri. Wanita ini ....Anisa tidak menyangka bisa bertemu secara langsung! Yang lebih mengejutkan, William yang membawa pulang wanita ini.Apa tujuan wanita ini? Apakah dia melakukannya demi Theo?Napas Anisa terdengar semakin berat. Kenapa wanita ini muncul sesaat Anisa bercerai dengan Theo?Anisa dan Theo sudah bercerai, untuk apa wanita ini datang menemuinya?"Bu, Ibu kembali dulu ke kamar. Aku ingin mengobrol denga
Anisa pernah memikirkan berbagai kemungkinan, tetapi dia tidak menyangka ternyata wanita ini mengalami gangguan kejiwaan?Jangan-jangan ini alasan kenapa Theo tidak mau membahasnya?Anisa kembali ke sofa, dia menutup wajahnya dengan kedua tangan. Dia terlihat sangat kecewa, semua ini sulit dipercaya."Anisa, ada apa?" Maya duduk di samping Anisa dan bertanya, "Kamu kenal dia? Sikapmu aneh ....""Bu, kepalaku sakit. Aku mau menenangkan diri," jawab Anisa."Baiklah, Ibu siapkan kamar tamu," kata Maya sambil bangkit berdiri.Anisa menarik tangan Maya. "Bu, tidak perlu. Wanita ini kenal Theo, mereka bahkan sangat akrab. Aku akan mengantarnya ke pulang."Maya tercengang mendengar ucapan Anisa. Sama seperti Maya, Thea juga kaget dan ketakutan. Sesaat mendengar nama Theo, Thea langsung berteriak dan menangis.Thea menangis sambil menggelengkan kepala.Maya menggenggam tangan Thea, dia berusaha menenangkannya. "Jangan takut, kamu tidak kenal Theo?"Thea terus menggelengkan kepala. Kalau Thea m
"Kenapa kamu bersembunyi di sini?" Suara Theo terdengar ketus saat bertanya kepada William.William bersembunyi di belakang mobil. Kalau sopir tidak lihat, anak ini bisa tertabrak.Wakil kepala sekolah segera menjelaskan, "Pak Theo, ini anak baru. Dia tidak suka berbicara dengan orang asing."Semua anak-anak maupun orang dewasa yang bersekolah di sini pasti memiliki cacat fisik atau gangguan mental. Sesaat mengingat Thea yang juga mengalami gangguan mental, hati Theo pun melunak.William memasukkan laptopnya ke dalam tas, lalu bangkit berdiri dan menjinjingnya dengan satu tangan. Ketika melewati Theo, William menginjak salah satu kaki Theo.Theo tercengang, anak ini sengaja?"Pak Theo, maaf, anak ini tidak sengaja." Wakil kepala sekolah bergegas mengeluarkan selembar tisu dan membersihkan sepatu Theo.William menoleh ke belakang, tatapannya tampak memprovokasi. Dari sudut mata Theo dapat melihat sorotan mata William yang sinis.Dari senyuman sinis William, Theo dapat merasakan bahwa Wi
Thea terlihat bahagia. Dia tidak mungkin bersandiwara, senyuman yang dipancarkan tampak tulus dan polos.Secara intelektual, kecerdasan wanita ini jauh berada di bawah Wilona. Sedikit demi sedikit, kebencian Anisa terhadapnya mungkin memudar.Walaupun Theo sangat mencintai wanita ini, tak dapat dipungkiri bahwa dia adalah wanita yang menyedihkan.Setelah makan malam, William menghampiri Anisa. "Bu."Anisa menatap William dan bertanya dengan lembut, "Kamu mau menjelaskan sesuatu?"William mengangguk. "Aku kasihan."Anisa jarang melihat William mengasihani orang lain.Seketika, Anisa pun teringat pada malam saat dia berpisah dengan Theo. Hari itu Anisa merasa sangat sakit hati karena wanita ini adalah wanita yang dicintai Theo.Namun Anisa tidak mungkin menceritakan semuanya kepada William."Em, memang kasihan. Tapi Ibu tidak bisa menyembuhkannya," jawab Anisa."Kenapa?""Dia harus dioperasi. Kalau operasi gagal, dia akan mati. Ibu tidak bisa melakukan operasi tanpa persetujuan keluargan
"Anisa, kamu mau menyombongkan kesuksesanmu?" Suara Theo terdengar dingin.Anisa tertegun sejenak. Apa yang dibicarakan Theo? Menyombongkan kesuksesan?Oh, sepertinya Theo sedang membahas pembelian gedung."Apa maksudmu menjual gedung itu dengan harga 500 miliar?" Anisa tidak mau kalah. "Meremehkan aku? Aku nggak butuh dikasihani."Theo mengerutkan alis. Dia baru sadar, hubungan mereka sudah benar-benar hancur.Waktu itu Theo sengaja membeli Kintara Group dan berencana untuk memberikannya kepada Anisa. Theo pikir mereka akan langgeng ....Theo tidak membeli gedung itu demi mendapatkan keuntungan. Bukan itu tujuan utamanya!Theo menjualnya dengan harga 500 miliar karena dia sudah tidak memiliki alasan untuk "memberikannya". Kalaupun diberikan, Anisa tidak akan mau menerimanya."Itu harga pasaran." Wajah Theo terasa agak panas. "Kamu tidak perlu dikasihani, aku juga tidak memerlukan uangmu!""Baik, kalau gitu kembalikan 200 miliarnya!" Anisa benar-benar marah.Theo menarik napas panjang
"Benar juga, kalian sudah cerai." Sania menghela napas. "Besok kamu ada waktu? Aku mau mentraktirmu makan."Anisa menjawab, "Hari ini aku baru membeli gedung perkantoran Kintara Group. Beberapa hari ke depan aku bakal sibuk.""Em, aku sudah dengar dari Vanzoe. Katanya kamu membeli gedung itu dengan harga 1,2 triliun. Anisa, kamu kaya banget," kata Sania."Satu triliun. Dia mengembalikan 200 miliar," jawab Anisa dengan tenang."Hah? Anisa, kalian apa-apaan?" Sania terkejut."Menjaga jarak.""Em, kalian memang harus jaga jarak. Jangan dekat-dekat sama bajingan kayak dia." Sania tak sungkan memaki Theo."Sudah malam, tidur sana. Aku juga sudah ngantuk." Anisa menguap.Demi menemukan Thea, Theo rela mengeluarkan uang sebanyak itu. Benar-benar mengharukan.Kali ini Anisa benar-benar mati rasa.Di saat bersamaan, di sebuah apartemen mewah.Clara melihat berita yang menayangkan informasi pencarian orang hilang. Seketika Clara pun merasa tertampar!Thea? Siapa wanita ini? Selama berada di sisi
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."