"Anisa ...." Theo mengangkat tangan dan mengusap air mata Anisa.Anisa melangkah mundur, suaranya terdengar sangat dingin. "Theo, aku sudah mau pergi."Theo mematung di tempat. Sebelum sempat mencerna ucapannya, Anisa melepaskan cincin yang diberikan dan mengembalikannya. "Ini, aku kembalikan.""Theo, aku menyukaimu, tapi aku nggak bisa seperti ini terus." Anisa mengangkat matanya yang berlinang air mata. "Di laptopmu ada foto wanita itu, di ponselmu juga ada foto wanita itu. Di hatimu cuma ada dia. Kamu memang baik kepadaku, tapi kamu lebih mencintai wanita itu. Aku tidak akan meminta penjelasanmu, aku juga tidak akan memaksamu untuk melupakannya. Kalaupun aku paksa, semua hanya sia-sia.""Kita putus." Anisa tidak sedang berdiskusi, dia sedang memberi tahu.Theo tampak mematung di tempat, tatapannya terlihat tidak percaya. Beberapa detik yang lalu, bukankah mereka baik-baik saja? Kenapa tiba-tiba Anisa minta pisah?Ditambah, akhir-ahir ini Anisa selalu menyiapkan makanan, memberikan p
Satu minggu kemudian.Kota Dome. Departemen pemasaran Vila Starbay.Anisa sedang memperhatikan contoh denah rumah.Penjual mendekati Anisa dan bertanya, "Nona cari rumah seperti apa? Vila, apartemen, rumah susun?""Vila," jawab Anisa.Kedua mata penjual langsung berbinar-binar. "Kebetulan tinggal 1. Rumah ini sangat luas, sekitar 300 meter persegi. Vila lebih mahal daripada rumah komplek, jadi ....""Kalau aku bayar sekarang, bisa langsung ditempati?" tanya Anisa.Penjual menganggukkan kepala. "Bisa, bisa! Semua rumah yang kami jual sudah dilengkapi perabotan rumah. Anda tinggal langsung menempatinya.""Baik. Berapa harganya?""Semuanya 60 miliar. Walaupun agak mahal, daerah vila ini sangat bagus. Vila-vila di sini sangat laris, hanya tinggal 1 ...," penjual menjelaskan.Anisa melirik ke samping. Maya sedang menggendong Wilona yang tidur.Anisa menarik kembali tatapannya dan berkata, "Aku mau lihat rumah ini."Penjual bergegas membawa Anisa untuk mengunjungi rumah tersebut, sedangkan M
"Anisa, Ibu pergi belanja dulu, ya! Ibu mau membeli perlengkapan rumah dan sayur. Kamu istirahat saja di rumah," Maya berbicara kepada Anisa.Anisa sedang membongkar koper-kopernya. "Bu, hati-hati, ya! Aku lagi membereskan pakaian.""Em, Ibu pergi dulu." Setelah Maya pergi, suasana di rumah langsung terasa sunyi.Setelah selesai beres-beres, Anisa pergi ke kamar anak-anak untuk mengecek kedua anaknya.Wilona sedang tidur, William juga tampak berbaring di sebelahnya.Anisa menutup kembali pintu kamar, lalu menghela napas. Anisa terenyuh setiap mengingat kondisi William.William adalah anak yang sehat, tetapi dia berbeda dengan anak-anak pada umumnya.William tidak suka berbicara, dia juga menjauhi orang asing. Dia sudah berusia 4 tahun, tetapi belum sekolah.Anisa sudah membawanya ke dokter, tubuh dan otaknya tidak ada gangguan. Bahkan kecerdasannya di atas rata-rata.William memiliki gangguan psikologis. Anisa sudah membawanya ke psikolog, hanya saja masih belum ada hasil.Untungnya Wi
Kedua mata Wilona tampak berbinar-binar. "Ayah ganteng banget."William menutup laptopnya sambil berpikir, apa gunanya ganteng? Pecundang! Dia tidak pantas bersanding dengan Ibu."Kak, kapan kita bisa ketemu Ayah? Apakah Ayah akan senang bertemu kita berdua?" Wilona sangat antusias setiap membayangkan pertemuan dengan ayahnya.Selama 4 tahun ini, Anisa sama sekali tidak pernah membahas tentang Theo di hadapan kedua anaknya.Setiap Wilona bertanya, Anisa selalu mengatakan kalau mereka tidak punya ayah.William berbaring sambil melihat langit-langit. "Tidak."Wilona langsung terlihat sedih. "Kenapa? Kita nggak minta uang, cuma mau ketemu.""Tidur," kata William.Wilona mendengus dingin. "Kak, aku nggak bisa bobo. Aku mau ayah!""Diam!" William sangat kecewa terhadap ayahnya. Dia tidak suka mendengar kata ayah.Wilona langsung menutup mulut. Melihat kakaknya yang kesal, Wilona langsung merangkul lengannya dan berkata, "Kak, maafkan aku. Aku nggak mau bikin Kakak marah. Kalau Kakak nggak s
Setelah beberapa saat, telepon pun diangkat."Pak Caleb, aku Anisa Kintara. Pak Caleb masih ingat aku?" sapa Anisa."Anisa Kintara? Tentu saja ingat. Kalau bukan karena kamu, perusahaan tidak mungkin bangkrut. Kamu masih berani meneleponku? Mau pinjam uang, ya? Tidak ada, aku tidak ada uang!" bentak Caleb.Meskipun Caleb merespons dengan ketus, Anisa tetap bersikap tenang. "Pak, aku menghubungimu bukan untuk meminjam uang. Aku hanya ingin tahu apakah Bapak ada rencana untuk mencari pekerjaan baru?""Mencari pekerjaan baru? Sekarang kamu bekerja sebagai personalia?" tanya Caleb."Bukan, aku ingin membangun kembali Kintara Group. Kalau bisa, aku ingin mempekerjakan karyawan-karyawan lama. Asalkan kalian bersedia, aku akan memberikan gaji 2 kali lipat," jawab Anisa.Caleb tercengang mendengarnya."Pak Caleb? Apakah kamu tertarik?" tanya Anisa.Caleb menarik napas panjang, lalu menjawab, "Sepertinya kamu sudah kaya raya. Kamu tahu berapa banyak uang yang harus kamu habiskan untuk membayar
Sesaat mobil Rolls-Royce melintas, Anisa langsung memeluk William secara spontan dan bergegas membalikkan badan.Setelah mobil itu pergi, William mengangkat kepala dan memperhatikan Anisa yang tampak panik. William curiga, jangan-jangan Anisa mengenal sosok yang ada di dalam mobil itu?William tidak pernah melihat Anisa setakut ini. Perlahan-lahan, William pun penasaran dan tertarik untuk bersekolah di sini.Salah seorang guru memandu Anisa dan William sambil memperkenalkan semua fasilitas yang ada di dalam sekolah.Akademi Akila memang pantas dijuluki sebagai sekolah terbaik di Kota Dome. Tak hanya lingkungan yang bagus, semua guru yang mengajar di sekolah ini juga memiliki sertifikasi internasional.Meskipun agak mahal, Anisa sangat menyukai sekolah ini."Willi, bagaimana menurutmu? Kamu mau coba dulu?" Anisa mengajak William berdiskusi.Kalaupun William menggelengkan kepala, Anisa tidak akan memaksanya. William memang berbeda dengan anak pada umumnya, tetapi Anisa tetap menyayanginy
Anisa tidak ingin menemui Theo.Sebenarnya Anisa bukan takut karena melihat mobil Rolls-Royce yang melintas di Akademi Akila, tetapi sopir yang mengendarai mobil tersebut.Rolls-Royce yang dilihat pagi ini berbeda dengan Rolls-Royce 4 tahun yang lalu. Lagi pula Theo tidak mungkin menggunakan satu mobil yang sama selama 4 tahun.Namun sopir tersebut .... Sopir tersebut jelas adalah sopirnya Theo.Untuk apa Theo pergi ke Akademi Akila? Apakah dia adalah investor di sekolah tersebut?Kalaupun Theo adalah investor Akademi Akila, dia tidak mungkin turun tangan untuk mengecek operasional sekolah. Theo tidak memiliki banyak waktu untuk melakukan pekerjaan remeh seperti ini.Jam makan siang.Saat melihat ekspresi Theo yang tampak masam, Eden pun berkata, "Pak Theo, muridnya Profesor Carmen memang banyak. Tapi tenang saja, kita pasti bisa menemukan murid yang dimaksud Profesor.""Anisa sudah kembali." Suara Theo terdengar dingin."Hah?" Eden terkejut. "Dia menghubungimu?""Belum, tapi tidak aka
Sekitar pukul 2 sore, Anisa menerima kabar dari Caleb bahwa manajer properti ingin menemuinya secara langsung."Anisa, kapan kamu ada waktu? Manajer properti ingin membicarakannya secara tatap muka. Oh iya, siapkan rekening koran selama 3 bulan terakhir. Setelah aku cari tahu, harga gedung di daerah itu berkisar 1 triliun."Anisa terkejut mendengar ucapan Caleb. "Seingat aku, dulu gedung itu dijual dengan harga 500 miliar.""Iya, benar. Tapi selama 2 tahun ini harga properti terus naik. Ditambah lokasi dan letak gedung sangat bagus, wajar saja mahal," Caleb menjelaskan."Baiklah. Em, hari ini aku tidak sempat. Besok saja.""Oke, aku akan mengabari mereka." Caleb menutup telepon dan kembali menghubungi manajer properti.Hari ini Anisa sudah janjian untuk bertemu dengan Sania.Selama beberapa tahun ini, Anisa dan Sania masih berkomunikasi. Walaupun komunikasinya tidak sesering dulu, mereka tetap akrab.Anisa dan Sania bertemu di sebuah restoran barat.Sania datang dengan membawa sebuket
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."