Sesaat mobil Rolls-Royce melintas, Anisa langsung memeluk William secara spontan dan bergegas membalikkan badan.Setelah mobil itu pergi, William mengangkat kepala dan memperhatikan Anisa yang tampak panik. William curiga, jangan-jangan Anisa mengenal sosok yang ada di dalam mobil itu?William tidak pernah melihat Anisa setakut ini. Perlahan-lahan, William pun penasaran dan tertarik untuk bersekolah di sini.Salah seorang guru memandu Anisa dan William sambil memperkenalkan semua fasilitas yang ada di dalam sekolah.Akademi Akila memang pantas dijuluki sebagai sekolah terbaik di Kota Dome. Tak hanya lingkungan yang bagus, semua guru yang mengajar di sekolah ini juga memiliki sertifikasi internasional.Meskipun agak mahal, Anisa sangat menyukai sekolah ini."Willi, bagaimana menurutmu? Kamu mau coba dulu?" Anisa mengajak William berdiskusi.Kalaupun William menggelengkan kepala, Anisa tidak akan memaksanya. William memang berbeda dengan anak pada umumnya, tetapi Anisa tetap menyayanginy
Anisa tidak ingin menemui Theo.Sebenarnya Anisa bukan takut karena melihat mobil Rolls-Royce yang melintas di Akademi Akila, tetapi sopir yang mengendarai mobil tersebut.Rolls-Royce yang dilihat pagi ini berbeda dengan Rolls-Royce 4 tahun yang lalu. Lagi pula Theo tidak mungkin menggunakan satu mobil yang sama selama 4 tahun.Namun sopir tersebut .... Sopir tersebut jelas adalah sopirnya Theo.Untuk apa Theo pergi ke Akademi Akila? Apakah dia adalah investor di sekolah tersebut?Kalaupun Theo adalah investor Akademi Akila, dia tidak mungkin turun tangan untuk mengecek operasional sekolah. Theo tidak memiliki banyak waktu untuk melakukan pekerjaan remeh seperti ini.Jam makan siang.Saat melihat ekspresi Theo yang tampak masam, Eden pun berkata, "Pak Theo, muridnya Profesor Carmen memang banyak. Tapi tenang saja, kita pasti bisa menemukan murid yang dimaksud Profesor.""Anisa sudah kembali." Suara Theo terdengar dingin."Hah?" Eden terkejut. "Dia menghubungimu?""Belum, tapi tidak aka
Sekitar pukul 2 sore, Anisa menerima kabar dari Caleb bahwa manajer properti ingin menemuinya secara langsung."Anisa, kapan kamu ada waktu? Manajer properti ingin membicarakannya secara tatap muka. Oh iya, siapkan rekening koran selama 3 bulan terakhir. Setelah aku cari tahu, harga gedung di daerah itu berkisar 1 triliun."Anisa terkejut mendengar ucapan Caleb. "Seingat aku, dulu gedung itu dijual dengan harga 500 miliar.""Iya, benar. Tapi selama 2 tahun ini harga properti terus naik. Ditambah lokasi dan letak gedung sangat bagus, wajar saja mahal," Caleb menjelaskan."Baiklah. Em, hari ini aku tidak sempat. Besok saja.""Oke, aku akan mengabari mereka." Caleb menutup telepon dan kembali menghubungi manajer properti.Hari ini Anisa sudah janjian untuk bertemu dengan Sania.Selama beberapa tahun ini, Anisa dan Sania masih berkomunikasi. Walaupun komunikasinya tidak sesering dulu, mereka tetap akrab.Anisa dan Sania bertemu di sebuah restoran barat.Sania datang dengan membawa sebuket
"Anisa ...." Sania menatap Anisa, lalu menggenggam tangannya dan bertanya dengan serius, "Kamu punya uang sebanyak itu? Seberapa kaya dirimu?""Aku bercita-cita membangun kembali perusahaan ayahku, itu adalah impianku. Em, baru impian, belum tentu bisa terwujud."Sania menggelengkan kepala. "Aku merasa sangat tidak berguna. Dibandingkan dengan kamu, aku dan Vanzoe nggak ada apa-apanya. Anisa, kamu mau jadi keluargaku? Aku punya adik sepupu yang ganteng, loh! Walaupun masih muda, dia orang yang penurut ...."Anisa tertawa pasrah. "Sania, jangan mengada-ada.""Kamu nggak suka yang lebih muda? Yang lebih tua juga ada. Aku punya paman yang berusia 40 tahun. Meskipun umurnya jauh lebih tua, dia kekar dan rajin berolahraga ...." Sania tampak bersemangat.Anisa menghela napas. Semenjak berpisah dengan Theo, Anisa telah kehilangan semua kepercayaan dirinya.Anisa tidak tertarik dan tidak berminat menjalin hubungan dengan pria lain.Setelah makan, Sania menemani Anisa untuk pergi membeli mobil.
Sesaat melihat Anisa, raut wajah Eden terlihat kaget.Tidak disangka, ternyata Anisa adalah orang yang mau membeli gedung perkantoran Kintara Group?Di saat bersamaan, Anisa pun terkejut melihat kemunculan Eden. Ke-kenapa asistennya Theo ada di sini? Jangan-jangan ....Begitu melihat kedatangan Eden dan manajer properti, Caleb bergegas bangkit berdiri dan menyapa mereka, "Pak Niko, Beliau ...."Niko merupakan manajer properti yang selama ini berhubungan dengan Caleb.Niko memperkenalkan Eden kepada Caleb dan Anisa, "Beliau adalah Pak Eden, asistennya Pak Theo. Beberapa tahun lalu Pak Theo yang membeli gedung perkantoran Kintara Group.""Pak Eden, salam kenal." Caleb mengangguk, lalu menjabat tangan Eden.Eden mengangguk dan menjawab, "Salam kenal.""Oh iya, Beliau adalah Anisa Kintara, putrinya Omar Kintara. Bu Anisa adalah orang yang ingin membeli kembali gedung perusahaan keluarganya," kata Caleb sambil menunjuk Anisa."Bu Anisa baru kembali keluar negeri, Beliau ingin membangun kemb
"Penampilan Anisa masih sama seperti 4 tahun lalu, muda dan cantik. Hanya saja ... sikapnya berubah drastis." Eden mengutarakan perasaannya setelah bertemu Anisa, "Sekarang Anisa jauh lebih tenang dan tegas. Dalam waktu 4 tahun, entah berapa banyak uang yang telah dihasilkannya."Sabai mengeluarkan sebuah dokumen dan berkata, "Aku sudah cari tahu, tiga tahun lalu Anisa dan temannya mendirikan sebuah perusahaan di Negara Hamok. Perusahaannya bernama Asta Technology, khusus memproduksi dan menjual drone."Kemudian Sabai mengerutkan alisnya, lalu melanjutkan, "Sepertinya Anisa menggunakan sistem yang ditinggalkan Omar. Aku dengar sistem tersebut belum sempurna, mungkin Anisa yang menyempurnakannya. Produksi dan penjualan drone mereka sangat bagus.""Anisa yang sekarang sudah bukan Anisa yang lemah dan tak berdaya." Sabai menggelengkan kepala."Sejak dulu, aku tidak pernah merasa Anisa adalah wanita yang lemah. Walaupun tidak punya uang, Anisa punya pandangan sendiri dan keras kepala. Kala
Pada malam hari.Saat makan malam, Sabrina bertanya kepada Leo, "Bagaimana pertemuanmu dengan Naomi?"Raut wajah Leo tampak masam, dia tidak berani mengangkat kepalanya."Leo, nenekmu lagi bertanya. Hubungan kalian baik-baik saja, 'kan?" tanya ibunya Leo.Leo mengerutkan alis dan terpaksa menjawab, "Awalnya semua baik-baik saja, tapi tiba-tiba ada seorang gadis kecil berusia 4 tahun yang muncul dan memanggilku ayah. Dia berteriak dan menangis, aku juga tidak bisa apa-apa ....""Naomi salah paham sama aku. Dia memblokir nomorku, aku tidak bisa menghubunginya." Leo terlihat sangat kesal.Seketika wajah Marvin dan istrinya pun terlihat masam. Leo adalah satu-satunya harapan mereka. Jika Leo tidak menikah dengan putri konglomerat, mereka tidak akan bisa mempertahankan gaya hidup seperti sekarang.Walaupun Theo hebat dan kaya raya, dia tidak akan membantu Marvin dan keluarganya."Aneh banget? Anak itu sengaja, ya? Kok bisa kebetulan?" Ibunya Leo agak panik."Sepertinya dia tersesat. Mungkin
"Apakah besok ada waktu?" tanya Anisa begitu panggilannya dijawab."Pagi atau sore?" Suara Theo yang serak masih terdengar memesona."Pagi saja." Anisa sedang berada di dalam pengaruh alkohol sehingga dia menjawab tanpa berpikir panjang. "Ingat, bawa buku nikah dan kartu keluarga. Begitu sepakat, kita langsung urus perceraiannya."Theo tidak menyangka Anisa begitu tergesa-gesa."Anisa, kamu akan menyesal." Theo menggenggam ponselnya dengan erat."Siapa yang akan menyesal?" Ucapan Theo sontak membuat Anisa emosi. "Setelah kita cerai, aku akan membeli kembang api dan menyalakannya 24 jam tanpa henti."Anisa berbicara sambil tertawa terbahak-bahak.Theo mengerutkan alis, dia merasa ada yang janggal saat mendengar tawa Anisa. "Kamu mabuk?"Dulu Anisa tidak meminum setetes pun alkohol, tetapi sekarang dia malah mabuk? Amarah di dalam hati Theo langsung berkobar."Apa pedulimu? Suka-suka aku, memang kamu siapa berhak mengatur aku?" Anisa berteriak dengan arogan.Theo menggertakkan giginya. "
Sebelum mengirimkan foto-foto Wilona, Theo menuliskan beberapa kalimat di atasnya.[ Anisa, berikan aku 1 kesempatan lagi. ][ Satu kesempatan terakhir. ]Anisa menutup ponsel, lalu memejamkan matanya. Suara tangisan Sania terus bergema di dalam kepala Anisa.Karena emosi sesaat, Sania menceraikan Vanzoe, lalu meninggalkan Negara Legia dan bahkan memaki Vanzoe. Namun saat Vanzoe mau menikah lagi, Sania malah sedih dan menangis setiap hari.Siapa yang tidak menginginkan hidup tenang dan damai? Cinta adalah hal yang bisa membuat seseorang menjadi damai sekaligus gila.....Setelah meninggalkan Vila Starbay, Theo membuka ponselnya untuk mengecek pesan Anisa.Ternyata Anisa tidak membalas .... Meskipun tidak membalas, Theo yakin Anisa membaca pesannya.Theo tidak akan memaksa Anisa, dia sadar Anisa tidak akan memaafkannya dengan mudah. Theo hanya bisa bersabar dan berusaha.....Keesokan hari, Sania datang ke Vila Starbay dengan membawa banyak hadiah."Rasanya kembali seperti dulu," kata B
"Nggak masalah! Kakakmu ganteng dan pintar, pasti banyak gadis yang mengejarnya. Kalaupun nggak dapat wanita, masih ada pria," jawab Mike.Wilona langsung menutup mulutnya."Membosankan!" William meletakkan alat makannya dan pergi meninggalkan ruang makan.Setelah William pergi, Anisa juga merasa kenyang dan ingin beristirahat. Sesampainya di kamar, dia membereskan koper, lalu berbaring dan hendak tidur.Ketika Anisa hendak memadamkan lampu kamar, dia menerima belasan pesan dari Theo.Anisa tertegun, lalu membuka pesan yang dikirimkan. Ternyata Theo mengirimkan semua foto-foto Wilona saat bermain di taman hiburan.Anisa menyimpan beberapa foto yang cantik dan bergegas menutup pesan dari Theo.Anisa belum siap menghadapi Theo. Perpisahan kemarin membuatnya sangat terpukul, dia tidak bisa melupakannya begitu saja.Akhirnya Anisa menelepon Sania dan mengajaknya mengobrol. "Sania, aku sudah pulang.""Kamu sudah pulang?" Sania terdengar kaget."Em. Aku memutuskan pulang secara tiba-tiba, ja
Semua orang kaget melihat mobil Rolls-Royce milik Theo.Theo tahu bahwa Anisa masih marah dan tidak ingin menemuinya. Bukankah Theo memiliki ego yang tinggi, kenapa dia rela membuang semua harga dirinya dan datang dengan konsekuensi dimarahi Anisa?Sesaat Theo membuka pintu mobil, dia melihat Eden yang berlari keluar."Pak, sebaiknya Anda jangan masuk." Eden berbicara dengan canggung, "Anisa tidak mau menemui Anda. Aku juga ikut diusir."Sebenarnya kondisi di dalam tidak separah yang Eden ceritakan. Anisa tidak akan mempermasalahkan kejadian hari ini asalkan Eden mengusir Theo pergi.Jadi, Eden sengaja melebih-lebihkan agar Theo tidak memaksa masuk ke rumah Anisa."Dia tidak memarahi Wilona, 'kan?" tanya Theo."Tidak. Wilona masih kecil, Anisa tidak mungkin menyalahkannya. Pak, tenang saja, yang penting Anisa sudah pulang. Masih ada hari esok." Eden berusaha menghibur Theo. Theo mengerutkan alis. "Ucapanmu seolah aku ingin melakukan sesuatu terhadap Anisa.""Bukan begitu maksudku ....
"Kamu tahu sendiri karakter Pak Theo, dia takut sama Anisa," jawab Eden sambil menggaruk kepala.....Hari yang menyenangkan pun berakhir dalam sekejap mata. Setelah puas bermain, Theo mengajak Wilona, Mike, dan Eden makan malam bersama. Awalnya Mike tidak mau menolak karena Wilona pasti kelelahan dan kelaparan, tetapi tiba-tiba Anisa menelepon Mike.Sesaat mengeluarkan ponsel, Mike terkejut melihat nama Anisa yang tertera di layar. "Anisa telepon! Sst, kalian diam dulu.""Halo, Anisa?" Mike menjawab panggilannya. "Kamu mau melakukan panggilan video? Kami lagi di luar. Aku akan meneleponmu kembali begitu sampai di rumah.""Sekarang aku ada di rumah," kata Anisa dengan nada yang tenang, tapi mencekam. "Bawa Wilona pulang sekarang juga!"Mike tertegun mendengar ucapan Anisa. Sebelum Mike sempat menjawab, Anisa telah menutup teleponnya."Gawat!" Wajah Mike tampak memerah, jantungnya berdegup sangat kencang. "Anisa sudah pulang, dia ada di rumah. Anisa memerintahkanku untuk segera membawa
Sesampainya di wahana kedua, antrian panjang terlihat di depan pintu.Wilona berjalan ke barisan VIP dan ikut mengantri.Bagaimana mungkin Theo tega membiarkan putrinya mengantri? Meskipun cuaca hari ini cerah dan berangin, mengantri sepanjang itu pasti melelahkan.Theo sendiri paling benci mengantri!Theo berjalan ke depan, lalu menarik lengan Wilona dengan penuh kasih berkata, "Sayang, Ayah akan membawamu masuk."Wilona mengerutkan alis. "Maksudnya memotong antrian?"Tanpa pikir panjang, Theo langsung mengangguk.Mike langsung menggosok kedua tangannya, dia sudah mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya.Di saat bersamaan, Eden berjalan ke samping Theo untuk menceritakan insiden yang terjadi 1 jam lalu."Aku paling benci menyerobot antrian! Baru saja, seorang Tante jahat menyerobit antrian dan diusir. Masa aku memarahi orang lain, tapi aku sendiri juga menyerobot antrian?" Meskipun Wilona tidak suka mengantri, hati nurani melarangnya untuk melakukan tindakan yan gsalah.Setel
Penanggung jawab taman berpikir sebentar, lalu menganggukkan kepala. Eden terlihat sangat serius, penanggung jawab taman tidak mau kehilangan pekerjaan ini.Akhirnya wanita arogan itu pun diusir.Sebelum pergi, wanita itu meneriaki Wilona, "Bocah tengil, tunggu pembalasanku!"Wilona menjulurkan lidahnya dan mengolok-olok wanita itu."Wilona, wanita itu nggak akan datang lagi. Kamu jangan marah, ya!" Eden menghibur sambil tersenyum."Aku nggak marah. Yang malu dia, bukan aku." Wilona menarik Mike tempat semula dan lanjut mengantri."Kak, kamu hebat banget." Gadis kecil yang berdiri di depan Wilona mengacungkan jempolnya.Wilona membalasnya dengan senyuman abngga.Setelah wanita itu pergi, peannggung jawab taman menelepon Theo. "Pak, putri Anda sedang mengunjungi Dunia Fantasi."Penanggung jawab taman memanfaatkan status Wilona untuk menyanjung Theo, ini adalah kesempatan yang bagus untuk menarik simpati."Putriku?" tanya Theo."Benar! Pak Eden yang bilang, tidak mungkin salah. Hmm, apak
Wilona menarik tangan Mike dan mengajaknya ke depan.Petugas yang melayani di depan terlihat ketakutan menghadapi wanita tersebut. Eden takut terjadi keributan, dia pun mengeluarkan ponsel dan menelepon penanggung jawab taman hiburan."Tante!" Wilona berteriak sambil menatap wanita itu. "Menyerobot antrian itu salah. Kamu sudah salah, tapi masih berani memarahi orang lain. Gurumu nggak mengajari kamu sopan santun, ya?"Mike tertegun melihat sikap Wilona. Tampaknya Wilona sudah semakin dewasa, dia bukan lagi anak berusia 3 tahun yang cengeng.Teriakan Wilona sontak membuat orang-orang di sekitar tercengang selama beberapa deitk.Wanita tersebut memelototi Wilona dan memarahinya, "Bocah tengil! Beraninya berteriak di hadapanku. Memangnya siapa kamu?"Wilona menjawab dengan tenang dan lantang, "Kamu buta, ya? Aku anak kecil! Dasar bodoh!"Para pengunjung tertawa mendengar ucapan Wilona.Wanita ini pun murka, dia mengangkat tangan dan hendak memukul Wilona.Melihat wanita yang hendak memuk
"Wilona, ayahmu nggak tahu kamu pergi ke taman huburan ini. Aku tidak akan memberi tahu ayahmu. Kita pergi dulu, kalau nggak seru, kita pindah tempat. Bagaimana?" tanya Eden.Wilona berpikir sebentar, lalu mengangguk sambil tersenyum."Jangan beri tahu ibumu, ya! Kalau ibumu tahu, dia pasti tidak akan mengizinkan kamu ke sana." Eden mengingatkan. "Taman ini sangat cantik dan seru. Aku pernah membawa keponakanku ke sana, dia sangat suka."Pikiran Wilona hanya dipenuhi bermain. Dia langsung mengangguk saat mendengar semua ucapan Eden.Tak terasa, akhir pekan pun tiba.Suasana di Dunia Fantasi sangat ramai.Ketika Eden membawa keponakannya datang, cuaca gerimis dan banyak wahana yang ditutup."Untung William nggak ikut." Mike menghela napas, dia tahu William tidak akan menyukai tempat seperti ini.Kalau William datang, dia mungkin tidak akan masuk dan langsung pulang ke rumah. William paling tidak menyukai tempat yang ramai.Eden meminta maaf. "Aduh, antriannya panjang banget. Sebentar, a
Ketika Eden menyiapkan makan malam, dia memberikan isyarat mata kepada Mike.Mike langsung mengangguk, lalu berkata kepada William dan Wilona, "Anak-anak, akhir pekan aku akan membawa kalian jalan-jalan.""Oke, oke! Paman, kita mau jalan ke mana?" tanya Wilona dengan antusias."Hari ini baru hari selasa," jawab William."Makanya kita buat rencana dulu. William, kamu ada waktu, 'kan" tanya Mike."Tidak ada." Tahun ajaran baru telah dimulai, William harus mengerjakan banyak tugas."Kamu masih SD, memang sebanyak apa tugasmu? Kalau kamu sudah SMP, jangan-jangan kamu bahkan nggak ada waktu untuk pulang." Mike tampak cemberut. "Waktu SD aku nggak sesibuk kamu, tapi aku pintar dan sukses.""Kelak aku akan lebih sukses daripada kamu," William berakta dengan serius.Dulu Mike mungkin akan membantah William, tetapi sekarang Mike tidak memiliki kepercayaan diri.Eden tertawa terbahak-bahak sambil mengacungkan jempol."Aku akan meminta ibumu untuk memindahkan sekolahmu," kata Mike dengan kesal."