Dabir meningkatkan kecepatannya hingga batas maksimal untuk mengejar kendaraan di depannya. Dengan kecepatannya, Raijin dan Oloan yang mengendarai mobil off-road, sebenarnya bisa melarikan diri. Namun, tiga truk boks yang membawa anak-anak tidak bisa menambah kecepatan lebih jauh."Oloan, kita harus bertaruh nyawa! Kita tahan dia, beri waktu bagi yang lain untuk membawa anak-anak pergi!" Raijin menggertakkan giginya dan tatapannya tampak liar.Oloan mengangguk tanpa ragu. "Baik! Kita halangi bajingan ini!"Sambil berbicara, Oloan mendengus kasar dan memutar setirnya dengan keras. Mobil off-road mereka melakukan drif tajam. Dengan raungan mesin yang menggelegar, mobil off-road itu melaju kencang ke arah Dabir dan bersiap untuk menabraknya!"Sini kau, dasar berengsek! Persetan!" Oloan berteriak penuh amarah.Dalam sekejap mata, saat mobil hampir menghantam Dabir, Raijin dan Oloan menendang pintu mobil dan meloncat keluar dengan cepat. Aksi berisiko besar seperti ini sudah menjadi bagian
"Hehe ... ayo mulai?"Dabir melirik ke kejauhan dan melihat bahwa tiga truk boks sudah menjadi titik hitam di cakrawala. Dia tahu tidak mungkin mengejar mereka lagi. Jadi, rencana jahat dan liciknya muncul. Dia memaksa Raijin dan Oloan saling membunuh!Setelah salah satu mati, dia akan menangkap yang masih hidup sebagai sandera, lalu memaksa anggota Organisasi Eksekutor untuk kembali!"Oloan, kamu mau hidup nggak? Kalau mau, bunuh saja aku! Tusuk di bagian sini, aku nggak akan melawan," ujar Raijin sambil menunjuk dadanya dengan tersenyum setelah mendengar perkataan Dabir."Hahaha, nggak mau hidup lagi, sialan! Kalau bukan kamu yang menahan peluru untukku dulu, aku sudah tewas di Syria. Ketua, biar aku saja!" balas Oloan sambil menyeringai dan melambaikan tangannya.Sebagai rekan seperjuangan, mereka telah bertarung bersama di medan perang selama bertahun-tahun dan memercayakan nyawa mereka di tangan satu sama lain. Hidup di ambang kematian dan di bawah hujan peluru telah membuat merek
Mendengar Raijin menyebut nama Afkar, Oloan juga terkejut seketika. Mereka memang tahu bahwa Afkar memang sangat menakutkan. Namun, mereka masih belum tahu seberapa besar reputasi Afkar dan seberapa banyak orang yang mengenalnya.Apa Raijin menyebut namanya bisa berguna?Sebenarnya, Raijin sendiri juga hanya asal sebut. Namun, yang tak disangkanya adalah, ahli tingkat revolusi di hadapannya ini, ternyata langsung terkejut mendengarnya."Benar! Bosku Afkar. Sepertinya kamu juga pernah dengar nama bosku. Seharusnya kamu tahu betapa hebatnya bosku, bukan?""Kuperingatkan kamu, kalau kamu berani macam-macam, bosku pasti akan menghancurkan seluruh Keluarga Lufita untuk balaskan dendam kami berdua!" ujar Raijin dengan mata yang berkedip. Gayanya seolah-olah sedang berpura-pura berwibawa,Namun, ekspresi Dabir berubah beberapa kali sebelum akhirnya mendengus dingin. "Apa Afkar benar-benar bos kalian?"Sebagai seorang ahli bela diri tingkat revolusi, posisi Dabir di Keluarga Lufita tentunya ti
Raijin hampir saja menampar dirinya sendiri dengan keras. Dalam hati, dia mengutuk mulut sialannya sendiri.Tadi setelah menyebut nama Afkar, pihak lawan jelas menunjukkan tanda-tanda gentar. Namun, Raijin sendiri yang hampir membongkar kebohongannya dan membuat lawan menyadari kegugupannya.Mulut Raijin benar-benar usil. Kenapa tadi dia harus mengatakan bahwa Afkar akan segera datang? Jangankan hubungan mereka yang sebenarnya tidak ada, sekalipun ada, mana mungkin Afkar bisa tiba di sini dari Kota Nubes dalam waktu singkat?Di momen genting itu, baik Raijin, Oloan, maupun Dabir, tiba-tiba merasa pandangan mereka berkabut. Saat berikutnya, suara dingin yang mengandung ejekan terdengar. "Oh? Jadi, sekarang ini sudah nggak mempan lagi ya?"Seseorang tiba-tiba muncul di antara Raijin, Oloan, dan Dabir. Melihat orang ini, Dabir yang tadinya sudah bersiap untuk menyerang langsung terhenti. Sesaat kemudian, ekspresi wajahnya berubah menjadi ketakutan. Dia bertanya, "Ka ... kamu Afkar?""Ya,
Saat ini, tiga truk terparkir di pinggir jalan. Ketika menatap anak-anak di dalam bak truk, raut wajah Afkar sontak menjadi muram.Di matanya yang tajam, kemarahan yang mengerikan berkobar dengan dahsyat. Meskipun anak-anak itu sudah dilepaskan, sorot mata mereka masih dipenuhi ketakutan dan kebingungan. Bahkan, mereka masih tak berani bersuara.Mereka hanya bisa menatap orang-orang dewasa di sekitar mereka dengan mata membelalak dan penuh rasa takut. Bisa dibayangkan, seperti apa penderitaan yang mereka alami sebelumnya hingga membuat mereka begitu waspada dan trauma.Plak!Afkar berbalik dan menampar wajah Dabir dengan keras. Tubuh pria itu langsung terpental dan berputar di udara sebelum jatuh ke tanah. Kemudian, dia mengeluarkan jeritan menyakitkan.Kedua kaki Dabir sudah dilumpuhkan oleh Afkar sebelumnya, jadi sekarang dia hanya bisa merangkak dengan kedua tangannya dan berusaha melarikan diri.Afkar menggertakkan giginya saat berbicara, "Keluarga Lufita beraninya melakukan perbua
Tulang kaki Dabir yang sebelumnya patah berkeping-keping, kini mulai sembuh dengan kecepatan yang bisa dilihat dengan mata telanjang.Dabir menatap Afkar dengan ekspresi tak percaya. Matanya berbinar penuh kegembiraan dan keterkejutan ketika bertanya, "Ini .... Kamu melakukan apa padaku?"Afkar memicingkan matanya, lalu membalas sambil tersenyum santai, "Sekarang, aku kasih kamu kesempatan untuk memilih lagi!"Dabir menarik napas dalam-dalam, lalu perlahan mengangguk. "Oke! Aku pilih yang kedua. Aku mau menjadi saksi!"Saat ini, hati Dabir dipenuhi keterkejutan sekaligus harapan. Afkar memang sudah menghancurkan masa depannya, tapi ternyata dia juga bisa menyembuhkan lukanya?Dabir yang tadinya sudah putus asa dan merasa hidupnya tak ada artinya lagi, kini seakan melihat secercah harapan untuk kembali menjadi pesilat tingkat revolusi.Mendengar itu, Afkar pun tersenyum samar. Dia baru saja memainkan trik psikologis yang sederhana, yaitu membuat Dabir jatuh ke dalam keputusasaan dan mem
Sebuah Bentley Mulsanne dengan pelat nomor Kota Nubes berhenti tepat di depan gerbang rumah Keluarga Sanjaya.Afkar turun dari mobil dengan ekspresi dingin, lalu melangkah maju dengan mantap. Tatapannya tajam dan dipenuhi kilatan cahaya yang menusuk. Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti sejenak.Afkar bergumam dengan sedikit terkejut, "Oh?"Di gerbang besar rumah Keluarga Sanjaya, sebuah pengumuman dan surat perintah buronan ditempel mencolok.Afkar mendekat dan meneliti isinya dengan saksama. Sesaat kemudian, senyuman sinis muncul di wajahnya. Dia berkomentar, "Keluarga Sanjaya ... cukup jago bermain trik rupanya."Tepat pada saat itu, gerbang utama terbuka lebar dan sekelompok orang keluar dengan langkah cepat. Yang memimpin di barisan depan adalah Heru, diikuti oleh Arwan, Yuki, Karen, serta beberapa tokoh inti Keluarga Sanjaya lainnya."Afkar, kamu datang juga akhirnya. Cepat, silakan masuk!" sambut Heru dengan ramah. Dia membuat gestur tangan yang mempersilakannya masuk.Arwan jug
Afkar mendengus dingin sebelum melanjutkan, "Karena kita pernah punya sedikit hubungan baik, kali ini aku nggak akan menyentuh anggota Keluarga Sanjaya yang lain. Tapi di masa depan, kalau aku tahu Keluarga Sanjaya masih berhubungan dengan Noah, jangan salahkan aku yang meratakan tempat ini sampai nggak tersisa!"Suara dalam dan tegas itu bergema di telinga setiap orang di Keluarga Sanjaya dan menggetarkan hati mereka. Dari tubuh Afkar, terpancar aura menghancurkan yang begitu kuat dan mengerikan. Itu membuat semua orang merinding dan ketakutan.Banyak anggota Keluarga Sanjaya yang merasa marah dan tersinggung mendengar kata-kata sombong dan arogan dari Afkar. Namun dalam hati, mereka semua tahu bahwa tak ada seorang pun yang berani membantahnya saat ini.Heru mengubah ekspresi wajahnya beberapa kali sebelum akhirnya berkata dengan susah payah, "Oke, aku akan mengingat ini!"Afkar akhirnya menarik kembali auranya, lalu berbalik dan naik ke mobilnya. Begitu mobilnya menjauh dan menghila
Afkar mendengus dingin sebelum melanjutkan, "Karena kita pernah punya sedikit hubungan baik, kali ini aku nggak akan menyentuh anggota Keluarga Sanjaya yang lain. Tapi di masa depan, kalau aku tahu Keluarga Sanjaya masih berhubungan dengan Noah, jangan salahkan aku yang meratakan tempat ini sampai nggak tersisa!"Suara dalam dan tegas itu bergema di telinga setiap orang di Keluarga Sanjaya dan menggetarkan hati mereka. Dari tubuh Afkar, terpancar aura menghancurkan yang begitu kuat dan mengerikan. Itu membuat semua orang merinding dan ketakutan.Banyak anggota Keluarga Sanjaya yang merasa marah dan tersinggung mendengar kata-kata sombong dan arogan dari Afkar. Namun dalam hati, mereka semua tahu bahwa tak ada seorang pun yang berani membantahnya saat ini.Heru mengubah ekspresi wajahnya beberapa kali sebelum akhirnya berkata dengan susah payah, "Oke, aku akan mengingat ini!"Afkar akhirnya menarik kembali auranya, lalu berbalik dan naik ke mobilnya. Begitu mobilnya menjauh dan menghila
Sebuah Bentley Mulsanne dengan pelat nomor Kota Nubes berhenti tepat di depan gerbang rumah Keluarga Sanjaya.Afkar turun dari mobil dengan ekspresi dingin, lalu melangkah maju dengan mantap. Tatapannya tajam dan dipenuhi kilatan cahaya yang menusuk. Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti sejenak.Afkar bergumam dengan sedikit terkejut, "Oh?"Di gerbang besar rumah Keluarga Sanjaya, sebuah pengumuman dan surat perintah buronan ditempel mencolok.Afkar mendekat dan meneliti isinya dengan saksama. Sesaat kemudian, senyuman sinis muncul di wajahnya. Dia berkomentar, "Keluarga Sanjaya ... cukup jago bermain trik rupanya."Tepat pada saat itu, gerbang utama terbuka lebar dan sekelompok orang keluar dengan langkah cepat. Yang memimpin di barisan depan adalah Heru, diikuti oleh Arwan, Yuki, Karen, serta beberapa tokoh inti Keluarga Sanjaya lainnya."Afkar, kamu datang juga akhirnya. Cepat, silakan masuk!" sambut Heru dengan ramah. Dia membuat gestur tangan yang mempersilakannya masuk.Arwan jug
Tulang kaki Dabir yang sebelumnya patah berkeping-keping, kini mulai sembuh dengan kecepatan yang bisa dilihat dengan mata telanjang.Dabir menatap Afkar dengan ekspresi tak percaya. Matanya berbinar penuh kegembiraan dan keterkejutan ketika bertanya, "Ini .... Kamu melakukan apa padaku?"Afkar memicingkan matanya, lalu membalas sambil tersenyum santai, "Sekarang, aku kasih kamu kesempatan untuk memilih lagi!"Dabir menarik napas dalam-dalam, lalu perlahan mengangguk. "Oke! Aku pilih yang kedua. Aku mau menjadi saksi!"Saat ini, hati Dabir dipenuhi keterkejutan sekaligus harapan. Afkar memang sudah menghancurkan masa depannya, tapi ternyata dia juga bisa menyembuhkan lukanya?Dabir yang tadinya sudah putus asa dan merasa hidupnya tak ada artinya lagi, kini seakan melihat secercah harapan untuk kembali menjadi pesilat tingkat revolusi.Mendengar itu, Afkar pun tersenyum samar. Dia baru saja memainkan trik psikologis yang sederhana, yaitu membuat Dabir jatuh ke dalam keputusasaan dan mem
Saat ini, tiga truk terparkir di pinggir jalan. Ketika menatap anak-anak di dalam bak truk, raut wajah Afkar sontak menjadi muram.Di matanya yang tajam, kemarahan yang mengerikan berkobar dengan dahsyat. Meskipun anak-anak itu sudah dilepaskan, sorot mata mereka masih dipenuhi ketakutan dan kebingungan. Bahkan, mereka masih tak berani bersuara.Mereka hanya bisa menatap orang-orang dewasa di sekitar mereka dengan mata membelalak dan penuh rasa takut. Bisa dibayangkan, seperti apa penderitaan yang mereka alami sebelumnya hingga membuat mereka begitu waspada dan trauma.Plak!Afkar berbalik dan menampar wajah Dabir dengan keras. Tubuh pria itu langsung terpental dan berputar di udara sebelum jatuh ke tanah. Kemudian, dia mengeluarkan jeritan menyakitkan.Kedua kaki Dabir sudah dilumpuhkan oleh Afkar sebelumnya, jadi sekarang dia hanya bisa merangkak dengan kedua tangannya dan berusaha melarikan diri.Afkar menggertakkan giginya saat berbicara, "Keluarga Lufita beraninya melakukan perbua
Raijin hampir saja menampar dirinya sendiri dengan keras. Dalam hati, dia mengutuk mulut sialannya sendiri.Tadi setelah menyebut nama Afkar, pihak lawan jelas menunjukkan tanda-tanda gentar. Namun, Raijin sendiri yang hampir membongkar kebohongannya dan membuat lawan menyadari kegugupannya.Mulut Raijin benar-benar usil. Kenapa tadi dia harus mengatakan bahwa Afkar akan segera datang? Jangankan hubungan mereka yang sebenarnya tidak ada, sekalipun ada, mana mungkin Afkar bisa tiba di sini dari Kota Nubes dalam waktu singkat?Di momen genting itu, baik Raijin, Oloan, maupun Dabir, tiba-tiba merasa pandangan mereka berkabut. Saat berikutnya, suara dingin yang mengandung ejekan terdengar. "Oh? Jadi, sekarang ini sudah nggak mempan lagi ya?"Seseorang tiba-tiba muncul di antara Raijin, Oloan, dan Dabir. Melihat orang ini, Dabir yang tadinya sudah bersiap untuk menyerang langsung terhenti. Sesaat kemudian, ekspresi wajahnya berubah menjadi ketakutan. Dia bertanya, "Ka ... kamu Afkar?""Ya,
Mendengar Raijin menyebut nama Afkar, Oloan juga terkejut seketika. Mereka memang tahu bahwa Afkar memang sangat menakutkan. Namun, mereka masih belum tahu seberapa besar reputasi Afkar dan seberapa banyak orang yang mengenalnya.Apa Raijin menyebut namanya bisa berguna?Sebenarnya, Raijin sendiri juga hanya asal sebut. Namun, yang tak disangkanya adalah, ahli tingkat revolusi di hadapannya ini, ternyata langsung terkejut mendengarnya."Benar! Bosku Afkar. Sepertinya kamu juga pernah dengar nama bosku. Seharusnya kamu tahu betapa hebatnya bosku, bukan?""Kuperingatkan kamu, kalau kamu berani macam-macam, bosku pasti akan menghancurkan seluruh Keluarga Lufita untuk balaskan dendam kami berdua!" ujar Raijin dengan mata yang berkedip. Gayanya seolah-olah sedang berpura-pura berwibawa,Namun, ekspresi Dabir berubah beberapa kali sebelum akhirnya mendengus dingin. "Apa Afkar benar-benar bos kalian?"Sebagai seorang ahli bela diri tingkat revolusi, posisi Dabir di Keluarga Lufita tentunya ti
"Hehe ... ayo mulai?"Dabir melirik ke kejauhan dan melihat bahwa tiga truk boks sudah menjadi titik hitam di cakrawala. Dia tahu tidak mungkin mengejar mereka lagi. Jadi, rencana jahat dan liciknya muncul. Dia memaksa Raijin dan Oloan saling membunuh!Setelah salah satu mati, dia akan menangkap yang masih hidup sebagai sandera, lalu memaksa anggota Organisasi Eksekutor untuk kembali!"Oloan, kamu mau hidup nggak? Kalau mau, bunuh saja aku! Tusuk di bagian sini, aku nggak akan melawan," ujar Raijin sambil menunjuk dadanya dengan tersenyum setelah mendengar perkataan Dabir."Hahaha, nggak mau hidup lagi, sialan! Kalau bukan kamu yang menahan peluru untukku dulu, aku sudah tewas di Syria. Ketua, biar aku saja!" balas Oloan sambil menyeringai dan melambaikan tangannya.Sebagai rekan seperjuangan, mereka telah bertarung bersama di medan perang selama bertahun-tahun dan memercayakan nyawa mereka di tangan satu sama lain. Hidup di ambang kematian dan di bawah hujan peluru telah membuat merek
Dabir meningkatkan kecepatannya hingga batas maksimal untuk mengejar kendaraan di depannya. Dengan kecepatannya, Raijin dan Oloan yang mengendarai mobil off-road, sebenarnya bisa melarikan diri. Namun, tiga truk boks yang membawa anak-anak tidak bisa menambah kecepatan lebih jauh."Oloan, kita harus bertaruh nyawa! Kita tahan dia, beri waktu bagi yang lain untuk membawa anak-anak pergi!" Raijin menggertakkan giginya dan tatapannya tampak liar.Oloan mengangguk tanpa ragu. "Baik! Kita halangi bajingan ini!"Sambil berbicara, Oloan mendengus kasar dan memutar setirnya dengan keras. Mobil off-road mereka melakukan drif tajam. Dengan raungan mesin yang menggelegar, mobil off-road itu melaju kencang ke arah Dabir dan bersiap untuk menabraknya!"Sini kau, dasar berengsek! Persetan!" Oloan berteriak penuh amarah.Dalam sekejap mata, saat mobil hampir menghantam Dabir, Raijin dan Oloan menendang pintu mobil dan meloncat keluar dengan cepat. Aksi berisiko besar seperti ini sudah menjadi bagian
"Ketua, ada apa?" tanya Virus dengan kebingungan setelah pertempuran itu berakhir. Para rekannya yang lain juga ikut heran.Detik berikutnya, Raijin menunjuk boks truk tersebut sambil berkata, "Kalian lihat saja sendiri!"Virus dan beberapa orang lainnya bergegas mendekati boks tersebut. Saat melihat anak-anak yang berada dalam boks itu, mereka semua tampak terkejut dan marah."Apa? Pengangkutan kali ini ternyata bawa ... anak kecil?""Ke ... kenapa bisa jadi anak kecil?""Sialan, mereka ini pedagang manusia?"Raijin berkata dengan suara berat, "Teman-teman sekalian, meski kita ini pembunuh bayaran, setidaknya kita masih harus punya batasan!""Dunia orang dewasa memang keras, penuh tipu daya dan kepentingan. Aku bisa bertarung tanpa peduli benar atau salah. Tapi anak-anak ini? Aku nggak bisa membiarkan mereka mati begitu saja!""Kalau ada yang merasa keberatan ... jangan salahkan aku ....""Ketua, nggak ada yang menyalahkanmu!" Virus menggertakkan giginya."Kak Raijin melakukan hal yan