"Pak Dennis, bukan begitu. Jangan salah paham. Aku nggak bersekongkol dengan siapa pun untuk menipumu. Aku ... aku hanya salah nilai! Tapi, aku benar-benar nggak bermaksud menipumu!" jelas Teddy dengan gugup.Sementara itu, Yuvan masih terduduk di tanah sambil memandangi batu-batu tidak berharga di sana. Dia bergumam dengan linglung, "Nggak mungkin, nggak mungkin ...."Saat ini, Felicia tersenyum mengejek dan berkata, "Viola, ternyata pacarmu tukang tipu. Untung saja ada Afkar yang membongkar triknya. Seorang wanita harus pintar-pintar cari pacar yang bisa diandalkan. Jangan sampai kamu diperdaya."Kata-kata yang diucapkan dengan ringan oleh presdir cantik ini membuat Viola kesal setengah mati."Ka ... kamu!" Viola sangat marah hingga tidak bisa berkata-kata. Pacar yang tadi dibangga-banggakannya kini terlihat begitu menyedihkan."Nggak bermaksud menipuku? Kalau hanya ada satu atau dua batu gagal, itu mungkin kebetulan. Tapi, kalau semuanya batu gagal begini, mana mungkin itu kebetulan
Yuvan tersenyum getir dan memimpin orang-orangnya pergi. Hilang sudah kepercayaan diri dan keangkuhan yang tadi ditunjukkannya.Viola juga ikut pergi. Sebelum beranjak, dia menatap Afkar lekat-lekat. Matanya memancarkan keterkejutan dan dendam.Mengapa pria tidak berguna itu bisa tahu apa yang terjadi? Mengapa dia sepertinya tahu segalanya?Saat itu, Teddy menangkupkan tangannya dan berucap, "Terima kasih, Pak Afkar! Kelak kalau kamu ingin judi batu giok atau beli barang antik, cari saja aku. Aku akan membantumu secara gratis."Teddy benar-benar berterima kasih pada Afkar. Dia tidak menyangka pria itu bersedia membelanya dan menyelamatkan reputasinya dari ambang kehancuran.Ke depannya, Dennis mungkin tidak akan memakai jasanya lagi. Namun, berkat penjelasan Afkar, setidaknya reputasi Teddy terselamatkan."Oh, oke!" balas Afkar sambil mengangguk dan mengusap hidungnya.Teddy tersenyum canggung saat menyadari ucapannya yang sedikit tidak masuk akal. Mana mungkin Afkar yang begitu jitu m
"Eh, i ... iya!" sahut Afkar dengan gugup. Dia sedikit ciut menghadapi presdir cantik yang galak ini. Apa boleh buat, dia sudah menjual dirinya pada wanita itu. Jadi, dia harus mematuhi apa pun perintahnya."Huh! Baguslah kalau kamu mengerti. Ada lagi, berhenti tebar pesona pada wanita lain. Statusmu sekarang adalah suamiku. Kalau kamu terlalu dekat dengan wanita lain, reputasiku dan Keluarga Safira yang akan terpengaruh. Siapa yang cemburu padamu? Cih!" ucap Felicia dengan angkuh."Iya, aku mengerti," sahut Afkar sambil mengangguk kaku.Tiba-tiba Shafa mendongakkan wajah mungilnya dan bertanya bingung, "Kalau Bibi Felicia nggak suka Papa, kenapa Bibi mau nikah sama Papa?""A ... aku nggak menyukainya sekarang, tapi kelak mungkin akan menyukainya," jawab Felicia dengan ragu.Felicia tidak tahu harus bagaimana menjawab pertanyaan bocah kecil itu. Dia tidak mungkin memberi tahu Shafa yang masih polos bahwa pernikahan mereka hanyalah kesepakatan. Selain itu, entah mengapa Felicia juga eng
Beberapa saat kemudian, Afkar membuka matanya dan menggeleng pelan. Saat ini dia tengah bertemu hambatan kultivasi tingkat pembentukan energi.Energi sejati dalam pusat energinya sudah mulai berubah dari gas menjadi cair. Namun, prosesnya belum sempurna.Menurut yang dideskripsikan dalam Teknik Mantra Roh Naga, Afkar membutuhkan harta bernama giok spiritual surgawi untuk menerobos ke tingkat pembangunan fondasi. Energi spiritual yang terkandung dalam batu giok spiritual surgawi ini seratus kali lebih banyak daripada batu giok biasa.Saat ini, energi spiritual di bumi terlalu tipis. Hanya dengan menyerap energi spiritual di harta ini, Afkar bisa menerobos.....Keesokan siangnya, Keluarga Safira mengadakan pertemuan keluarga. Erlin duduk di kursi utama dengan ekspresi muram.Semua anggota inti Keluarga Safira selain Felicia dan Fadly hadir di kediaman utama. Selain Harun dan Renhad, keluarga bibi ketiga dan paman Felicia juga datang. Beberapa anggota keluarga cabang yang penting juga ha
Setelah menyampaikan pesan tersebut, David langsung pergi lagi dengan angkuh. Setelah dia pergi, atmosfer di dalam aula menjadi tegang dan menyesakkan."Harun, kamu sudah dengar, 'kan? Apa kamu ingin membiarkan Feli menghancurkan keluarga kita? Kalau Keluarga Sanjaya benar-benar ingin bertindak, kita nggak akan mampu menanganinya!" ucap Erlin sambil mengetuk-ngetukkan tongkatnya dengan marah.Keluarga Safira memang keluarga kelas satu di Kota Nubes. Namun, status mereka tidak ada apa-apanya di seluruh Provinsi Jimbo.Sementara itu, Keluarga Sanjaya adalah salah satu dari empat keluarga besar di ibu kota provinsi. Mereka memiliki pengaruh yang sangat besar.Mereka mungkin tidak menyinggung seluruh Keluarga Sanjaya, melainkan hanya Noah seorang. Namun, dengan kekuasaan dan koneksinya sebagai tuan muda keluarga itu, Noah juga bisa menjatuhkan Keluarga Safira dengan mudah."Iya, Kak,! Keluarga kalian nggak boleh terlalu egois!" timpal Jesslyn dengan raut muram.Anak keempat yang hanya diam
Setelah mendengar Johan menjelaskan masalahnya, Afkar pun bertanya, "Oh? Di mana orangnya?""Dia di Kota Nubes!" sahut Johan."Oke, jemput aku di gerbang Safira Farma," ucap Afkar."Baik! Terima kasih, Dokter Afkar. Tenang saja, aku nggak akan meminta bantuanmu secara cuma-cuma!" balas Johan.Satu jam kemudian, Johan berkendara membawa Afkar ke suatu kawasan vila mewah di kota. Kawasan vila bernama Orchid Square ini memiliki status yang setara dengan Vila Emperor. Orang-orang yang tinggal di sini adalah para kaum elite dan berpengaruh.Saat Afkar membuka pintu mobil dan turun, sebuah mobil di belakang datang dan hampir menabrak pintu Afkar yang terbuka. Ckitt! Rolls-Royce itu mengerem mendadak. Kemudian, seorang pemuda turun dari sana.Afkar ingin meminta maaf. Bagaimanapun, dia lalai memperhatikan arah belakang sebelum membuka pintu. Jika pintu mobil tertabrak, itu adalah kesalahannya sendiri.Namun, sebelum permintaan maafnya terlontar, pemuda itu langsung menunjuk hidung Afkar dan m
Mendengar kata-kata Afkar, Sharon langsung terlihat sangat marah. Wajahnya menunjukkan kemarahan yang tak bisa disembunyikan. Bahkan Jovian, muridnya, dan Johan juga terkejut dan bingung karena ucapan Afkar yang tak terduga."Apa maksudmu dengan energi mayat? Omong kosong apa ini? Eh, kamu lagi mengutuk anak Bu Sharon ya?" tanya murid Jovian dengan mata memicing."Hmph, omong kosong! Dari mana datangnya dokter gadungan ini? Dia cuma mau mencelakai orang!" maki Jovian sambil menatap Afkar dengan sinis.Jovian seakan-akan sedang memandang seorang penipu. Orang seperti ini biasanya memang suka melebih-lebihkan dan bermain ilusi.Sementara itu, ekspresi Sharon menjadi makin muram. Dia melirik Johan dengan tajam, lalu memarahi, "Johan, orang macam apa yang kamu bawa ini?""Anakku masih hidup, tapi dia malah bicara soal energi mayat dan bilang itu nggak bisa disembuhkan. Dia datang ke sini cuma untuk merusak suasana hati kami ya?" tanya Sharon."Ini ...." Johan hanya bisa terdiam dan menunju
Johan menambahkan, "Pak Randy adalah Ketua Dewan Pengawas Bank Kota Nubes. Kalau kamu bisa jalin hubungan baik dengannya, di masa depan semua urusan yang melibatkan perbankan bisa jadi jauh lebih mudah. Tapi sekarang ... aduh!"Johan menghela napas panjang. Dia merasa bahwa beberapa kata yang diucapkan Afkar tadi telah sepenuhnya menyinggung Sharon.Randy Suryo adalah tokoh penting yang memegang kendali atas bank-bank di seluruh Kota Nubes. Berkenalan dengan Randy berbeda maknanya dibandingkan dengan menjalin relasi dengan para bos dari industri lain. Sebab hampir semua bisnis, tidak peduli di bidang apa, pada akhirnya akan terhubung dengan perbankan. Bahkan, orang biasa pun sulit menghindari berurusan dengan bank."Tenang saja. Nanti saat dia datang memohonku, ucapanku yang menyinggung nggak akan jadi masalah lagi," jawab Afkar dengan penuh keyakinan sambil tersenyum santai.Johan bertanya dengan terkejut, "Kamu yakin dia akan memohon padamu?" Di sisi lain, Afkar hanya terkekeh seola
Viola muncul lagi. Dia menunjuk Afkar sambil menghina, "Benar, kamu nggak sadar siapa dirimu? Dasar gigolo yang cuma bisa hidup bergantung pada wanita!""Afkar, siapa kamu sampai berani menegur orang lain?""Benar sekali. Kalau bukan karena kamu, Pak Noah nggak akan benar-benar marah!""Kalau kamu mati begitu saja, Keluarga Safira nggak akan terkena hukuman dari Pak Noah!""Dulu Pak Noah masih punya kesabaran terhadap Felicia. Ini semua salahmu! Dasar pembawa sial yang mencelakai Keluarga Safira!"Renhad dan istrinya, bahkan paman keempat Felicia serta bibinya, semuanya ikut-ikutan menyalahkan Afkar. Mereka menuding bahwa semua masalah ini terjadi karena Afkar, seolah-olah kesalahannya adalah karena tidak mati di tangan Noah.Sementara itu, Afkar hanya tersenyum sinis. Dia menatap lekat-lekat Erlin dan seluruh anggota Keluarga Safira yang ada di sana.Raut wajah Afkar dipenuhi rasa jijik dan merendahkan ketika membalas, "Dasar sekelompok sampah! Kalian nggak punya kemampuan dan cuma bi
Hubungan seperti ini memang tidak terlalu kokoh, seperti yang terjadi dengan Harris sebelumnya. Relasi yang dimiliki Felicia sendiri sebenarnya tidak banyak.Memikirkan gaya dan cara Erlin dalam menangani urusan, Afkar merasa bahwa ini adalah kesempatan yang baik bagi Felicia untuk memperluas jaringan.....Malam itu, Afkar mengantar Shafa pulang terlebih dahulu, lalu mengendarai mobil menuju Safira Farma untuk menjemput Felicia sepulang kerja. Saat tiba di lantai atas, kebetulan dia bertemu dengan Dara."Kak Afkar, kamu datang untuk jemput Bu Felicia?" tanya Dara."Ya," jawab Afkar sambil mengangguk.Kemudian, Dara menunjuk ke arah ruang rapat sembari memberi tahu, "Bu Felicia lagi rapat." Kemudian, nada bicaranya berubah menjadi lebih serius ketika menambahkan, "Bu Erlin dan beberapa anggota Keluarga Safira juga datang ...."Mendengar ini, Afkar pun mengernyit. Dia merasa ada sesuatu yang tidak beres. Tepat pada saat itu, pintu ruang rapat terbuka. Felicia keluar lebih dulu dengan ek
Mendengar kata-kata itu, wajah Jovian dan muridnya seketika menjadi masam. Di dalam hati Jovian, muncul rasa benci yang terpendam.Sebagai seorang dokter terkenal, Jovian selalu dihormati di mana pun dan belum pernah ada yang berani mengejeknya seperti ini.Namun demi menyelamatkan nyawanya, Jovian hanya bisa memohon dengan suara serak sambil menangis, "Dewa, aku bersalah. Aku benar-benar buta. Aku memang bodoh dan sombong. Mohon maafkan aku.""Jangan perhitungan denganku ya? Kumohon, tolonglah aku. Gimana kalau nanti aku jadi zombi, lalu menggigit orang lain? Itu pasti akan membahayakan banyak orang, 'kan? Tolong aku!" seru Jovian.Afkar berujar sambil tersenyum, "Hmph! Lihatlah betapa ketakutannya kamu. Luka gigitan itu nggak ada apa-apanya. Nggak perlu diobati.""Alvin belum sepenuhnya berubah jadi zombi, jadi racun mayat itu belum mencapai giginya. Kalau kamu masih khawatir, cukup mandi dengan air ketan saja. Beres deh," tambah Afkar.Mendengar ini, Jovian yang berlutut di lantai t
Afkar terus menggeleng. Ini membuat Randy dan istrinya terlihat sangat ketakutan. Seketika, Sharon yang berlinang air mata langsung berlari menghampiri Jovian.Sharon memukul sambil memaki, "Ini semua gara-gara kamu. Kamu yang bikin anakku jadi begini. Dasar dokter gadungan! Kalau terjadi apa-apa pada anakku, aku nggak akan melepaskanmu!"Jovian masih syok. Dia hanya bisa memegangi kepalanya sambil menahan amarah Sharon. Muridnya yang tadinya sombong pun terdiam. Dia tidak berani berkata-kata.Pada saat ini, Randy jauh lebih tenang dari istrinya meskipun juga merasa cemas. Dia mendekati Afkar, lalu bertanya dengan sopan dan penuh harap, "Dok, apa masih ada harapan untuk anakku? Tolong, aku mohon lakukan sesuatu ...."Afkar membalas sambil mengangguk, "Untungnya racun mayatnya baru bereaksi dan belum sempat menyerang jantung atau otaknya. Tenang saja!"Kemudian, Afkar berseru ke arah Jovian, "Dokter Jovian, apa aku boleh pinjam jarum akupunkturmu sebentar?"Mendengar itu, Jovian berjala
Namun, Sharon tidak mengucapkan apa pun. Dia hanya menganggap dokter gadungan itu kebetulan menebak dengan tepat.Bagaimanapun, keahlian Jovian sudah terkenal di dalam dan luar negeri. Selama ada dia, Sharon merasa tak perlu khawatir."Pak Randy, Bu Sharon, tenang saja. Dengan adanya guruku di sini, anak kalian pasti akan baik-baik saja," ujar murid Jovian sambil menepuk dadanya dengan percaya diri.Randy membalas dengan nada penuh hormat, "Ya, tentu saja. Kami bergantung pada Dokter Jovian!"Saat itu, Jovian mulai mengeluarkan jarum perak dan mulai melakukan akupunktur pada tubuh Alvin. Namun setelah beberapa tusukan, tiba-tiba sesuatu yang mengejutkan terjadi. Alvin yang sebelumnya koma, tiba-tiba melonjak bangun dari ranjang."Aaargh!" Jovian yang sedang melakukan akupunktur langsung berteriak kaget.Sementara itu, Randy, Sharon, dan murid Jovian juga tersentak. Mereka melihat kejadian itu dengan ngeri.Kini, mata Alvin terlihat memerah. Dengan penuh amarah, dia menyerang Jovian yan
Johan menambahkan, "Pak Randy adalah Ketua Dewan Pengawas Bank Kota Nubes. Kalau kamu bisa jalin hubungan baik dengannya, di masa depan semua urusan yang melibatkan perbankan bisa jadi jauh lebih mudah. Tapi sekarang ... aduh!"Johan menghela napas panjang. Dia merasa bahwa beberapa kata yang diucapkan Afkar tadi telah sepenuhnya menyinggung Sharon.Randy Suryo adalah tokoh penting yang memegang kendali atas bank-bank di seluruh Kota Nubes. Berkenalan dengan Randy berbeda maknanya dibandingkan dengan menjalin relasi dengan para bos dari industri lain. Sebab hampir semua bisnis, tidak peduli di bidang apa, pada akhirnya akan terhubung dengan perbankan. Bahkan, orang biasa pun sulit menghindari berurusan dengan bank."Tenang saja. Nanti saat dia datang memohonku, ucapanku yang menyinggung nggak akan jadi masalah lagi," jawab Afkar dengan penuh keyakinan sambil tersenyum santai.Johan bertanya dengan terkejut, "Kamu yakin dia akan memohon padamu?" Di sisi lain, Afkar hanya terkekeh seola
Mendengar kata-kata Afkar, Sharon langsung terlihat sangat marah. Wajahnya menunjukkan kemarahan yang tak bisa disembunyikan. Bahkan Jovian, muridnya, dan Johan juga terkejut dan bingung karena ucapan Afkar yang tak terduga."Apa maksudmu dengan energi mayat? Omong kosong apa ini? Eh, kamu lagi mengutuk anak Bu Sharon ya?" tanya murid Jovian dengan mata memicing."Hmph, omong kosong! Dari mana datangnya dokter gadungan ini? Dia cuma mau mencelakai orang!" maki Jovian sambil menatap Afkar dengan sinis.Jovian seakan-akan sedang memandang seorang penipu. Orang seperti ini biasanya memang suka melebih-lebihkan dan bermain ilusi.Sementara itu, ekspresi Sharon menjadi makin muram. Dia melirik Johan dengan tajam, lalu memarahi, "Johan, orang macam apa yang kamu bawa ini?""Anakku masih hidup, tapi dia malah bicara soal energi mayat dan bilang itu nggak bisa disembuhkan. Dia datang ke sini cuma untuk merusak suasana hati kami ya?" tanya Sharon."Ini ...." Johan hanya bisa terdiam dan menunju
Setelah mendengar Johan menjelaskan masalahnya, Afkar pun bertanya, "Oh? Di mana orangnya?""Dia di Kota Nubes!" sahut Johan."Oke, jemput aku di gerbang Safira Farma," ucap Afkar."Baik! Terima kasih, Dokter Afkar. Tenang saja, aku nggak akan meminta bantuanmu secara cuma-cuma!" balas Johan.Satu jam kemudian, Johan berkendara membawa Afkar ke suatu kawasan vila mewah di kota. Kawasan vila bernama Orchid Square ini memiliki status yang setara dengan Vila Emperor. Orang-orang yang tinggal di sini adalah para kaum elite dan berpengaruh.Saat Afkar membuka pintu mobil dan turun, sebuah mobil di belakang datang dan hampir menabrak pintu Afkar yang terbuka. Ckitt! Rolls-Royce itu mengerem mendadak. Kemudian, seorang pemuda turun dari sana.Afkar ingin meminta maaf. Bagaimanapun, dia lalai memperhatikan arah belakang sebelum membuka pintu. Jika pintu mobil tertabrak, itu adalah kesalahannya sendiri.Namun, sebelum permintaan maafnya terlontar, pemuda itu langsung menunjuk hidung Afkar dan m
Setelah menyampaikan pesan tersebut, David langsung pergi lagi dengan angkuh. Setelah dia pergi, atmosfer di dalam aula menjadi tegang dan menyesakkan."Harun, kamu sudah dengar, 'kan? Apa kamu ingin membiarkan Feli menghancurkan keluarga kita? Kalau Keluarga Sanjaya benar-benar ingin bertindak, kita nggak akan mampu menanganinya!" ucap Erlin sambil mengetuk-ngetukkan tongkatnya dengan marah.Keluarga Safira memang keluarga kelas satu di Kota Nubes. Namun, status mereka tidak ada apa-apanya di seluruh Provinsi Jimbo.Sementara itu, Keluarga Sanjaya adalah salah satu dari empat keluarga besar di ibu kota provinsi. Mereka memiliki pengaruh yang sangat besar.Mereka mungkin tidak menyinggung seluruh Keluarga Sanjaya, melainkan hanya Noah seorang. Namun, dengan kekuasaan dan koneksinya sebagai tuan muda keluarga itu, Noah juga bisa menjatuhkan Keluarga Safira dengan mudah."Iya, Kak,! Keluarga kalian nggak boleh terlalu egois!" timpal Jesslyn dengan raut muram.Anak keempat yang hanya diam