Share

Bab 34 Pergi

Penulis: Alita novel
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Dalam pernikahan poligami hati seorang istri pasti tersakiti. Tidak ada yang baik-baik saja. Sebagian besar memilih melawan untuk mempertahankan haknya serta anak-anak yang hadir dalam rumah tangga. Sebagian lagi memilih menyerah dengan damai untuk ketenangan hati. Hanya sebagian kecil yang memilih bertahan. Itupun masih terbagi lagi. Ada yang benar-benar menanamkan kata ikhlas dalam hati mereka. Ada juga yang menyusun berbagai rencana untuk memberikan efek jera. Seperti yang tengah aku lakukan saat ini. Membalas sakit hatiku dan anak-anak pada mereka yang sudah menghancurkan hati kami. Walaupun hal itu tidak akan pernah bisa menyurutkan rasa kecewa atau mengembalikan kepingan hati yang sudah pecah.

Kekecewaanku pada Mas Harun semakin menumpuk karena dia secara terang-terangan membela Raya yang sudah terbukti bersalah karena berusaha mencelakakan anak-anak. Walaupun tidak secara langsung. Dan semua itu di lakukan hanya demi memenuhi uang kuliah Rani yang besar. Aku tahu jika syarat ya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Balasan Untuk Suami dan Adik Madu   Bab 35 Melayat

    Aku tediam sejenak. Kira-kira apa yang akan di lakukan Mas Harun pada Raya? Kenapa dia harus menyembunyikannya dariku? Apa dia berniat untuk melindungi harga diri istri keduanya itu? Otakku tidak bisa berhenti berpikir. Segera kegelengkan kepala lalu keluar kamar. Menaiki lantai dua untuk berpamitan pada anak-anak. Bude Yah sudah menemani Alana dan Syifa yang sedang menonton TV. Sigap membantuku menjaga anak-anak karena aku akan langsung pergi ke rumah Bulek May dan Raya untuk melayat.“Ibu mau keluar lagi?” Tanya Syifa begitu melihat penampilanku. Aku sudah berganti baju memakai gamis warna abu-abu denmgan hijab senada. Gamis yang sering aku gunakan untuk acara yasinan.“Iya sayang. Ibu mau melayat ke kota sebelah. Tempat tinggal Uti Minah dulu.” Terangku sambil menyebut nama Ibu.“Sama Ayah?” Kali ini Alana yang bertanya. Aku terpaksa menganggukan kepala. Berbohong pada anak-anak agar tidak curiga kenapa aku tidak berangkat bersama Mas Harun. Rasa penasaran masih menyelimuti hati. T

  • Balasan Untuk Suami dan Adik Madu   Bab 36 Simbiolisis

    “Kenapa kalian malah diam saja. Jawab pertanyaanku sekarang.” Ucap Paklek Narto tegas. Sorot matanya tajam menatap Raya dan Bulek bergantian. Paklek Man dan Paklek Yanto masih diam. Karena Paklek Narto yang akan bicara mewakili mereka.Tidak ada yang berani buka suara untuk menjawab perkataan beliau. Padahal Paklek Narto sama sekali belum menunjukkan bukti yang sudah aku berikan. Tidak biasanya Bulek May terlihat lemah seperti ini. Biasanya dia selalu melawan jika merasa pemikirnanya benar sendiri. Tidak akan takut pada siapapun yang sudah melawannya. Bahkan jika bukti itu terpampang nyata sekalipun. Apakah karena hal ini ada hubungannya dengan ilmu hitam?“Maaf. Aku benar-benar minta maaf pada Mbak Wulan dan Mas Harun.” Akhirnya Raya bersuara juga.“Aku benar-benar menyesal karena sudah membantu Bapak menggunakan ilmu hitam.”“Kamu tahu kalau perbuatan kalian kemarin itu salah satu bentuk dari menyetukan Allah Ray? Apa kamu sudah bertaubat setelah Kang Dar meninggal?” Kali ini Paklek

  • Balasan Untuk Suami dan Adik Madu   Bab 37 Video

    Mas Harun menatapku heran saat aku menyerahkan kotak bekal yang besar padanya. Aku memang sudah tidak pernah membuatkan kotak bekal lagi setelah menghadiri pernikahan kedua Mas Harun dengan Raya. Sebagai ungkapan rasa kecewaku padanya. Aku tidak bisa lagi seutuhnya menjalankan peran seutuhnya sebagai istri setelah penghianatan yang begitu menyakitkan. Namun, kini aku sengaja mengulangi kebiasaan lamaku untuk membuat Raya cemburu. Sekaligus untuk mengetahui apakah dia akan memilih makanan yang aku bawakan atau makanan yang sudah tersaji di rumah Raya.Teringat pesan yang aku kirim dengan Sinta saat kami tengah sarapan tadi. Untuk mencari tahu apakaj rencanaku berhasil atau tidak. [Apakah hari ini kamu akan berkunjung ke rumah Bulek May, Sin?]Drrtt…Tidak membutuhkan waktu lama bagi Sinta untuk membalas pesanku. [Iya mbak. Bapak yang menyuruh agar aku bisa bantu-bantu disana. Aku sambil bawa kerjaan di rumah. Istilah kerennya sih work from home.]Aku terkekeh pelan membaca pesan balas

  • Balasan Untuk Suami dan Adik Madu   Bab 38 Permintaan Ibu

    Pagi ini Mas Harun pamit pada anak-anak akan pergi ke rumah Bulek May bersama Ibu. Mengingat jika Raya masih berduka pasca meninggalnya Paklek Dar. Maka Mas Harun dan Ibu akan menghabiskan waktu disana. Bukan di rumah kontrakan yang suda Entah bagaimana caranya rumah itu muat untuk di tinggali Ibu mertuaku juga. Mengingat disana hanya ada tiga kamar. Semuanya sudah di huni. Termasuk kedua adik laki-laki Raya. Entah Ibu atau kedua adik Raya yang tidur di dalam kamar. Mas Harun sama sekali tidak membahasnya denganku. Dan aku juga sama sekali tidak peduli.Berbeda dengan beberapa hari lalu dimana kepergian Mas Harun di iringi dengan isak tangis Syifa dan kemurungan Alana, kini anak-anak bisa mengantar Ayah mereka dengan riang. Walaupun hatiku masih terasa sangat pedih karena harus bebragi suami, aku tetap melambaikan tangan pada Mas Harun dan Ibu yang sudah masuk ke dalam mobil taksi online. Mas Harun tetap menepati janjinya untuk tidak memakai mobilku jika jatahnya bersama Raya. Wajah

  • Balasan Untuk Suami dan Adik Madu   Bab 39 Ancaman

    Sejak telpon di tutup tadi aku memikirkan rencana untuk membuat Mas Harun kembali. Tidak dapat kupungkiri rasa cemburu yang menyusup dalam hati. Di sisi lain aku juga tidak ingin Mas Harun menukar jatahku dan Raya agar bisa menemani adik maduku itu dalam masa dukanya. Belum lagi dengan anak-anak yang pasti akan menanyakan keberadaan Ayah mereka. Alana yang sudah mengerti banyak hal akan kecewa lalu murung seperti dulu. Aku juga tidak akan bisa menjawab banyak pertanyaan Syifa yang kritis.Licik sekali Raya masih menggunakan cara ini untuk merebut perhatian Ayah dari anak-anak. Apalagi dia juga di dukung oleh keluarga Paklek Dar. Setahuku Raya tidak ingin terlalu dekat dengan mereka.Tapi, jika sudah berhubungan dengan hal buruk keluarga Paklek Dar memang akan kompak.Tiba-tiba sebuah ide terlintas dalam pikiranku. Mas Harun tidak akan bisa menolak permintaan anak-anak. Rasa ragu sempat terlintas. Apakah cara itu masih efektif? Mengingat Mas Harun sudah tinggal di rumah Bulek May selama

  • Balasan Untuk Suami dan Adik Madu   Bab 40 Adik Sepupu

    Panggilan telpon langsung di matikan oleh Raya. Aku mencoba menghubunginya dengan hp Mas Harun lagi. Tapi, tidak kunjung di angkat. Hingga hp itu di ambil oleh suamiku. Dia memasukannya ke dalam tas kerja. Sepertinya dia sedang buru-buru berangkat kerja. Ya sudahlah. Toh aku sudah mengancam Raya. Dia tidak akan bisa berkutik jika Mas Harun benar-benar menceraikannya.“Ancaman yang bagus Lan. Aku bahkan tidak terpikir sama sekali.” Kata Mas Harun lega usai aku menelpon istri keduanya itu. Dia sudah bersiap pergi bekerja. Padahal waktu sudah menunjukkan jam delapan lewat. Apa Mas Harun akan bekerja di lapangan?“Ya memang harus seperti itu Mas. Aku akan melaporkan hal ini pada Paklek Narto. Agar beliau sendiri yang menghapus video zina itu dari hpnya Raya. Oh iya Mas. Inikan sudah jam delapan lewat? Kenapa baru berangkat kerja sekarang?” Tanyaku heran. Dia sendiri sudah mengambil kunci mobil yang ada di atas nakas.“Aku sudah ijin sama bos. Ini sekalian mau ninjau proyek di luar. Aku ak

  • Balasan Untuk Suami dan Adik Madu   Bab 41 Mendengar

    "Ti-tidak perlu mbak. Aku percaya padamu. Aku akan pergi sekarang juga dari sini." Jawab Sarah lalu segera mengendarai motornya. Syukurlah jika dia mau percaya. Aku tidak perlu membawanya ke kantor notaris.Aku menghela nafas lega melihat kepergian Sarah. Satu masalah telah selesai. Perasaan marah untuk Mas Harun kembali muncul ke permukaan. Pasti dia yang sudah membual di depan keluarga Paklek Dar tentang kepemilikan toko ini. Karena tidak akan ada asap kalau tidak ada api. Pasti ada penyebab kenapa Sarah bisa mengklaim toko ini sebagai milik Mas Harun. Kaki ini melangkah masuk ke dalam toko. Terus berjalan menuju gudang. Mengambil alih pekerjaan dari tangan Lala untuk mengawasi stok barang masuk. Sekaligus memeriksa barang retur yang di kembalikan oleh pembeli dengan klaim adanya kerusakan."Kamu jaga di depan aja La. Pastikan tidak ada orang yang membuat keributan seperti tadi." Perintahku pada Lala. Ia menganggukan kepala."Baik mbak." Jawabnya lalu berjalan ke depan. Pekerjaan

  • Balasan Untuk Suami dan Adik Madu   Bab 42 Sertifikat Sawah

    POV HarunSejak mengetahui jika Pak Dar adalah pelaku yang sudah mengirim guna-guna pada Alana dan Syifa, perasaanku terhadap Raya jadi hambar. Teganya mereka melakukan ini padaku setelah semua uang yang kuberi selama ini. Seharusnya aku bisa menggunakan uang itu pada Ibu dan Rani. Kebutuhan mereka jauh lebih penting. Agar aku Ibu dan Rani tidak perlu meminta uang lagi pada Wulan. Toh Wulan tidak akan merasa keberatan jika aku menghabiskan lebih banyak uang untuk keluargaku sendiri. Tapi, hanya karena kebodohanku membuat uang yang diam-diam aku kumpulkan hilang sia-sia di tangan keluarga Raya yang serakah.Selama aku berada di rumah Raya, Wulan terus mencari bukti dari kamera CCTV di tempat lain. Wulan juga tidak memberi tahu tentang rencananya ini. Dia langsung memberikan bukti uitu di hadapan ketiga Pakleknya membuatku merasa seperti orang bodoh. Belum lagi dengan Paklek Man yang memergoki aku sedang bersama Raya di rumah kontrakan kami. Membuat diri ini di pandang semakin rendah ol

Bab terbaru

  • Balasan Untuk Suami dan Adik Madu   Bab 94

    Pov Orang KetigaSurat panggilan sidang dari pengadilan agama akhirnya datang juga ke rumah megah Ardi. Dia termenung menatap kurir yang mengantar surat itu. Tangannya sudah meremas surat tanpa membalas sapaan kurir yang berlalu pergi. Ardi menutup pintu rumahnya dengan kasar hingga membuat Bu May yang sedang memasak di dapur jadi terlonjak kaget.Ia masuk ke dalam kamar lalu duduk di tepi tempat tidur. Menyobek amlopnya dan membaca gugatan Desi yang tertera dalam surat tersebut. Di surat itu menyebutkan tentang sikap kasar Ardi pada Desi dan anak-anak selama ini yang di sebut kekerasan secara verbal. Walaupun tidak ada kekerasan secara fisik. Mata Ardi semakin membulat saat ia membaca isi gugatan berikutnya dimana Ardi sudah berselingkuh dengan Sarah. Hanya nama Sarah yang di sebutkan. Tidak ada nama Raya sebagai selingkuha Ardi. Desi mengklaim jika dia punya semua bukti yang akan ia bawa ke pengadilan saat sidang pertama kelak."Desi si*"*****." Seru Ardi marah dengan suara men

  • Balasan Untuk Suami dan Adik Madu   Bab 93

    "Sebenarnya dimana Desi dan anak-anak? Kenapa kamu sampai tidak tahu keberadaan mereka, Ardi?" Seru Mama jengkel yang membuatku keringat dingin. Sedangkan Papa hanya diam saja sambil menatapku tajam.Aku sangat tahu karakter orang tuaku yang lebih sayang dengan Desi. Tidak mungkin jika aku mengarang cerita jelek tentang Desi. Bukannya percaya Mama justru akan sangat marah padaku. Rasanya pikiranku buntu di tatap sedemikian tajam oleh orang tuaku "Aku nggak tahu Ma. Seharian ini aku bekerja di kantor jadi aku nggak tahu keman Desi dan anak-anak pergi. Tadi siang Bu May sempat telpon kalau Desi sedang tidak enak badan sehingga tidak bisa rewang di rumah tetangga. Jadi, Bu May yang menggantikannya. Aku izinkan karena tidak enak dengan tetangga kami jika tidak ada yang rewang. Baru saja aku pulang sore ini bersamaan dengan Papa dan Mama, mereka sudah pergi. Aku baru saja hendak mencari mereka. Tolong jangan marah padaku dulu." Jelasku pelan dengan suara bergetar. Ya ampun kenapa aku tida

  • Balasan Untuk Suami dan Adik Madu   Bab 92

    Siang itu aku berkenalan dengan anak Bu May yang bernama Raya. Wajah cantik, tubuh seksi dan sikap yang ramah langsung memikatku saat itu juga Entah kenapa aku bisa langsung jatuh cinta pada Raya. Bukan hanya rasa tertarik seperti yang aku rasakan pada Sarah dan dua mantan kekasihku yang lain. Karena masih ingin mengobrol dengan Raya lebih banyak lagi, aku mengajaknya dan Bu May untuk menemaniku duduk di meja makan. Mumpung Desi dan anak-anak sedang tidak ada di rumah. Hampir saja kami ketahuan oleh Desi yang tiba-tiba saja sudah pulang ke rumah. Untungnya dia tidak curiga sama sekali dengan kedekatanku bersama Raya. Apalagi ini pertama kalinya aku mengijinkan pembantu untuk duduk di meja makan yang sama denganku. Setelah Desi pergi aku bisa menghela nafas lega.Di tengah kelumit hubunganku dengan Sarah yang sedang berada di masa membosankan, rasanya sangat menyenangkan bisa menjalnin hubungan dengan wanita baru seperti Raya. Dia jauh lebih pengertian dan baik daripada Sarah. Raya tid

  • Balasan Untuk Suami dan Adik Madu   Bab 91

    Pov ArdiMenikah ternyata sangat membosankan. Apalagi jika istri sudah melahirkan bayi. Membuat penampilan fisik menjadi berubah seratus delapan puluh derajat. Wajahnya jadi sayu karena kurang tidur akibat begadang mengurus bayi. Tidak ada lagi badan seksi milik Desi yang bisa kulihat. Namun, di sisi lain aku juga menuntutnya untuk melahirkan sebanyak empat kali. Hingga kami memiliki tiga anak perempuan dan dua anak laki-laki. Aku ingin memiliki anak sebanyak mungkin yang bisa di jadikan pewaris perusahaan Papa. Sekaligus anak yang bisa mengurusku di masa tua nanti.Pelayanan yang di berikan Desi di atas ranjang juga tidak bisa maksimal lagi. Sehingga membuatku sering mencari pelampiasan pada wanita lain. Yang sudah aku uji kebersihannya melalui peemeriksaan kesehatan di rumah sakit. Setelah memastikan jika wanita yang aku pilih sehat dan bebas dari penyakit menular baru kami melanjutlan hubungan. Aku bisa memberikan banyak uang pada wanita simpananku setiap mereka mau melayani dengan

  • Balasan Untuk Suami dan Adik Madu   Bab 90

    Rasanya badanku sangat letih saat pulang ke rumah bersama Andi dan Tika yang menyusul ke bimbel. Sedangkan Raka berada di rumah bersama Salma dan Salwa. Beruntung si kembar mau membantu dengan mengambil alih dapur dengan memasak untuk membuat menu makan malam kami kali ini. Mereka juga mau membantu pekerjaan rumah seperti menyapu dan mencuci piring. Bahkan untuk urusan seragam sekolah, anak-anak dengan terampil menyetrika. Tentu saja dengan di dampingi oleh si kembar. "Pokoknya Ibu tenang saja. Urusan pekerjaan rumah serahkan pada kami. Ibu juga nggak perlu lagi memasak biar nggak kecapekan. Fokus saja bekerja di bimbel. Kalau adik-adik mau menyusul kami yang akan mengantarkan." Kata Salma pagi ini saat kami tengah berkutat untuk membuat sarapan di dapur. Sedangkan Salwa dan Tika sudah membagi tugas untuk menyapu halaman depan dan rumah. Raka dan Andi masih sibuk membereskan tempat tidur dan buku yang akan mereka bawa ke sekolah."Terima kasih sayang. Kamu dan Salwa juga nggak perlu

  • Balasan Untuk Suami dan Adik Madu   Bab 89

    Meskipun merasa sedih setelah melihat pesan balasan Wulan, aku berusaha untuk menenangkan diri. Mungkin untuk saat ini aku harus membiarkan Mama dan Papa berspekulasi sesuai dengan fitnah yang sudah di katakan Bu May pada mereka. Karena aku tidak ingin sembarangan memberikan bukti sebelum persidangan di mulai. Teringat dengan pesan Pak Hendra agar aku selalu berhati-hati terkait dengan barang bukti yang sudah di berikan ke pengadilan agama.[Biarkan saja Lan. Biar Papa dan Mama melihat sendiri di pengadilan bukti-bukti yang sudah aku serahkan. Aku takut jika memberikan bukti itu sekarang Mas Ardi akan punya bahan untuk mengelak. Bisa saja dia akan menyiapkan sangkalan mengingat Mas Ardi bisa melakukan segalanya dengan uang.]Balasku cepat. Aku tahu jika kemungkinan besar orang tua Mas Ardi akan tahu lebih cepat. Hanya saja hatiku tetap merasa sedih karena harus pergi begitu saja tanpa ijin pada mereka. Aneh sekali. Padahal ini keputusanku. Tapi, aku juga yang merasa sedih. Mungkin kar

  • Balasan Untuk Suami dan Adik Madu   Bab 88

    Jarum jam sudah menunjukkan setengah empat sore saat kami sampai di rumah ini. Langit jingga mulai terlihat menjelang malam. Aku meminta anak-anak untuk menunggu di teras. Sementara aku pergi ke rumah pemilik kontrakan yang jaraknya hanya dua rumah saja dari sini. Saat bertemu Bu Marni langsung menyerahkan kunci rumah padaku lalu kami masuk ke dalam. Ruangan tampak bersih karena ada yang rutin menyapu selama dua bulan ini. Tidak ada perabotan di ruang tamu dan dapur. Tapi, setidaknya sudah ada tempat tidur dan lemari di setiap kamar yang di beli Ratna setelah aku mentransfer uang padanya. Saat Ratna dan keluarganya menginap di rumah ini. Dua koper besar yang dulu di bawa Ratna sudah ada di kamar utama. Sedangkan satu koper lagi aku kirim lewat jasa travel dan di letakan di dapur. Baru aku kirim beberapa hari lalu setelah anak-anak selesai ujian akhir sekolah atau yang biasa di sebut dengan UAS.“Kita sholat jamaah di ruang tengah dulu ya. Baru pasang seprai di kasur terus istirahat se

  • Balasan Untuk Suami dan Adik Madu   Bab 87

    POV DesiSatu minggu lebih aku berusaha menghindari jebakan Mas Ardi walaupun obat terlarang itu sudah di tukar dengan teg biasa. Kadang kala aku menyanggupi keinginannya untuk minum teh di ruang makan atau berdua saja di dapur. Aku merasa gugup karena bingung harus menunjukkan reaksi apa setelah minum teh itu yang di yakini Mas Ardi mengandung obat terlarang. Namun, tidak ada reaksi apapun dari Mas Ardi selain ekspresi heran. Dia juga tidak curiga sama sekali. Setidaknya aku merasa sangat lega karena selalu berhasil lolos. Kesibukanku bersama anak-anak membuat Mas Ardi tidak bisa menjebakku untuk tidur bersama pria lain. Selain itu, dia juga harus sibuk bolak-balik dari rumah Sarah ke rumah ini karena harus membagi waktu setelah mereka resmi menikah secara siri. Membuatku bisa dengan mudah memasukan obat tidur setiap dia akan menjalanklan rencana untuk menghubungi temannya yang akan ikut dalam rencana untuk memfitnahku. Membuat Mas Ardi merasa bahwa ia terlalu kelelahan hingga bisa t

  • Balasan Untuk Suami dan Adik Madu   Bab 86

    POV RayaLiburan selama tiga hari ke Bali bersama Mas Ardi sungguh menyenangkan dan menakjubkan. Karena ini kedua kalinya aku bisa liburan ke Bali setelah study tour saat SMA dulu. Ada banyak tempat yang lebih bagus sudah kami kunjungi. Di tambah dengan banyaknya oleh-oleh yang sudah kubeli dengan harga ratusan juta. Membuat aku membeli banyak baju, tas, sepatu dan masih banyak barang yang bagus dan sangat mahal. Tidak lupa juga aku membelikan untuk Ibu dengan jumlah yang sangat banyak.Dia sangat pengertian mengajakku pergi tanpa perlu bertanya dimana keberadaan suamiku. Setelah aku cerita Mas Ardi memang tidak pernah bertanya secara detail tentang sosok Mas Harun. Membuatku merasa sangat lega karena mereka bedua sudah saling mengenal sebagai rekan kerja di kantor. Aku takut jika Mas Ardi akan memilih mundur sebelum semua rencanaku dan Ibu terlaksana. Di sisi lain aku juga banyak menguping percakapan Mas Ardi dengan Sarah di kamar hotel tempat kami menginap. Dia selalu mengira jika a

DMCA.com Protection Status