“Ugh!” lenguh Helena mengubah posisinya yang miring, ketika matanya ia buka, ia merasa silau pancaran cahaya tiba-tiba menerobos masuk ke dalam matanya, tangannya perlahan mengucek matanya membantu menetralisir cahaya tersebut.Setelah merasa lebih baik dan pengelihatannya sudah seperti biasa. Helena mengedarkan matanya ke sekitar memastikan sekelilingnya. Helena bernapas lega karena ia berada di dalam kamarnya. Ia sempat khawatir akan berada di tempat yang mungkin merugikannya. Mengenal dengan baik Roky selama ini, jika berurusan dengan orang asing yang tak berhubungan dengannya ataupun dikenalnya, biasa pria itu pasti akan lepas tanggung jawab.Helena memposisikan dirinya menjadi duduk, menunduk, ia memegang kepalanya berusaha memikirkan kembali apa yang terjadi padanya sebelum ia berada di kamarnya. “Sial, itu memalukan.” Helena mengumpat saat mengingatnya.Kesakitan, lalu jatuh pingsan di hadapannya. Itu seperti ia menjatuhkan harga dirinya sendiri. Apalagi jika mengingat-ingatnya
Terasa kalut dalam pikirannya sendiri tak sadar bila Alex masuk ke dalam kamarnya tanpa sedikit pun mengeluarkan suara yang dapat disadari Helena. Helena duduk di kursi termenung, menatap keluar jendela dengan memeluk lututnya.Keadaan di luar sedang hujan lebat, suasana terasa sangat dingin, Helena sampai mengenakan pakaian hangat. Meskipun terasa dingin, suasana seperti inilah yang sangat Helena suka, begitu terasa tenang dan damai.“Kenapa tidak keluar makan malam?” Alex berucap pelan, menyadarkan Helena yang larut dalam termenungnya.Helena menoleh ke samping. “Sofia di mana?”Yang Helena tunggu kedatangan Sofia ke kamarnya, biasanya wanita pelayan itu yang akan memanggilnya makan dan menemaninya menuju ke ruang makan. Terasa aneh jika Sofia tidak datang.“Ada kecelakaan kecil yang menghambatnya datang kemari,” kata Alex menjawabnya. “Sekarang kakak yang menggantikannya, kamu mau ‘kan kakak temani sampai ke meja makan?”‘Ternyata ada kecelakaan, tapi kenapa aku tidak percaya?’ Sul
Helena menutup mulutnya rapat-rapat terkejut dengan keadaan Sofia di ruangan ICU. Terbaling lemah dengan banyaknya alat-alat terpasang di tubuhnya, mulai dari infus, selang dan beberapa alat lainnya menempel di tubunya. Melihatnya dari kaca di luar, Helena begitu tampak syok.“Dia sebelumnya baik-baik saja.” Sekelebat pikiran itu muncul terngiang kembali. Sofia tadi siang mendampinginya, mengobrol cukup banyak dengannya, menunggunya selesai dari kamar mandi dan masih sempat seperti biasanya menyiapkan pakaiannya. Sebelum wanita itu menerima telepon dari seseorang yang katanya kenalannya. Ada reaksi tak biasa yang sempat Helena lihat dari wajah Sofia saat menerima panggilan telepon dari seseorang tersebut, tapi Helena abaikan tak ingin ambil pusing. Dan Sofia kala itu memutuskan untuk segera pergi.Siapa tahu jika kepergiannya akan berakhir membuat dirinya sendiri menjadi seperti ini di ruang ICU? Separuh wajah Sofia diperban karena luka diterimanya, sampai kedua lengan tangan dan satu
Michael memilih pergi menghindari Roky yang berada di sini, melewati Roky dan dengan kasar menyenggol bahunya. Michael sebenarnya juga tidak ingin membuat keributan dengan Vincent di depan Helena. Peduli dengan wanita itu, Michael memilih menahan dirinya agar tetap tenang.Vincent menghela napasnya gusar. Ia mengelus dadanya berusaha sabar menghadapi kakak keduanya, Michael."Roky, kakakku biasanya tidak seperti ini. Entah kenapa dia bisa seperti ini, semoga kamu bisa memakluminya," kata Vincent mencoba membuat Roky tidak menyimpan dendam atas perlakuan yang Michael berikan padanya."Aku tahu itu," balas Roky tenang seperti perkataannya, ia tampak tak terlalu memikirkannya."Apa kamu melihat kejadian Sofia kecelakaan, Roky?" Helena melontarkan tanya pada Roky saking tak bisa menahannya, ia tak sabaran memutuskan menanyakannya langsung. Roky mengedar pandang pada wanita bersurai hitam panjang yang dibiarkan saja tergerai menyentuh bokong indahnya.Sedikit mulutnya terbuka untuk mengata
“Saya baru tahu dari Rylee, Sofia mengalami kecelakaan. Nona Helena, Anda baik-baik saja ‘kan?” Di tengah menyetir mobilnya Hart menanyai Helena yang tengah menyibukkan diri melihat ponselnya. Wanita yang duduk di jok belakang itu terlihat sangat serius dengan ponsel pintarnya. Entah apa yang ia lihat sampai wanita itu sampai bisa sefokus itu.“Rylee kemana?” Tak menjawab apa yang ditanyakan Hart, Helena balik menimpalkan pertanyaan.Hart langsung mengerti bahwa Helena tidak menginginkan ia membahas Soia. Hart pun menjawab pertanyaan Helena, “Dia sedang sibuk mengumpulkan informasi terkait orang-orang yang Anda minta.”“Ooh.” Helena mengangguk mengerti. Maksud yang dikatakan Hart mengenai apa yang sedang dikerjakan Rylee saat ini, itu prihal masalah orang-orang yang berada di rumahnya dahulu. Helena ingin mengetahui siapa saja mereka sebenarnya yang dibawa oleh salah satu pria yang dikenalnya di antara mereka. Apakah mereka bawahannya? Jika seperti itu, seperti apa saja bawahannya? He
“Ini tidak benar ‘kan? Ke-kenapa kamu menjadi seperti ini?” Tangisannya tak tertahan, dari belakang terlihat punggung lebarnya bergetar, diperkirakan jika pria berhoodie hitam itu menangis sendu melihat kondisi buruk Sofia. Diciumnya tangan Sofia yang diinfus dan diusap-usap di pipinya, karena tangan itulah yang tak diperban, tapi terasa sangat dingin digenggam. Air matanya merembes jatuh dengan derasnya sampai mengenai tangan Sofia. Begitu sangat menyakitkan dengan usaha keras ia melihat wajah Sofia yang tampak separuhnya diperban atas luka parahnya. Mata indahnya itu terpejam tak biasa akan mengabaikannya di sini. “Kamu sudah berjanji padaku akan menjaga diri dengan baik, a-ada apa ini, Sofia?”“Hiks … hiks … kamu berbohong,” isaknya tak tertahan.Roky yang berdiri di belakang pria itu, melihatnya menjadi memalingkan wajah. ‘Pria yang menyedihkan,’ batinnya.“Apa Anda bawahan keluarga Dawson?” Pria berwajah cukup suram itu menoleh ke belakang di mana Roky berada.Roky menatapnya dan
Helena mengusap air mata yang jatuh membasahi pipinya, kemudian ia berjalan melewati pria itu, pria yang merupakan pamannya. Helena memilih menghampiri Roky yang duduk di kursi menatapnya. Sampai tepat berada di depannya, Roky mendongakkan kepala melihatnya. Dahi pria itu berkerut melihat wanita angkuh itu mendekatinya. “Semalaman di sini?” tanya Helena seketika membuatnya heran. “Tidak saya sangka Anda akan menanyakan ini,” katanya membalas menjengkelkan. Helena berdecih walaupun ia akan tahu bahwa Roky tidak akan sesantai itu berbicara dengannya, dia pasti akan mencari gara-gara dengannya lagi. Helena mengambil duduk di sampingnya. Tidak disangka Roky wanita itu akan memilih duduk di sampingnya. “Melihat Anda perhatian dengan saya, saya merasa ada tujuan di balik Anda bersikap seperti ini.” Helena tidak membalas perkataan Roky, pandangannya tertuju pada Hart yang berdiri dengan pria menyedihkan itu, tampak Hart pun menatapnya. Pria botak itu seketika menurunkan pandangannya meli
“Kita pulang sekarang Helena.” Vincent menyambar tangan Helena di tengah Helena sedang berbincang dengan Roky dan Hart mengenai Sofia. Wanita itu tentu terperanjat begitupun dengan dua pria bersamanya, atas tindakan tiba-tiba pria yang merupakan kakak laki-lakinya. Baru datang, dia langsung membawa Helena pergi tampak seakan dikejar oleh sesuatu, ia terburu-buru membawa Helenaa ikut dengannya. “Kak Vincent, ada apa?” Helena menghentikan paksa langkahnya dan menahan tangan Vincent yang menarik tangannya, meskipun kekuatannya tak seimbang, Helena sekuatnya berusaha menahan dirinya berhenti. Vincent berhenti merasakan tangannya berat menarik Helena, dia berbalik lantas menatap Helena yang memandangnya kebingungan. “Kita harus pergi. Di sini tidak akan aman,” ucap Vincent. “Kenapa?” tanya Helena, penasaran dengan apa yang terjadi. Biasanya Vincent tidak seperti itu kepadanya. Ini terasa aneh, dia jelas penasaran. Vincent menghela napas gusarnya, dia membalikkan tubuh dan bergantian ke
Hart dan Rylee hanya menatap mereka berdua dengan tatapan heran.“Apa ini perasaanku saja, mereka sekarang jauh lebih dekat?” duga Hart melihatnya sampai keliling matanya memandang, hingga mobil yang dinaiki Helena dengan Roky sudah pergi menjauh dari mereka.“Bukan kau saja, aku juga merasa begitu,” ujar Rylee. “Jadi apa yang akan kita kerjakan sekarang? Nona Helena hanya memerintah kita bekerja tanpa memberitahu apa pekerjaan itu.”Hart mengedikkan bahu. “Jangan tanya padaku, aku pun tidak tahu.”“Kalian berdua tidak ada kerjaan ‘kan? Bagaimana jika kalian ikut denganku.” Vincent menghampiri mereka berdua yang tengah dilanda kebingungan berdiri di dekat mobil dan gerbang mansion besar milik Malvin Dawson—ayahnya Helena maupun Vincent.“Anda bukan Bos kami.” Hart menjawabnya dingin.Akan tetapi Rylee berbeda dengan Hart. Rylee langsung merangkul Hart dan Vincent, mengatakan, “Pekerjaan apa itu Tuan Vincent?”Hart mendengus dan berpaling wajah tak ingin melihat tingkah temannya yang t
“Semalam ini, kamu dari mana saja?”“Ah!” kaget Helena melihat Vincent yang berada di dalam kamarnya, duduk di kursi dengan tangan disilangkan. “Sepertinya kau senang sekali mengagetkanku, ya?! Ah~ kakak ini … ” Helena kelepasan menjadi berteriak, wanita itu pun memegang kepalanya dan menyugar rambutnya ke belakang.“Kamu juga sering membuat kakakmu ini terkejut dengan semua tindakanmu, adikku Helena.” Vincent membalasanya dan perlahan pria itu berdiri melangkah mendekat ke arahnya. “dari mana kamu sampai jam segini baru pulang?” Vincent mengintrogasinya.Helena berpaling wajah untuk menahan rasa kesalnya diperlakukan seperti itu. “Aku hanya mencari angin, aku ‘kan sudah pernah bilang berada di sini terus rasanya menyesakkan.”“Tadi ayah mencarimu, sebelumnya aku sudah lebih dahulu datang mencarimu, tidak melihat kamu berada di dalam kamar. Aku merasa yakin kamu keluar dan ternyata itu benar, untung saja aku menyelamatkanmu, adikku sayang.” Vincent memasukkan kedua tangannya ke dalam
“Lepaskan aku.”Rylee menjadi menghentikan langkah cepatnya, tergesa-gesa keluar dari apartemen mewah yang kini terdengar suara tembak menghebokan banyak orang. Tapi, herannya polisi masih belum terlihat datang, perasaan cemas kini menyelimuti Helena. Bagaimana jika sesauatu terjadi kepada Roky?Wanita itu menghentikan langkahnya yang dibawa cepat oleh Rylee sehingga Rylee merasakannya langkahnya ikutan terhenti, dan menoleh ke belakang menatap sang empu yang kemudian bersuara.“Nona Helena, Anda tidak ingin masuk ke dalam lagi ‘kan?” Dahinya mengerut sangat jelas menunjukkan tengah memastikannya.“Aku harus mengecek kondisi di sana, pamanku dia tinggal di sana, aku merasa sesuatu terjadi padanya.”“Kamu memperdulikannya?”“Tidak.” Helena mengedikkan bahunya. “aku memperdulikan Sofia.”Rylee seketika melepaskan tangannya yang menggenggam tangan Helena.Seperti secara terbuka dipersilahkan kemauannya. Helena membalikkan tubuhnya dan melangkah cepat menuju kembali ke tempat itu.Tangan
Mengikuti firasatnya kini, Helena mengambil keputusan cepat bersama Rylee untuk ke tempat di mana keberadaan pria yang memiliki hubungan darah dengan Helena si pemilik tubuh asli dan juga pria itu sebagai mantan suaminya Sofia.“Di sini dia tinggal, Nona,” kata Rylee menunjuk apartemen elite di kawasan ini.Sesuatu yang tidak terduga. Senyum miring terpantri di bibir merah alaminya. “Tempat yang bagus bagi mantan napi sepertinya.”“Awalnya aku pun berpikir seperti itu. Tapi melihat bagaimana selama ini Sofia sering menemuinya, aku mulai berpikir, dia tinggal di sini karena Sofia.”Helena menatapnya, sedetik kemudian menghela. “Sepertinya hubungan keduanya tidak sesederhana yang dikira, apa ada mantan suami istri akan berhubungan sebaik itu?”Rylee menganggu, membalas, “Itu langkah, jikapun ada mungkin tidak sedekat seperti mereka. Walaupun mereka bertemu tidak secara terbuka. Tapi tetap saja, itu terasa janggal.”“Kita akan mencari tahunya,” kata Helena kemudian memberi perintah, “Tun
Perasaan Rylee dipermainkan lagi, ia merasa dilema mencari-cari keberadaan Helena yang tak kunjung ditemukannya. Tadi wanita itu menelponnya berada di halte, ia langsung menuju ke sana, tapi ketika sampai, bukannya ia langsung bertemu dengan Helena, malahan yang ditemukannya handphone milik wanita itu yang keadaan layar masih hidup. Untung saja tidak dicuri. Tapi …Rylee berhenti dan mengambil duduk di bangku halte. Pria itu memegangi dagunya, tengah berpikir, “Tadi ponselnya ini ada di bangku dan masih dalam keadaan hidup, setelah kulihat setelannya, ponsel ini akan mati tiga menit. Dan tadi setelah kulihat, ponsel itu mati, berarti … ”“Berarti sudah tiga menit berlalu aku pergi dan kau baru sampai,” sambung Helena tiba-tiba saja berada di sampingnya, duduk dengan santai sambil menikmati rolled ice cream di dalam wajah mini, yang terdapat strawberry di atasnya ice creamnya sebagai toping.“Eh?!” Rylee terperanj
Helena termangu manik coklatnya tak berkedip menatap Malvin yang memberikan intimindasi padanya secara tak sadar. Hingga melihat bagaimana dalamnya Helena menatapnya, Malvin seketika tersadar dan pria itu mengusap wajahnya kasar sambil berkata, “Bukan itu maksud Ayah. Ayah hanya tidak ingin kita saling mengingatnya setelah lama kita berusaha melupakannya.”“Aku sama sekali tidak mengingatnya, aku sangat berharap bisa mengingatnya. Setidaknya aku bisa tahu seperti apa dia. Aku tidak ingin benar-benar melupakannya, dia ibuku, Ayah,” kata lirih Helena, suaranya terdengar parau dan nyaris menghilang di akhir kalimatnya. Helena menyentuh dadanya. “dia yang telah melahirkanku, betapa berdosanya aku sebagai anak yang telah susah payah dilahirkannya, begitu saja melupakannya.”“Ibumu tidak berharap setelah kepergiannya kamu merasa menderita, sayang. Ayah juga tidak berharap kamu merasakan itu juga, kami sangat memperdulikanmu. Kamu tidak perlu mengingatnya, sekarang yang perlu kamu pedulikan
“Helena, kenapa basah kuyup seperti ini?” Malvin terkejut dan wajahnya tampak cemas memperhatikan penampilan Helena kini. Bagaimana tidak, pulang-pulang Helena basah kuyup padahal cuaca saja tidak sedang hujan.Ia yang akan keluar, menjadi berhenti ketika melihat sang putri berjalan dalam keadaan seperti itu memasuki mansionnya.“Aku kecebur kolam renang,” balas Helena pelan dan sedikit menggigil merasa begitu kedinginan. Tangannya mengusap-usap lengannya berupaya membantu meredahkan rasa dinginnya.“Cepat ambilkan handuk!” suruhnya pada para pelayan yang berada di sini. Sampai para pelayan tersebut bergegas mengambil handuk untuk Helena.“Bagaimana bisa kamu sampai kecebur, sayang? Apa ada yang mendorongmu?” Ia membawa Helena berjalan dengan melebarkan lengan panjangnya, ia memegang ujung bahu Helena dan mendekatkan Helena pada lengannya tak memperdulikan pakaiannya akan basah saling bersentuhan dengan Helena.“Hm, jika tidak bagaimana mungkin aku jatuh,” balas Helena sambil terus be
“Perkiraan saya benar ‘kan? Mereka akan datang, ayah dan kakak laki-laki Anda.” Roky memandang wanita yang duduk di sampingnya, berdua bersamanya di dalam mobil miliknya yang terparkir rapi di basement mobil rumah sakit ini.Sengaja Roky membawa Helena di sini, untuk memperlihatkan kebenaran yang mungkin saja wanita cantik berambut gelombang itu meragukannya. Sekarang, mana mungkin bisa dia menolak kebenaran yang telah terlihat nyata di depan matanya itu, jika memang dia terlalu dibutakan cinta keluarganya.Sekilas tak disadari oleh Roky senyuman Helena tertarik miris. “Aku hampir tidak percaya,” kata Helena.Ia masih bingung dengan situasinya, sebenarnya apa yang sedang terjadi. Tapi melihat setiap kebenaran yang dikatakan Roky, ada suatu dugaan buruk di dalam benaknya.“Apa sebenarnya tujuan mereka mencariku? Dan apa alasan kakakku Vincent ingin membawaku pergi? Aku bingung memikirkan itu.” Helena bertanya itu pada Roky.Roky tak menjawabnya, pandangannya lurus ke depan. Helena sebe
“Kita pulang sekarang Helena.” Vincent menyambar tangan Helena di tengah Helena sedang berbincang dengan Roky dan Hart mengenai Sofia. Wanita itu tentu terperanjat begitupun dengan dua pria bersamanya, atas tindakan tiba-tiba pria yang merupakan kakak laki-lakinya. Baru datang, dia langsung membawa Helena pergi tampak seakan dikejar oleh sesuatu, ia terburu-buru membawa Helenaa ikut dengannya. “Kak Vincent, ada apa?” Helena menghentikan paksa langkahnya dan menahan tangan Vincent yang menarik tangannya, meskipun kekuatannya tak seimbang, Helena sekuatnya berusaha menahan dirinya berhenti. Vincent berhenti merasakan tangannya berat menarik Helena, dia berbalik lantas menatap Helena yang memandangnya kebingungan. “Kita harus pergi. Di sini tidak akan aman,” ucap Vincent. “Kenapa?” tanya Helena, penasaran dengan apa yang terjadi. Biasanya Vincent tidak seperti itu kepadanya. Ini terasa aneh, dia jelas penasaran. Vincent menghela napas gusarnya, dia membalikkan tubuh dan bergantian ke