Belum sempat Louvi menjawab, Lady Hazel dan Grand Duke Erbish datang. Lady Hazel langsung memeluk Lady Neenash dengan air mata bercucuran. Dia mengungkapkan kecemasannya sembari sesekali terisak. Namun, Pangeran Sallac tiba-tiba menarik Lady Neenash ke pelukannya. "Ingusmu mengotori baju Neenash," ketusnya.Lady Hazel mencibir. "Bilang saja kau cemburu. Dasar pencemburu buta!"Pangeran Sallac mendelik tajam. "Apa kau bilang?""Sudah, sudah, daripada kalian bertengkar, bukankah lebih baik Lady Hazel menceritakan apa yang terjadi di antara Lady dan Kak Erbish," lerai Lady Neenash sebelum Lady Hazel semakin memancing emosi Pangeran Sallac.Wajah Lady Hazel seketika merona. Dia mencoba menghindar. Namun, sorot mata Lady Neenash yang terus menodong membuatnya menyerah."Baiklah, bagaimana kalau kita bicara soal itu sambil duduk dengan santai?" tawar Lady Hazel.Lady Neenash mengangguk. Mereka pun pergi ke ruang tamu. Di sana, telah tersedia aneka kue dan teh berkualitas tinggi. Lady Hazel
"Cepatlah katakan caranya, Pendeta! Kau terlalu bertele-tele!" potong Pangeran Sallac yang tiba-tiba maju ke baris depan.Namun, dia mendadak terdiam. Lady Neenash ikut ke baris terdepan dan memelototinya. Selanjutnya, Lady Neenash mengalihkan pandangan ke arah Louvi."Apakah harus menggunakan kekuatan suciku?" tanyanya."Benar, Nyonya Saintess. Anda harus memurnikan dulu perisai sihir hitam ini, lalu gunakan tombak cahaya. Tapi, ini mungkin akan cukup menguras energi–""Tak apa, Tuan Louvi," potong Lady Neenash cepat. Dia tak mau Pangeran Sallac cemas berlebihan dan melarangnya menggunakan kekuatan suci. "Ayo kita mulai saja! Aku memerlukan bantuan tambahan kekuatan suci dari kalian."Louvi mengangguk takzim. Dia pun menuruni kuda bersamaan dengan Lady Neenash. Lady Hazel juga turun dari kuda dengan elegan. Ketiganya segera membentuk formasi.Lady Neenash memejamkan mata. Sementara itu, Louvi dan Lady Hazel memgalirkan kekuatan suci. Seperti biasa, saat ketujuh benda suci beresonansi
Semburan api yang kuat melenyapkan panah-panah api para penyihir dari menara sihir. Pangeran Sallac memeluk erat Lady Neenash dan menatap tajam lawan. Dia tiba-tiba mengumpulkan manna, lalu melesatkan panah api yang sangat banyak jumlahnya. Para penyihir dari menara sihir tercengang. Meskipun dalam wujud berbeda, mereka segera dapat mengenali Pangeran Sallac. Tak ada yang bisa menyamai kedahsyatan sihir sang pemilik menara. Mereka berusaha melindungi diri. "Argggh!"Erangan menyayat bersahutan. Tak peduli muridnya, Pangeran Sallac tidak akan mengampuni siapa pun yang menyakiti Lady Neenash. Sementara itu, para penyihir dari menara tidak lagi melakukan serangan balasan. Mereka meringkuk memberi penghormatan kepada pemimpinya."Hei, apa yang kalian lakukan!" seru Duke Thalennant dengan emosi bergejolak. "Kalian sudah dibayar mahal!""Kami akan kembalikan uang kalian," sahut salah seorang penyihir. "Kami tak akan melawan pemilik menara sihir."Duke Thalennant terkesiap. Sekarang, dia m
"Hazel! Hazel!" Grand Duke Erbish semakin berteriak emosional. Dia hendak berlari ke depan. Namun, Lady Neenash malah memegangi tangannya sembari menggeleng pelan. Grand Duke Erbish mendelik protes, tetapi tetap tak berani memberontak dari perintah sang adik angkat kesayangan. "Lihatlah baik-baik, Kak! Aku juga sebenarnya tak ingin mengizinkan seperti ini, tapi istrimu memang nekat," bisik Lady Neenash. Grand Duke Erbish mengerutkan kening. " Maksudmu?""Lihat saja, Kak. Jika kubilang sekarang, tolong tarik Lady Hazel ke sini. Sebenarnya, aku ingin Sallac yang melakukannya karena dia bisa terbang, tetapi dia malah diculik," bisik Lady Neenash. Grand Duke Erbish bahkan belum mampu memahami situasi. Lady Neenash tiba-tiba mengalirkan kekuatan suci ke arah Ratu Artica. Iblis itu tentu menepisnya, tetapi kekuatan suci malah berbelok ke satu titik dan beresonansi dengan kekuatan cahaya asli di tubuh Lady Cherrie. "Sekarang, Kak! Bawa lagi Lady Hazel ke sini!" seru Lady Neenash. Grand
Flash! Cahaya benderang memancar dari tubuh Lady Cherrie. Ratu iblis Artica yang sebelumnya menguasai tubuh tersebut mendadak tak bisa bergerak. Tak lama kemudian, sebilah pedang terbentuk dari cahaya. Tangan halus Lady Cherrie meraih pedang cahaya."Kau berhasil, Cherrie!" seru Lady Hazel. Badannya yang lemas kembali bertenaga. Dia mendadak berdiri. Grand Duke Erbish hampir saja terseruduk. "Terima kasih, Lady Cherrie," tutur Lady Neenash seraya mengalirkan kekuatan suci ke arah Lady Cherrie.Sayangnya, kebahagiaan mereka tak berlangsung lama. Lady Cherrie yang telah mengenggam pedang cahaya dengan sempurna malah menusuk dirinya sendiri. Kabut hitam seketika merembes keluar, semakin lama semakin deras. "Sial*n! Dasa bodoh! Kau akan mati bodoh!" Umpatan Ratu Artica terdengar mengiringi jatuhnya tubuh Lady Cherrie ke tanah.Kepalanya membentur bebatuan. Darah segar mengalir bersamaan deru napas yang semakin melemah. Namun, senyuman semanis madu terukir di sudut bibir kemerahan."Ch
"Jantung naga ...." Wajah Pangeran Alesca tampak sangat muram. Matanya beberapa kali bergerak dengan gelisah. Dia seperti ingin mengungkapkan sesuatu, tetapi meragukannya, seolah-olah hal itu adalah sebuah kabar yang sangat buruk."Hei, katakan dengan jelas! Jantung naga? Apa itu sebuah artefak? Di mana kami akan mendapatkannya? Di kuil naga selatan?" cecar Grand Duke Erbish tak sabaran.Pangeran Alesca menghela napas berat. "Bukan artefak, tetapi jantung dari naga yang hidup."Para prajurit utara yang mendengarnya menjadi gentar. Meskipun sudah dikatakan punah, mereka sering kali mendengar legenda tentang naga. Kematian konyol yang akan dihadapi jika berani bertarung dengan makhluk mitologi tersebut.Grand Duke Erbish mengepalkan tangan. "Di mana naganya? Meskipun harus bertarung mati-matian, aku pasti akan mendapatkan jantungnya!" Wajah Pangeran Alesca semakin sendu. Dia bahkan menghela napas berat berkali-kali. Grand Duke Erbish menjadi tidak sabaran dan hampir saja mencengkeram
Saat kemilau cahaya tak lagi menyilaukan, Lady Hazel dan Grand Duke Erbish perlahan membuka mata. Keduanya seketika terjengkang. Pangeran Sallac telah raib, digantikan naga hitam bersurai indah. Tubuh raksasanya tampak gagah dan menggetarkan hati.Grand Duke Erbish tersadar lebih dulu. "Ke-ke-mana, Sallac? Apa dia ditelan naganya?" "Sepertinya, bukan begitu, Erbish. Tidak ada tanda-tanda pertarungan." Lady Hazel menggigit bibir sejenak. "Aku benci mengatakan ini, tapi kemungkinan besar Pangeran Sallac adalah naganya ...."Grand Duke Erbish dan Lady Hazel kompak terdiam. Mereka hanya membisu untuk waktu yang lama. Inilah jawaban dari perlakuan aneh Ratu Artica saat melihat wajah Pangeran Sallac. Meskipun tak ingin mengakuinya, Grand Duke Erbish menyadari bahwa keponakannya adalah titisan Naga Asentica."Ah, mungkin saja dugaanku salah," gumam Lady Hazel tak ingin menerima kenyataan."Iya, iya, pasti ada kemungkinan lain," timpal Grand Duke Erbish.Sang naga mendengkus. Hawa panas napa
Lady Hazel sempat mundur. Dia berusaha memasang perisai. Namun, usahanya benar-benar terlambat. Benang cahaya telah mengikat tubuhnya dengan erat."Lady, kumohon jangan ...," lirih Lady Hazel sebelum tak sadarkan diri.Lady Neenash tentu tak mengurungkan niatnya. Saat kekuatan suci Lady Neenash menginvasi ingatan Lady Hazel, bayangan peristiwa di kuil naga selatan langsung terlihat. Hati Lady Neenash seketika hancur berkeping-keping.Memori Lady Hazel tentang kematian Pangeran Sallac seperti ditampilkan di depan matanya. Bagaimana sang suami mulai berubah menjadi naga hitam, lalu sedikit perdebatan. Lady Neenash seketika menjerit histeris saat bayangan Pangeran Sallac mengambil tombak dan mengeluarkan jantungnya sendiri.Bruk!Lady Neenash jatuh terguling dari kasur. Rasa sakit yang menghunjam terlalu dalam, hingga air matanya bahkan tidak bisa dikeluarkan.Kepedihan hati yang begitu dalam benar-benar mengguncang jiwa. Lady Neenash terus gemetaran. Isak yang tertahan menyesakkan dada.