Pangeran Sallac menggeram. Dia melepaskan panah-panah api pada akar tanaman merambat. Sekali dua kali usahanya tak membuahkan hasil."Sial!"Tak peduli akan terlacak alat sihir, Pangeran Sallac menggunakan sihir api yang lebih kuat. Suara erangan yang mengerikan memekakkan telinga. Tanaman merambat itu benar-benar seperti makhluk hidup.Tanaman merambat terlihat gusar. Sulur-sulur berdurinya mencoba menghantam Pangeran Sallac. Namun, sang pangeran bukanlah tandingannya. Hanya satu serangan kuat, akar tanaman merambat hangus tak bersisa.Perlahan, sulur yang membelit tubuh Lady Neenash terlepas. Gadis itu hampir mengempas tanah. Beruntung, Pangeran Sallac cepat menangkapnya."Bertahanlah, Neenash," bisik Pangeran Sallac.Dia cepat mengeluarkan ramuan penyembuh luka dan meminumkannya ke mulut Lady Neenash. Ramuan tak bisa masuk karena Lady Neenash tengah pingsan. Pangeran Sallac terpaksa menggunakan sihir lagi agar cairan cokelat beraroma kuat itu bisa terdorong masuk ke kerongkongan."
Dua pendeta senior kini sudah berdiri di hadapan Pangeran Sallac. Mereka menatap lekat dari ujung rambut hingga ujung kaki. Sorot mata penuh kecurigaan dan meremehkan menodong.Pangeran Sallac masih menunduk takzim. Dia mendadak menjadi taat dan berdoa dengan sungguh-sungguh agar tak dikenali sebagai penyusup. Meskipun dua pendeta senior itu masih bisa dihadapi, Pangeran Sallac tak ingin membuat keributan dan membuang waktu.Pendeta senior bertubuh gempal mengelus dagu dan bergumam, "Kamu bukan pendeta di kuil ini. Jangan-jangan kamu ....""Saya pendeta yang baru dipindahkan ke sini," sahut Pangeran Sallac cepat."Ada pendeta pindahan?" Pendeta senior kurus tinggi mengerutkan kening beberapa saat, lalu berseru, "ah! Apa kamu Louvi Galathea?""Iya, Senior. Saya Louvi Galathea. Salam kepada senior sekalian. Semoga karunia Dewi Asteriella memberkati kita semua," sapa Pangeran Sallac sesopan mungkin."Salam. Semoga karunia Dewi Asteriella memberkati kita semua," balas dua pendeta senior i
Srat! Trang!Pisau Pangeran Sallac menhantam piring perak. Tepat sebelum belati menusuk kulitnya, si pemuda berjubah cokelat meraih benda terdekat dan menangkis serangan. Kebetulan, piring perak itu terjatuh di sebelah kakinya."Tenanglah dulu, Pangeran! Saya tidak bermaksud jahat! Saya hanya ingin menolong!" seru si pemuda cepat.Pangeran Sallac jelas tidak mempercayainya. Dia sudah terlalu sering dikhianati. Dulu, ketika Istana Rubi masih memiliki pelayan dan kesatria penjaga, Ratu Olive sering kali memasukkan mata-mata dan pembunuh bayaran."Lady Esbuach terkena sihir hitam. Kekuatan suci saya bisa memurnikannya," bujuk si pemuda lagi."Aku tak perlu bantuanmu! Aku sudah memiliki air suci," sergah Pangeran Sallac sembari memamerkan air suci hasil curiannya.Si pemuda menunjukkan raut wajah iba. "Anda mendapatkannya dari kuil suci pinggir kota? Air suci itu tak akan berguna," tuturnya dengan nada prihatin.Pangeran Sallac masih tak percaya. Namun, dia mulai sedikit terpengaruh. Air
Pangeran Sallac refleks menangkis botol dengan belati di tangannya. Botol kaca pun terempas ke lantai dan pecah berkeping-keping. Dia mendelik tajam ke arah Louvi. Si pendeta muda mengangkat bahu menandakan dirinya tak ada sangkut paut dengan botol melayang itu."Siapa yang melemparku sial*n!" umpat Pangeran Sallac. "Aku yang melemparmu!" sahut Lady Neenash yang baru saja terbangun karena mendengar keributan. Pangeran Sallac tersentak. Dia mengalihkan pandangan. Lady Neenash tengah melirik sinis ke arah tangan Pangeran Sallac, memberi isyarat untuk melepaskan cengkeraman dari kerah jubah Louvi."Ne-Neenash? Kau sudah bangun? Apakah ada yang sakit?" cecar Pangeran Sallac dengan suara bergetar dan tatapan penuh haru.Cengkeramannya pada kerah jubah Louvi tanpa sadar terlepas. Dia tak lagi menghiraukan Louvi dan melesat cepat ke hadapan Lady Neenash. Matanya menelisik Lady Neenash dari ujung rambut hingga ke ujung kaki."Aku benar-benar sudah pulih, Sallac. Tapi, sangat terganggu denga
Belum selesai Louvi bicara, Pangeran Sallac malah memperkuat cengkeramannya. Pendeta muda itu menjadi kesulitan bernapas. Lady Neenash menghela napas berat. "Tenanglah, Sallac. Lepaskan Tuan Galathea," bujuk Lady Neenash. Dia juga memaksa Pangeran Sallac melepaskan Louvi. Meskipun tak suka, Pangeran Sallac tetap menurut."Aku yakin Tuan Galathea tidak bermaksud buruk. Jika Tuan Galathea memang merencanakan hal jahat, dia justru akan berpura-pura tidak tahu, lalu menusuk dari belakang," tambah Lady Neenash."Itu benar, Lady," timpal Louvi, "dan saya bisa tahu identitas Anda berdua karena kekuatan suci saya juga bisa membedakan orang-orang dari aura." Lady Neenash tampak resah. Jika seorang pendeta muda saja bisa mendeteksi identitas mereka, bagaimana dengan pendeta senior. Berarti, hanya masalah waktu mereka akan ketahuan."Tenang saja, Lady. Kemampuan seperti ini hanya sedikit orang yang memilikinya. Jadi, saya rasa Anda berdua akan aman," hibur Louvi.Lady Neenash tampak masih rag
Pangeran Sallac kembali memberi isyarat kepada Lady Neenash dan Louvi untuk membentuk formasi. Keduanya mengangguk dan langsung merapatkan badan ke punggung Pangeran Sallac. Para bandit salah mengira mereka tengah pasrah menjadi semakin bersemangat dan mulai mengatakan omong kosong."Sepertinya, mangsa kita akan kencing di celana ha ha ha.""Aku tak sabar melihat hal itu.""Sudahlah, cepat kita selesaikan dua pria itu. Yang wanita kita biarkan hidup. Pasti menyenangkan tidur dengannya."Pangeran Sallac seketika mendelik tajam. Manna dalam jumlah besar mulai mengumpul di tangannya. Lady Neenash langsung menggenggam tangan sang pangeran. Dia tentu tak mau masalah mereka bertambah dengan kedatangan pasukan istana.Sentuhan Lady Neenash mendinginkan kepala Pangeran Sallac. Manna yang tadi menguar disimpan kembali dengan rapi. "Jangan gegabah, Sallac. Cecunguk-cecunguk lemah seperti mereka bisa kita hadapi dengan ilmu beladiri biasa," bisik Lady Neenash."Maaf, tadi aku terbawa suasana ka
"Neenash! Neenash! Kau di mana?" teriak Pangeran Sallac panik. Mereka telah mendarat dengan selamat di dasar lubang. Beruntung, ada tumpukan daun, sehingga menghindarkan dari benturan langsung dengan tanah. Namun, oleh karena lubang itu sangat dalam, hampir tak ada cahaya yang masuk. Gelap gulita terasa menyesakkan. Terlebih, bagi Pangeran Sallac yang tak bisa menemukan Lady Neenash. Dia mencoba meraba-raba sekitar sambil berteriak-teriak panik. Pangeran Sallac sampai lupa kalau elemen sihir utamanya adalah api. "Neenash jawab aku! Neenash!""Aku di sin- ugh!"Lady Neenash meringis. Kakinya terasa ngilu. Meskipun jatuh di tumpukan daun, rupanya kakinya tetap terkilir. Dia mencoba berpindah posisi sambil meraba dinding lubang. "Ugh!" Lady Neenash kembali terduduk. Nyeri di kakinya semakin menjadi-jadi. Dia bahkan merasa tak kuasa menjawab panggilan panik Pangeran Sallac. Tiba-tiba cahaya hangat berpendar. Wajah manis Louvi terlihat. Akhirnya, mereka bisa saling menemukan. Ternyat
Pangeran Sallac melompat lebih dulu ke hadapan Lady Hazel. Gerakannya masih cukup gesit meskipun kelelahan. Belati terhunus siap melukai gadis bermata cokelat almond tersebut. Srat! Trang! Belati Pangeran Sallac menghantam lempengan besi di lengan Lady Hazel. Tak hanya sampai di situ, perisai besi itu juga melepaskan 12 jarum beracun secara otomatis. Beruntung, Pangeran Sallac memiliki gerak refleks yang bagus, sehingga sempat menghindar. "Ck! Sial*n!" umpat Pangeran Sallac. "Itu salah Anda yang menyerang tiba-tiba," gerutu Lady Hazel sembari menekan tombol dan mengembalikan perisai besi ke bentuk gelang. Perisai besi itu memang akan langsung aktif saat mendeteksi bahaya di sekitar. Lady Hazel memasang batu sihir yang dibeli dari menara sihir untuk menimbulkan efek tersebut. Dia juga membuatnya dengan bentuk tidak mencolok dan hanya terlihat seperti aksesoris biasa. "Saya sudah menolong Anda. Kenapa saya malah diserang?" gerutu Lady Hazel lagi. Dia melotot sambil berkacak pingg
Seorang wanita muda terbangun dari tidur dengan tubuh banjir keringat. Piamanya sampai basah kuyup. Ya, dia baru saja bermimpi tentang kehidupan masa lalunya sebagai putri seorang marquess. Mimpi panjang tentang sebuah fitnah, bersatunya cinta, tetapi berakhir dengan pengorbanan yang memilukan.Wanita itu memijat kening. "Mimpi yang aneh dan terasa sangat nyata. Dan suamiku di mimpi itu ...."Dia tersentak saat melihat jam weker di nakas."Si*l! Aku terlambat bangun! Kenapa weker tidak berbunyi?"Wanita itu melompat dari kasur dan bergegas menuju kamar mandi. Dia mandi dengan jurus kecepatan bayangan, hanya dalam 10 menit sudah selesai. Setelah berpakaian dan berdandan minimalis, si wanita muda pun meninggalkan apartemennya dan pergi ke kantor."Huh, berhasil tepat waktu!" seru wanita muda begitu berhasil melakukan presensi digital di kantornya.Oleh karena rambut yang berantakan akibat terburu-buru, wanita itu memutuskan untuk ke toilet. Dia terlebih dulu buang air kecil. Namun, sebel
Lady Neenash telah sampai di kuil suci. Rakyat sudah banyak berkumpul di sana. Sementara itu, kepala kuil menggendong Salnash, lalu meletakkannya di altar. Dia mengangkat tangan, siap melepaskan kekuatan suci bentuk penyerangan.Wushh! Angin dingin berembus. Tubuh kepala kuil seketika membeku. Halaman kuil suci menjadi riuh. Orang-orang kompak mengalihkan pandangan. Mereka menjerit panik saat melihat Lady Neenash dengan sorot mata penuh kebencian."Apa yang terjadi?""Saintess menyerang kepala kuil?""Kenapa Saintess melakukannya?Ucapan-ucapan penuh tanya menggema. Semua orang kebingungan. Tak lama kemudian, Grand Duke Erbish dan Lady Hazel juga tiba di kuil. Lady Hazel menggunakan alat ciptaannya untuk mengeraskan suara."Saintess marah karena kepala kuil telah membuat fitnah yang kejam kepada Pangeran Salnash!" seru Lady Hazel.Rakyat saling pandang. Mereka mulia terbagi menjadi dua kubu dan saling berdebat. Grand Duke Erbish tak ingin membuang waktu, langsung menghajar para pende
"Saya tak punya pilihan selain memaafkan bukan?" sindir Lady Neenash.Matanya melirik sinis. Duke Thalennant menelan ludah, merasa tertampar keras oleh ucapan pedas Lady Neenash. Sementara itu, Pangeran Seandock malah menatap Lady Neenash penuh perhatian."Neenash, aku tahu kamu berhati besar.""Saya orang yang pendendam, Yang Mulia. Jika saja suami saya tidak mati, posisi Anda saat ini pasti bisa direbutnya demi saya.""Neenash, kau tahu Kak Sallac terkutuk–""Jaga bicara Anda, Yang Mulia. Suami saya memiliki mata merah dan manna yang berlimpah karena dia titisan naga dalam legenda." Lady Neenash tertawa sinis. "Sayang sekali fitnah ibunda Anda tercinta membuatnya menjadi pangeran yang terbuang."Pangeran Seandock mengepalkan tangan. Wajahnya jelas tak terima Lady Neenash telah bicara buruk tentang Ratu Olive. Lady Neenash tak peduli. Sang ratu telah banyak membuat mendiang suaminya menderita.Hening tiba-tiba menyergap. Lady Neenash menenangkan Salnash yang tampak gelisah. Dia men
Lady Neenash tersentak. Dia mengedarkan pandangan. Pangeran Sallac sudah tak ada. Namun, kehadirannya sebelumnya terasa begitu nyata. Tanpa sadar, Lady Neenash mengelus perut.Lady Neenash pun segera memanggil Grand Duke Erbish dengan alat komunikasi sihir. Sang kakak angkat datang dengan tergesa bersama Lady Hazel. Tak lupa dia masuk dengan membanting pintu seperti biasa saat sedang panik."Neenash, apa yang terjadi? Kau terluka? Ada yang sakit?" cecar Grand Duke Erbish dengan mata melotot.Tak ayal, dia terkena cubit Lady Hazel."Kau ini kejam sekali pada suami sendiri, Hazel," protesnya."Itu karena kau selalu saja membuat onar, Erbish. Sudah berapa kali pintu kamar ini harus diganti dan untung saja Lady Neenash tidak terkena serangan jantung karena kaget," omel Lady Hazel.Setelah suami istri itu berhenti bertengkar, Lady Neenash pun menceritakan pengalamannya bertemu dengan Pangeran Sallac. Tak ketinggalan, dia juga menceritakan tentang kehamilannya. Grand Duke Erbish sangat baha
Lady Hazel sempat mundur. Dia berusaha memasang perisai. Namun, usahanya benar-benar terlambat. Benang cahaya telah mengikat tubuhnya dengan erat."Lady, kumohon jangan ...," lirih Lady Hazel sebelum tak sadarkan diri.Lady Neenash tentu tak mengurungkan niatnya. Saat kekuatan suci Lady Neenash menginvasi ingatan Lady Hazel, bayangan peristiwa di kuil naga selatan langsung terlihat. Hati Lady Neenash seketika hancur berkeping-keping.Memori Lady Hazel tentang kematian Pangeran Sallac seperti ditampilkan di depan matanya. Bagaimana sang suami mulai berubah menjadi naga hitam, lalu sedikit perdebatan. Lady Neenash seketika menjerit histeris saat bayangan Pangeran Sallac mengambil tombak dan mengeluarkan jantungnya sendiri.Bruk!Lady Neenash jatuh terguling dari kasur. Rasa sakit yang menghunjam terlalu dalam, hingga air matanya bahkan tidak bisa dikeluarkan.Kepedihan hati yang begitu dalam benar-benar mengguncang jiwa. Lady Neenash terus gemetaran. Isak yang tertahan menyesakkan dada.
Saat kemilau cahaya tak lagi menyilaukan, Lady Hazel dan Grand Duke Erbish perlahan membuka mata. Keduanya seketika terjengkang. Pangeran Sallac telah raib, digantikan naga hitam bersurai indah. Tubuh raksasanya tampak gagah dan menggetarkan hati.Grand Duke Erbish tersadar lebih dulu. "Ke-ke-mana, Sallac? Apa dia ditelan naganya?" "Sepertinya, bukan begitu, Erbish. Tidak ada tanda-tanda pertarungan." Lady Hazel menggigit bibir sejenak. "Aku benci mengatakan ini, tapi kemungkinan besar Pangeran Sallac adalah naganya ...."Grand Duke Erbish dan Lady Hazel kompak terdiam. Mereka hanya membisu untuk waktu yang lama. Inilah jawaban dari perlakuan aneh Ratu Artica saat melihat wajah Pangeran Sallac. Meskipun tak ingin mengakuinya, Grand Duke Erbish menyadari bahwa keponakannya adalah titisan Naga Asentica."Ah, mungkin saja dugaanku salah," gumam Lady Hazel tak ingin menerima kenyataan."Iya, iya, pasti ada kemungkinan lain," timpal Grand Duke Erbish.Sang naga mendengkus. Hawa panas napa
"Jantung naga ...." Wajah Pangeran Alesca tampak sangat muram. Matanya beberapa kali bergerak dengan gelisah. Dia seperti ingin mengungkapkan sesuatu, tetapi meragukannya, seolah-olah hal itu adalah sebuah kabar yang sangat buruk."Hei, katakan dengan jelas! Jantung naga? Apa itu sebuah artefak? Di mana kami akan mendapatkannya? Di kuil naga selatan?" cecar Grand Duke Erbish tak sabaran.Pangeran Alesca menghela napas berat. "Bukan artefak, tetapi jantung dari naga yang hidup."Para prajurit utara yang mendengarnya menjadi gentar. Meskipun sudah dikatakan punah, mereka sering kali mendengar legenda tentang naga. Kematian konyol yang akan dihadapi jika berani bertarung dengan makhluk mitologi tersebut.Grand Duke Erbish mengepalkan tangan. "Di mana naganya? Meskipun harus bertarung mati-matian, aku pasti akan mendapatkan jantungnya!" Wajah Pangeran Alesca semakin sendu. Dia bahkan menghela napas berat berkali-kali. Grand Duke Erbish menjadi tidak sabaran dan hampir saja mencengkeram
Flash! Cahaya benderang memancar dari tubuh Lady Cherrie. Ratu iblis Artica yang sebelumnya menguasai tubuh tersebut mendadak tak bisa bergerak. Tak lama kemudian, sebilah pedang terbentuk dari cahaya. Tangan halus Lady Cherrie meraih pedang cahaya."Kau berhasil, Cherrie!" seru Lady Hazel. Badannya yang lemas kembali bertenaga. Dia mendadak berdiri. Grand Duke Erbish hampir saja terseruduk. "Terima kasih, Lady Cherrie," tutur Lady Neenash seraya mengalirkan kekuatan suci ke arah Lady Cherrie.Sayangnya, kebahagiaan mereka tak berlangsung lama. Lady Cherrie yang telah mengenggam pedang cahaya dengan sempurna malah menusuk dirinya sendiri. Kabut hitam seketika merembes keluar, semakin lama semakin deras. "Sial*n! Dasa bodoh! Kau akan mati bodoh!" Umpatan Ratu Artica terdengar mengiringi jatuhnya tubuh Lady Cherrie ke tanah.Kepalanya membentur bebatuan. Darah segar mengalir bersamaan deru napas yang semakin melemah. Namun, senyuman semanis madu terukir di sudut bibir kemerahan."Ch
"Hazel! Hazel!" Grand Duke Erbish semakin berteriak emosional. Dia hendak berlari ke depan. Namun, Lady Neenash malah memegangi tangannya sembari menggeleng pelan. Grand Duke Erbish mendelik protes, tetapi tetap tak berani memberontak dari perintah sang adik angkat kesayangan. "Lihatlah baik-baik, Kak! Aku juga sebenarnya tak ingin mengizinkan seperti ini, tapi istrimu memang nekat," bisik Lady Neenash. Grand Duke Erbish mengerutkan kening. " Maksudmu?""Lihat saja, Kak. Jika kubilang sekarang, tolong tarik Lady Hazel ke sini. Sebenarnya, aku ingin Sallac yang melakukannya karena dia bisa terbang, tetapi dia malah diculik," bisik Lady Neenash. Grand Duke Erbish bahkan belum mampu memahami situasi. Lady Neenash tiba-tiba mengalirkan kekuatan suci ke arah Ratu Artica. Iblis itu tentu menepisnya, tetapi kekuatan suci malah berbelok ke satu titik dan beresonansi dengan kekuatan cahaya asli di tubuh Lady Cherrie. "Sekarang, Kak! Bawa lagi Lady Hazel ke sini!" seru Lady Neenash. Grand