“Kenapa kau tiba-tiba menanyakan kabar? Kau tidak melihatku di sebelahmu?” tanya Alexander menatap heran kepada Kimbeerly yang tiba-tiba menanyakan kabar saat mereka bahkan berjalan bersebalahan.Kimbeerly terkekeh dan mengalihkan pandangan. “Bukan apa-apa. Aku hanya bercanda.”Alexander mengernyitkan kening dan mengabaikan ucapan Kimbeerly. Keduanya masuk ke dalam ruangan milik Kimbeerly dengan Alexander yang kini membuka makanan yang ia beli agar Kimbeerly dapat menikmati.“Kenapa hanya membeli satu porsi?” tanya Kimbeerly menatap heran pada Alexander. “Kau sudah makan?”“Makanlah. Aku harus pergi mengurus sesuatu. Aku hanya mengantar makanan ke sini lalu akan pergi.”“Tidak ada sesuatu yang terjadi bukan?” tanya Kimbeerly mencoba memancing Alexander agar mau bercerita.Alexander menggeleng. “Tidak. Aku memang ingin kembali bekerja karena tadi belum selesai. Jangan berpikir apapun, aku sungguh mengatakan kejujuran padamu.”Kimbeerly mengangguk sebagai tanggapan meski rasa penasaran
Alexander terdiam ditempat begitu matanya menemukan sosok yang tengah berdiri di depan pintu saat ia hendak keluar dari ruangan Edward. Keduanya hanya terdiam dan saling menatap tanpa salah satunya mau bersuara. Alexander menyadarkan diri lebih dulu dan menampakkan senyuman pada seseorang itu yang kemudian malah menariknya kembali masuk ke dalam ruangan. Menghadapi Edward yang sekarang bingung menatap kedua orang yang masuk ke dalam ruangannya.“Kimbeerly?” sapa Edward yang lebih mirip dengan pertanyaan sebab rasa bingung dan khawatirnya jika saja keponakannya itu mendengar semua yang ia bicarakan dengan Alexander.Kimbeerly menghembuskan napas panjang lalu menatap Alexander. “Haruskah aku tahu semua masalah dari orang lain, Alexander?” tanyanya menahan amarah.Alexander hanya diam saja dan hal itu yang membuat Kimbeerly justru semakin kesal dengan pria itu yang tidak menghargai dirinya sama sekali sebagai seorang istri dan tidak tahu apapun yang sedang dialami oleh suaminya.“Kimbeer
“Lepaskan tanganmu, Al.”Alexander tidak menghiraukan dan terus menarik tangan Kimbeerly membawanya pergi. Wanita itu sedang tidak bisa mengontrol diri hingga Alexander terpaksa melakukan ini. Meski ia juga baru mengetahui alasan semua rencana Kimbeerly dan ketidaksukaan Edward yang bisa dilihat Kimbeerly, tetapi tetap saja perbuatan Kimbeerly tidak bisa dibenarkan semua. Kimbeerly terlalu terbuka dan mengatakan semuanya dan Alexander tahu wanita itu begitu melindunginya dari luka meski Alexander sendiri berusaha acuh dengan lukanya.Alexander menghentikan langkah dan berbalik menatap Kimbeerly yang justru mengalihkan pandangan. Alexander menghembuskan napas pelan lalu melepaskan cengkeraman tangannya pada tangan Kimbeerly, menggantinya dengan usapan lembut dan memegang kedua pundak Kimbeerly agar mau menatapnya.“Maafkan aku,” ucap Alexander lembut dan menatap penuh pada kimbeerly yang masih belum mau melihatnya.Alexander menagkup kedua pipi Kimbeerly dan membuat wajah wanita itu ag
Kimbeerly menghentikan langkahnya begitu matanya melihat sosok perempuan yang pernah ia temui saat di pantai. Ia menoleh, melihat Alexander yang masih sibuk memilih beberapa jenis camilan dan fokus dengan kegiatannya.“Al … bolehkan aku bertanya sesuatu?” tanyanya tanpa mengalihkan pandangannya dari wanita yang kini sedang tersenyum ke arah anak kecil berjenis kelamin perempuan.“Katakan saja, sayang.” Alexander menjawab tanpa memperhatikan Kimbeerly dan masih fokus memilih beberapa camilan yang akan mereka beli.Kimbeerly mendekat dan menatap penuh Alexander, membuat pria itu menegakkan tubuhnya dengan kernyitan jelas di keningnya.“Saat kau sedang di pantai waktu itu … siapa wanita yang kau bawa bersama anak kecil yang usianya hampir sama seperti Gabriel?” tanya Kimbeerly berhati-hati.Alexander terkekeh. Hal itu justru membuat Kimbeerly mengerutkan kening dengan tatapn bingung.“Kenapa? Setelah beberapa bulan yang lalu kau baru menanyakannya.”Kimbeerly menggeleng. “Aku baru tering
Valerie diam saja dengan sorot mata menatap Alexander. Ia bahkan tidak pernah merasakan memiliki seorang ayah selama hidupnya, tetapi memiliki paman serta ibu yang selalu ada untuknya membuatnya sudah cukup.“Aku sudah menganggap paman sebagai ayahku, jadi aku tidak perlu memiliki seorang ayah. Lagipula ibu mengatakan bahwa ayahku sudah meninggal, jadi tidak mungkin ia kembali pada kami bukan?”Alexander menatap Valerie lekat-lekat. Ia menghembuskan napas pelan. “Valerie … paman dengan ayah itu berbeda.”“Iya, aku tahu.”“Jika ibumu akan menikah lagi … apakah kau siap memiliki ayah? Maksudku, jika ibumu menikah dengan seorang pria maka suami dari ibumu juga akan menjadi ayahmu secara otomatis.”Valerie terdiam dan berpikir sejenak. “Jika itu memang keinginan ibu maka aku siap. Yang terpenting adalah ibu bahagia dan akupun juga akan turut bahagia.”Alexander tersenyum mendengar jawaban bijak Valerie. Ia mengusap puncak kepala Valerie dan kembali melihat ke dalam, dimana Velena dan Kimb
“kenapa berhenti?” tanya Velena begitu mobil terhenti di tengah jalan yang sepi. Ia menatap Johann yang justru tersenyum simpul lalu mengeluarkna sebuah kain panjang.“Karena kau sudah menebaknya maka aku tidak bisa membiarkan hadiah ini terkesan buruk tentu saja. Aku akan menutup matamu sampai kita tiba di tempat,” ujar Johann yang ditanggapi kekehan oleh Velena.“Kau membuat kejutan untuk ibuku, paman?”Johann melihat Valerie dengan senyuman. “Ini juga kejutan untukmu, sayang. Kau juga ingin ditutup matanya?”Baru saja Valerie akan mengangguk menyetujui, tetapi Johann kembali bicara.“Tetapi paman akan sedikit repot jika harus menuntun kalian satu persatu. Maka dari itu, lebih baik kau tidak perlu.”Velena terkekeh melihat raut wajah cemberut Valerie. “Kau akan lebih dulu melihatnya nanti dibanding, ibu.”Valerie mengangguk. “Baiklah.”Johann dan Velena saling menatap dengan senyuman dibibir mereka. kemudian Johann lantas menutup bagian mata Velena dengan kain yang sudah ia persiapk
“Kau tidak berbohong dengan ucapanmu bukan?” Alexander bertanya begitu Velena memberitahukan dirinya tentang lamaran yang ia terima setelah bertemu dengan Alexander beberapa hari yang lalu. Mereka kini sedang bicara lewat telepon video dimana terlihat jelas wajah bahagia Velena yang bisa Alexander lihat.Velena memamerkan cincin yang terpasang dijari manisnya kepada Alexander dan membuat Alexander terkejut. “Dia benar-benar melamarku, bodoh!”Alexander masih tidak bisa berkata-kata dengan ucapan Velena. “Kau bahkan baru mengenalnya tetapi sudah melakukan lamaran? Yang benar saja.”Melihat Velena yang tertawa membuat Alexander mendengkus malas. Wanita itu terlihat jelas amat bahagia bisa memamerkan kebahagiaannya di depan Alexander. Meski begitu, Alexander ikut bahagia melihat sepupunya akhirnya juga akan segera menikah dan menjalani kehidupan dengan pasangan setelah sekian lama.“Hei … kau melupakan kisahmu sendiri yang menikahi Kimbeerly saat baru berhubungan empat bulan. Bisa-bisany
Tumpukan berkas yang dijatuhkan di hadapannya membuat Alexander menatap pada orang yang melakukannya. “Apa maksudnya ini?”Jake, teman kelompok Alexander itu terkekeh melihat wajah pura-pura polos dari Alexander. “Kau masih bertanya? Tentu saja bawa semua berkas ini ke gudang. Dia sudah tidak dibutuhkan lagi di ruangan ini.”Alexander melihat detail semua berkas yang ada, lalu menatap Jake lagi. “Masih ada beberapa yang dibuat untuk referensi. Lagipula aku bukan anak magang yang harus melakukan ini.”Jake tersenyum sinis mendengar jawaban sombong Alexander. “Jangan banyak bicara. Bawa saja dan semua selesai. Aku bahkan tidak peduli siapa kau dan tidak perlu merendahkan anak magang.”Alexander memijat pelipisnya pelan. “Aku tidak mau,” jawabnya tanpa basa-basi.Jake justru tertawa sumbang. “Oh … kau tidak mau melakukannya karena kau masih menganggap dirimu sangat penting di perusahaan ini? Kau bahkan tidak sebanding dengan kami yang sudah bekerja beberapa tahun dan juga, aku tahu kau b
Dua tahun telah berlalu begitu cepat. Usia yang sebelumnya muda semakin bertambah tua dan bayi yang bari saja lahir kini sudah pandai bicara dengan kakinya yang mulai berjalan tertatih sebab belum benar-benar bisa mengendalikannya. Kejadian demi kejadian terus berganti dan tawa serta tangis juga mengimbangi. Semua telah dilalui dengan suka dan duka yang bergantian. Menerjang orang-orang dan menyadarkan bahwa waktu memang secepat itu berlalu serta meninggalkan kenangan tiada akhir.Hari ini, di tempat yang amat sejuk serta terpaan angin menyapa dengan lembut pada dua keluarga yang sedang melakukan camping. Suasan ramai dengan tawa yang terdengar menandakan bagaimana mereka merasakan kebahagiaan saat ini dan melupakan semua kejadian yang terjadi sebelumnya. semua orang tersenyum, saling bercanda dan keempat anak yang bermain dibagian berbeda dengan keempat orang dewasa. Ya … mereka adalah keluarga Alexander dan Velena. Dua keluarga dengan kehidupan berbeda yang menyatu menjalin hubungan
Keadaan Valerie semakin membaik dan anak itu yang mulai mengingat dengan perlahan setelah lima bulan lamanya mengalami amnesia sejak kecelakaan. Begitu juga dengan Johaan, pria itu sudah kembali dengan rutinitas pekerjaannya dan kabar yang menggembirakan datang dari Velena yang hamil dua bulan saat ini. Tentu saja ini dijalani tidak mudah. Banyak kesedihan dan juga kebahagiaan yang tercampur menjadi satu dan itu semua juga mendapatkan banyak banyuan dari Alexander serta Kimbeerly yang merawat mereka dengan baik.“Gabriel letakkan mainanmu. Panggilkan ibumu untuk Arthur.”Gabriel segera beranjak atas perintah ayahnya yang duduk di sofa dengan dirinya yang bermain di lantai. Ia pergi ke kamar untuk melihat Arthur dan memanggil ibunya untuk segera datang. Bayi Arthur kini semakin tumbuh sehat dengan tubuh berisi nan juga terlihat semakin tampan. Tidak berbeda dengan Gabriel dulu, Arthur begitu mempesona bagi mata siapa saja yang melihatnya.“Awh … kau sangat menjijikkan, Arthur. Harusnya
Berada dipenjara sejak dirinya dinyatakan bersalah atas semua tuduhan dengan bukti yang ada, kini kehidupan Edward begitu menyedihkan berada disel tahanan. Pria itu hampir tidak pernah tidak depresi satu hari saja sebab pikirannya yang terlalu ricuh memikirkan cara agar dirinya tidak disalahkan. Gangguan otaknya sungguh menyita perhatiannya dengan tubuhnya yang perlahan semakin mengurus karena ia yang juga tidak mau makan dengan baik. Tidak ada yang menjenguk atau bahkan menanyakan kabarnya selama berada disel tahanan dan hal itu semakin memperjelas Edward bahwa Kimbeerly satu-satunya keluarga yang ia miliki benar-benar memutuskan hubungan keluarga dengannya.Seperti saat ini, Edward sesekali akan berteriak histeris dengan depresi yang ia alami. Ia bahkan dipindahkan ke sel tahanan khusus sebab dengan depresi yang ia alami membuat tahanan yang lain merasa terganggu dan hal itu malah membuat Edward babak belur karena dipukuli oleh tahanan yang lain. Hal itu juga telah diminta jauh sebe
Bolak-balik datang dan pergi antara rumah Velena, rumah sendiri dan kantor yang dilakukan Alexander selama beberapa hari ini membuat pria itu terlihat amat lelah. Kimbeerly bahkan harus menyiapkan vitamin tambahan untuk Alexander sebab tidak mau pria itu tiba-tiba jatuh sakit akibat kelelahan. Arthur juga perlahan pulih setelah tiga hari lamanya masih demam meski suhunya tidak setinggi hari pertama.“Kau tidak pergi bekerja?” tanya Kimbeerly yang baru kembali dari lantai bawah dan berpikir Alexander sudah siap lalu akan segera pergi, tetapi yang ia lihat saat ini justru hal sebaliknya. dimana Alexander justru sedang rebahan dengan Arthur yang berada di samping tubuh pria itu.“Aku mengambil cutie dua hari.”Kimbeerly mendekat dan menaruh susu dan vitamin berbentuk pill itu di atas nakas. “Kau merasa tak enak badan? Kita bisa ke dokter.”Kimbeerly mencoba memegang kening Alexander, tetapi pria itu segera menggeleng dan menampakkan senyuman. “Aku tidak mau melihatmu sakit, Al. Jadi kata
Sejak kepulangan Alexander dan Kimbeerly dari rumah Velena, kini berganti dengan mereka yang harus merawat Arthur yang mengalami demam tinggi. Apalagi Alexander juga harus bolak-balik dari rumah ke kantor lalu kembali ke rumah Velena untuk memastikan semuanya. Hal itu membuat tubuh Alexander benar-benar lelah dan ia juga tidak dapat berkeluh kesah sebab semua tanggungjawab ada padanya. Bagaimanapun ia harus menghandle semuanya sebaik mungkin dan tidak memiliki kesalahan.“Apakah masih panas?” tanya Alexander pada Kimbeerly lewat telepon video yang mereka lakukan saat ini.“Masih. Suhunya semakin panas.”“Aku akan segera kembali,” ujar Alexander kemudian memutuskan telepon video mereka. Ia juga bisa mendengar sendiri bahwa Arthur masih terus menangis di sana.Alexander menghembuskan napas pelan. Ia kini berada disebuah apotek untuk membelikan vitamin bayi dan beberapa asupan susu untuk Arthur. Meski telah diperiksa oleh dokter, tetapi suhu tubuh Arthur belum juga menurun dan anak itu y
Hari ini Velena, Johann serta Valerie sudah diperbolehkan pulang setelah beberapa hari menerima menanganan baik di rumah sakit. Alexander juga turut andil dalam hal ini untuk menjemput mereka dan kembali ke rumah, ditemani dengan Kimbeerly yang memang sudah pulang lebih dahulu setelah persalinan. Hanya Alexander dan Kimbeerly, sebab Gabriel dan Arthur tetap di rumah dan Alexander sudah menyewa orang untuk menjaga mereka sampai Alexander dan Kimbeerly kembali.“Terimakasih sudah mau kami repotkan, Alexander. Aku minta maaf karena malah membuatmu bolak-balik rumah sakit menjaga kami sekaligus Kimbeerly. Kau pasti lelah.”Alexander tersenyum tipis mendengar Johann yang berujar. Mereka sudah berada di mobil menuju ke rumah dengan Valerie yang terus berada dipangkuan Velena sebab hanya Velena dan Alexander yang diingat oleh anak itu.“Jangan seperti orang lain, Johann. Kami keluarga dan bantuan seperti ini seharusnya memang ada. Lain kali, jangan sungkan jika memang butuh bantuan. Aku akan
Alexander menghentikan dorongan kursi rodanya begitu sampai di depan sebuah ruangan operasi Johann yang tertutup rapat. Velena diam ditempat dengan sorot mata menatap pintu ruangan tersebut. Harapannya untuk terus merasakan kebahagiaan pupus begitu melihat kenyataan bahwa dua orang yang ia cintai bahkan belum bisa ia temui. Dua orang yang menjadi sumber kekuatannya justru sedang menagalami masa kritis dan harus mendapatkan penanganan lebih banyak untuk bertahan hidup. Ini menyakitkan tetapi mau tak mau Velena harus menerimanya.Velena menoleh, menatap Alexander yang berada di sampingnya, seakan menunggu permintaan apalagi yang akan Velena katakan.“Katakan saja,” ujar Alexander yang mengetahui bahwa Velena tidak berani mengatakan apa yang ia inginkan.Wanita itu terdiam dan kembali menatap perut ratanya. “Aku tidak siap mengatakan semua ini kepada mereka.”Alexander mengusap puncak kepala Velena dan mengangguk mengerti. “Aku yang akan mengatakan pada mereka.”Velena menatap Alexander
Velena mendapatkan ruang inap lebih dahulu sebelum Valerie dan Johann yang masih ditangani oleh dokter. Alexander segera menemani sepupunya itu setelah ia berhasil menenangkan diri dan memberitahukan kabar kepada semua orang. Kelurga Johann akan segera datang dan Kimbeerly yang terus meminta maaf karena tidak bisa datang sekaligus karena itu permintaan Kimbeerly agar Velena dan keluarga datang menjenguknya.“Al … kenapa perutku seperti ini?” tanya Velena yang baru sadar dan melihat perutnya yang kembali rata.Alexander mendekat dan menatap sedih melihat keadaan Velena saat ini. Sepupunya itu terlihat jelas sedang kebingungan tetapi Alexander bahkan tidak tega mengatakan kebenarannya kepada wanita itu. Itu terlalu menyakitkan untuk diberikan sebagai jawaban untuk Velena yang begitu menginginkan seorang anak setelah Valerie.Velena menatap Alexander yang tidak kunjung menjawab pertanyaannya dan malah diam saja dengan mengalihkan pandangan. “Al … katakan sesuatu padaku. Kenapa perutku se
kecelakaan yang terjadi kepada Johann, Velena serta Valerie membuat Alexander tidak bisa berhenti berpikir. Ketiga orang itu sedang dirawat di rumah sakit terdekat dengan tempat kecelakaan dan sekarang Alexander tengah menunggu dokter keluar dari ruangan setelah beberapa saat masuk untuk memeriksa keadaan mereka. Alexander terus mencoba berpikir baik tetapi setelah melihat keadaan ketiga orang itu membuatnya tidak bisa berpikir dengan tenang.Velena mengalami pendarahan dengan beberapa bagian tubuhnya terluka karena kaca mobil yang pecah, Johann memuntahkan banyak darah sebab bagian dadanya yang berpental bagian setir dengan amat keras dan membuatnya terus terbatuk dan tidak bisa bersuara dengan jelas, terakhir adalah Valerie yang mendapatkan beberapa luka dan tidak sadarkan diri setelah kepalanya terantuk bagian kursi depan. Melihat semua keadaan buruk ketiga orang itu tentu saja membuat harapan Alexander semakin rendah.Alexander tidak bisa tenang. Ia berdiri dan melangkah ke sana k