"Ayolah, Mas Raga. Tolong aku, bantu aku ... hanya beberapa hari lalu setelahnya aku akan pergi." Shayra memohon penuh harap sambil menangkup kedua tangannya di depan dada.
Sayang sekali itu tak meluluhkan hati pria yang bernama Raga. Pria yang merupakan teman kerja dan satu timnya di kantor, mengangkat bahunya tak perduli.
"Jangan merengek seperti ini, Shayra. Lebih baik kamu pulang temui calon suamimu pak Adien dan meminta maaflah." Raga menegaskan sekaligus menyarankan.
"Iya aku akan melakukannya, tapi untuk beberapa hari kedepan tolonglah, biarkan aku tinggal dirumahmu." Shayra membujuk sambil memelas penuh harap.
Sebenarnya ia bisa saja ke hotel akan tetapi antek-antek Adien pasti akan mudah menemukannya. Lalu mereka melapor pada Adien dan masa depannya bisa terancam.
Sahabat yang dimilikinya hanya Dinda dan orang kedua yang dipercayainya adalah Raga. Pria yang sudah dianggapnya seperti ka
'Jangan marah, jangan mengamuk dan bersabarlah Shayra! Ok tarik nafas lalu buang perlahan-lahan.' Shayra membatin berusaha menahan diri.Pria yang bernama Adien benar-benar mengujinya saat ini. Bagaimana mana tidak?Shayra tidak pernah menerima menerima lamarannya, tapi Adien dengan seenaknya membawanya ikut menyebar undangan penikahan mereka yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat.Bukan cuma hal itu, masalah lain yang baru saja Shayra ketahui sungguh jahat membuatnya keningnya mengerut. Rasanya kepalanya mau meledak sangking membuat pening. Tak kala penjelasan Adien mengenai persiapan pernikahan mereka yang sudah hampir selesai dan mencapai sembilan puluh persen selesai.Gedung, gaun pernikahan, undangan, cincin dan sebagainya sudah selesai Adien persiapkan dan tinggal beberapa hal lagi yang belum.Sungguh pria itu ber
Percayalah walaupun Shayra sedang melakukan liburan berkelana ke luar kota untuk menikmati pantai, nyatanya Shayra hanya bergelung di kamar hotelnya.Shayra hanya tidur, makan dan tidur selama dua hari berturut-turut. Meski kabur dari acara pernikahannya adalah rencananya sendiri, nyatanya hal itu tetap saja membuat Shayra kepikiran. Perasaan Shayra tak enak dan mengkhawatirkan ibunya.Tapi apa boleh buat ia benar-bebar tidak mau menikah dengan seorang Adien.Pada saat bosan menghampiri barulah Shayra keluar kamar hotelnya. Gadis itu menuju pantai untuk merilekskan diri dan membuang kejenuhannya. Siang yang terik sepertinya sangat cocok untuk berjemur atau mungkin berenang.Shayra pun hendak membuka pakaiannya akan tetapi baru dua kancing bajunya yang terlepas, sesuatu terlempar keras kearahnya. Sontak Shayra menangkapnya dan ternyata itu adalah jas seorang pria.Shayra mengerut lantas melepas
Shayra menatap atap langit-langit kamar tempatnya berada dengan tatapan kosong. Wanita itu terdiam sambil duduk di tempat tidur menyandar pada kepala ranjang.Ada banyak alasan yang membuatnya merasa tidak hidup atau sekarang ingin mati saja.Beruntungnya akal sehat masih menguasainya, Shayra tidak menjadi gila setelah hal terburuk yang ia hindarkan kini kejadian dan sedang menimpanya.Beberapa saat kemudian Shayra mulai berpikir dan merutuk dalam hatinya. Ribuan umpatan yang tersimpan erat siap meledak untuk mencaci maki pria yang berbaring pulas jug nyenyak yang berada disampingnya.Ya pria itu adalah Adien Raffasyah Aldebaran memangnya siapa lagi?Beberapa saat lalu pria itu dengan tanpa perasaan merubah status Shayra dari gadis menjadi wanita. Shayra terluka, Shayra kecewa dan Shayra amat teramat terluka. Tapi memangnya mau bagaimana lagi, mau berteriakpun apa yang direnggut takkan bisa kem
Selang lima menit kemudian setelah Shayra menutup matanya, wanita itu tiba-tiba saja membuka kelopak mata dan melotot disertai raut wajah syok."Tunggu!" Celetuknya sambil menoleh menatap Adien dan mengulurkan telapak tangannya untuk merasakan suhu tubuh Adien."Kamu benar-benar sakit? Duh gimana ini ...," ratap Shayra tak percaya dilanda kebingungan.Wanita itu mengusap wajahnya kasar sambil mendengus kesal. Dia dan pria yang sakit disampingnya terjebak dalam kamar hotel berdua, Shayra kebingungan tak tahu harus melakukan apapun dan Shayra tak tahu cara keluar, juga tak tahu harus berbuat apa kepada Adien.Namun jelas saat ia bangkit rasa tak enak menyertai tubuhnya dan hal itu menyebabkan umpatan yang keluar dari mulutnya tak terelakkan."Brengs*k dan menyusahkan saja. Ch!! Mau gue tinggal tapi akutuh masih punya jiwa peri yang baik
Percaya atau tidak, Shayra dan Adien sungguh mengurung di dalam kamar selama dua hari. Entah apa alasan dibaliknya, padahal Adien sendiripun juga sudah membaik dua hari lalu. Pria itu dengan mudahnya mengenyahkan rasa sakit pada tubuhnya.Entahlah apa yang membuat Adien sudah seperti orang sakti saja, akan tetapi tubuhnya yang kokoh disertai dada bidang miliknya mungkin adalah alasan dibaliknya. Dari bentuk tersebut dapat diketahui bahwa Adien adalah pria yang suka olahraga dan itu juga yang membuat ia cepat sembuh, ditambah luka pada kepalanya yang didapatkannya dari Shayra telah diobati.Orang yang mengobatinya tidak lain adalah Shayra yang terpaksa melakukannya setelah Adien mengancamnya.Kini Adien menunjukkan kekuasaannya dihadapan Shayra, sedangkan Shayra sendiri tidak berdaya melawannya.Boleh jadi Shayra hebat dalam perang debat melawan Adien, tapi dalam hal kekuasaan, keuangan, kekuatan, serta hal lai
Shayra berjalan mengiring langkahnya dengan bersemangat. Setelah dua minggu berlalu sejak dia dan Adien menghabiskan waktu libur alias bulan madu sebelum menikah ala mereka, kini keduanya pulang.Turun dari pesawat tangan lancang Adien langsung saja mendarat dengan seenaknya di pinggang Shayra. Menyadari hal itu Shayra hanya menyipitkan matanya pertanda ia tak suka, namun ia tidak menepis ataupun protes.Shayra sudah terlalu lelah ia melakukan hal itu, menepis tangan Adien merupakan hal yang sia-sia dan menurut Shayra ujung-ujungnya hal itu hanya akan membuat Adien memaksakan kehendaknya.Bagian buruknya pria itu selalu muncul sebagai pemenang hampir dalam semua hal. Berdebat dengannya hanya akan mengakibatkan kepala Shayra menjadi pusing dan meladeninya akan mengakibatkan perasaan Shayra terombang-ambing ingin meledak.Intinya Shayra terhadap Adien, yasudahlah, biarkan pria itu melakukan apapun kemauannya. Te
Shayra kembali menjalani aktivitasnya sebagaimana biasanya. Bangun pagi, pergi kerja, pulang, dan jika ada pekerjaan Shayra lembur di rumah. Begitulah siklus hidupnya selama beberapa terakhir ini.Hanya satu rutinitas yang tidak bisa dilakukan olehnya untuk beberapa bulan kedepannya, setelah ia menerima fakta terburuk sekaligus terbaik dalam hidupnya.Wanita itu melakukan hal biasa sebagaimana biasanya, akan tetapi terasa berbeda oleh orang-orang terdekatnya. Bukan hanya Dinda, Mamanya Karina, atasan jahat si penyihir dan juga Raga yang merupakan rekan kerja orang yang kini Shayra anggap musuh sejak kejadian pria itu memberitahu keberadaan dirinya kepada Adien. Hampir semua orang merasa ada yang berbeda pada dirinya, namun hampir semua orang itu pula tidak tahu perbedaan apa itu."Kamu kenapa Shayra?" Bingung Dinda penasaran dengan Shayra yang menurutnya tidak sama lagi dengan biasanya.Shayra memejamkan mata
"Ekhem!!" Adien berdehem guna menyadarkan para staf di perusahaan miliknya agar menyadari kehadirannya dan berhenti kepo.Semuanya menoleh dan seketika merinding merasakan aura mendominasi sedang mengintimidasi mereka satu-persatu.Perlahan hal itu berhasil membuat mundur staf karyawan dan kembali bekerja."Sialan padahal masih seru!" Nyinyir salah satu stafnya membuat Adien yang masih bisa mendengarnya, menatap penuh peringatan."Habislah kamu ..." ringis staf yang lain menatap prihatin pada temannya yang kelepasan bicara.Sementara itu Shayra yang juga mendengar malah acuh dan biasa saja terhadap celotehan rekan kerjanya tersebut.Ketika beralih menatap Adien yang tengah memperingatkan, justru hal itu yang malah membuat Shayra menjadi kesal.Baru saja ia malu luar biasa karena kehamilan di luar nikahnya diketahui banyak orang, bertambah dengan perasaan kesal lu
Beberapa bulan berlalu setelah insiden penculikan Shayra dan Adien juga sudah sembuh dari traumanya. Setelah terapi rutin menemui psikiater, pria itu secara bertahap menunjukkan kemajuan dan tahap terakhir dia juga sudah melepaskan rantai borgol secara permanen dari Shayra.Hubungan keduanya membaik dan semakin dekat. Semakin mesra membuat kaum jomblo iri melihatnya."Maafkan aku ya, selama ini sudah berpikiran buruk dan menuduhmu yang bukan-bukan." Kalimat itulah yang pertama kali Shayra ucapkan mana kala merasa Adien sudah sepenuhnya sembuh serta waktunya sudah tepat untuk meluruskan kesalahpahamannya.Adien yang tidak mengerti maksud Shayra, mengerutkan dahi dan berlanjut mengacak rambut istrinya itu gemas."Maaf untuk apa? Kesalahan kamu padaku banyak loh!" seru Adien dengan nada bercanda."Maaf untuk
"Aku tidak tahu harus mulai darimana, tapi saat ini aku sangat merindukanmu. Setelah Adien yang tidak terima dengan perbuatanku kepadamu aku dijebloskan ke dalam penjara dengan tuduhan kasus penggelapan dana, padahal Aku tahu, dia hanya iri kepadaku karena berhasil melakukan itu padamu. Hahaha.... Aku jadi ingin melakukannya kembali dan sudah tidak sabar ingin melakukan lebih dari menyentuhmu, jadi sadarlah sayang.... "Brakk!Gemuruh suara berisik dari luar kamar membuat Aldo mendengus kasar sambil beranjak dengan cepat. Sementara itu Suara segera menghela nafasnya panjang.Ada rasa yang timbul seperginya Aldo, akan tetapi rasa jijik, marah dan menyesal lebih mendominasi perasaan Shayra.Apa yang baru saja terungkap keluar dari mulut Aldo, benar-benar mengganggu pikiran Shayra sehingga menjadi kacau."Baj
 "Brengsek! Argghhh, dasar brengsek ...." Shayra mendumel kesal sambil kemudian berkacak pinggang dengan geramnya. "Daddy kamu gitu, ya.... Selalu saja membuat Mommy naik darah! Huhh, siapa juga yang suka sama dia?" Lanjut Shayra mengelus perutnya lalu kemudian berjalan semakin menjauhi ruang kerja orang yang merusak suasana hatinya barusan. Shayra berniat kembali ke lantai bawah tempat kerjanya, tapi pada saat memainkan ponsel di dalam lift mendadak dia ingin makan sesuatu. Postingan makanan yang diunggah oleh seseorang yang media sosialnya di follow olehnya, membuatnya tergugah selera ingin menikmatinya. "Makanan ini sepertinya tidak jauh dari sini. Enak kali ya, kalau makan langsung dari tempatnya. Hm, Aku langsung ke sana sajalah," putus Shayra dengan yakin. Setelah sampai dilantai bawah, Shayra yang malas segera meminta seorang Office Boy agar mengeluarkan mobil milikn
 Shayra membuka pintu dan memasuki ruang kerjanya Adien dengan seenaknya dan langsung menyeru, "kata Mas Raga, Aku boleh bekerja di ruang mana saja yang Aku inginkan diperusahaan. Benarkah?!" Adian yang sibuk berkutat dengan dokumen mengangguk acuh tanpa menoleh sama sekali. Bukannya pria itu tak perduli dengan Shayra, tapi jujur saja dia memang tak perduli dengan ocehan Shayra yang menurutnya tidaklah penting. "Jadi Aku boleh bekerja di ruangan ini?" Lanjut Shayra memastikan. Lagi-lagi Adien hanya menjawabnya dengan anggukan tanpa melihat ke arah orang yang mengajaknya berbicara. Beruntungnya Shayra tidak mempermasalahkan hal itu dan malah melanjutkan perkataannya, "kalau begitu apalagi yang kamu tunggu?" Adien mengerutkan dahinya dan mengangkat kepala untuk menatap Shayra dengan tidak mengerti.
Adien pulang ke rumah kembali karena takut akan ancaman yang Shayra katakan lewat telepon, takut isteri dan anaknya yang belum lahir itu kenapa-napa. Pria itu terburu-buru mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh dan ketika sudah sampai langsung saja menuju kamar mereka untuk mencari Shayra.Akan tetapi ia tidak menemukan Shayra di sana dan hal itu membuat Adien bertambah khawatir sehingga tidak memperhatikan jalan. Ketika berjalan menuju kamar mandi untuk memastikan keberadaan istrinya di sana, karena terburu-buru Adien yang tidak hati-hati tanpa sengaja tergelincir. Tidak sampai terjatuh, tapi hal itu berhasil membuat pelipisnya terbentur dinding sehingga mengakibatkan luka memar di sana.Mendengar keributan dari arah kamar mandi Shayra yang baru saja datang entah dari mana menghampirinya dan langsung merasa bersalah saat melihat pelipis Adien memar meski tidak berdarah.
Waktu berjalan begitu cepat dan kini usia kandungan Shayra sudah genap tujuh bulan. Ia masih mual dan sering jatuh sakit karenanya, tapi tidak separah awal-awal bulan kehamilannya. Shayra masih bekerja walau acap kali Adien melarangnya ditambah Lisa sering mengusirnya dari kantor. Anehnya hal itu malah membuat Shayra makin semangat bekerja."Aku cuma hamil bukan sakit parah!" Tegas Shayra pada orang-orang yang menentangnya pergi bekerja.Adien yang mendengar hal itu mengusap wajahnya kasar sambil berdecih kesal. "Iya, aku tahu itu, Shayra. Kamu tidak sakit keras, tapi kondisimu yang hamil begini masih saja memaksakan bekerja, pulangnya kamu pasti terus saja mengeluhkan sakit ini sakit itulah ...." Adien mencoba menyadarkan Shayra, tapi sayangnya hal itu tampak tak berhasil."Oh jadi kamu keberatan tiap kali aku minta tolong pijitin kakiku?" Jawab Shayra menjawab sambil menilap t
Kondisi Shayra yang sakit mengakibatkan Adien ekstra menjaga dan merawatnya hingga tak bisa pergi ke kantor.Adien yang tidak percaya pada perawatan dan pengawasan orang lain, membuatnya keras kepala agar merawat sendiri istrinya dengan dibantu perawat juga dokter yang dipercayai oleh keluarganya jika diperlukan.Adien bekerja di rumah dan meja kerjanya pun kini berpindah tempat ke dalam kamarnya bersama Shayra. Pria itu benar-benar posesif tak bisa bisa jauh sedikipun dari Shayra, sebab entah kenapa ia merasakan perasaan tak enak.Penyebabnya ialah laporan dari anak buahnya yang menyelidiki serta bertugas memberi pelajaran pada Aldo, kehilangan jejak Aldo dan juga belum bisa menghajarnya.Firasat Adien mengatakan bahwa dia tak boleh membiarkan Shayranya sedikipun lepas dari pengawasannya. Sampai hal itu mengakibatkan keduanya dua puluh empat jam tak ada hentinya terus-menerus bersama."Aku
Gara-gara insiden menghajar Aurin tanpa belas kasihan, Shayra hampir saja mendekam dibalik jeruji besi. Akan tetapi hal itu tak terjadi, sebab Adien sudah lebih dahulu mengatasinya dengan uang serta kekuasaan yang dimiliki olehnya untu menyelesaikan segalanya.Ditambah kini Aurin tak lagi berani mendekati Adien dan sedikit mengalami trauma. Namun hal itu bukanlah karena diancam Adien, melainkan ingatan kejadian mengerikan penyisaan Shayra terhadapnya membuatnya ngeri dan takut sehingga ia memilih mundur teratur.Tapi perlu diketahui bahwa wanita semacam Aurin yang terkenal agresif dan suka menggoda iman Adien itu belum menyerah. Hei dia hanya mundur teratur bukan mundur berhenti! Yang artinya seorang Aurin punya rencana lebih baik daripada sebelumnya.Mundur perlahan kebelakang, ambil ancang-ancang baru, barulah kemudian menyerang. Hm, untuk beberapa waktu Aurin sudah putuskan agar menjauhi Adien sementara waktu dan bila tiba
Shayra sedang memasak makan malam untuk dirinya dan Adien suaminya. Kali ini dia tidak serius melakukan kegiatannya tersebut. Pipinya yang terasa memanas dan memerah bagaikan tomat busuk tak pernah pudar dan selalu menyelimutinya.Dirinya yang begitu posesif pada Adien di kantor bahkan sampai membuat babak belur wanita pelakor yang menggoda Adien, mengakibatkan Shayra yang memikirkan kejadian tersebut sambil memotong sayuran menjadi tidak konsen. Sehingga membuat potongan sayurannya tidak rata dan berantakan. Ada yang dipotong kekecilan dan ada yang dipotong terlalu besar. Menyadari hal itu Shayra mendengus sebal."Sial, kok bisa-bisanya aku bersikap begitu? Ch, seharusnya aku juga menghajar Adien karena berani menerima tamu seperti itu." Shayra tanpa sadar merutuki dirinya sendiri. "Eh, tapi Adien tidak salah. Aku lihat dia juga sedang berusaha menyingkirkan wanita itu! Hm, artinya aku sudah benar menghajar wanita itu." Lanjut Shayra samb