Chapter 22MarriedJessie menerima tisu yang diberikan Sunshine untuk ke sekian kalinya. "Maafkan aku," desahnya dengan suara parau. "Jangan meminta maaf padaku...." Sunshine mengalihkan pandangannya kepada Emilia, penata rias pribadinya yang mulai terlihat putus asa karena harus berulang kali mengulang pekerjaannya. "Aku tidak akan menangis lagi, oke?" Jessie dengan hati-hati menempelkan tisu ke bawah kelopak mata yang basah karena air matanya yang terus-terusan bercucuran. Sunshine mendengus lembut. "Ini hari bahagiamu, Jessie." Jessie kembali meneteskan air matanya, sia-sia saja peringatan Sunshine barusan karena sekuat apa pun ia menahan air mata, setiap kali terbayang ayahnya di ruang ICU, ia tidak bisa untuk tidak menyalahkan dirinya."Tapi, akulah yang membuat Daddy...." "Bukan kau, itu benar-benar insiden," ucap Sunshine dengan nada lembut. "Dengar, hari ini kau harus tampil cantik. Daddy ingin kau segera menikah dan kau mengabulkan keinginannya, beliau akan menyaksikan p
Chapter 23My Room"Aku ingin berbicara dengan Daddy," ucap Jessie melegakan Beck.Seluruh beban prasangka benar-benar lenyap tidak bersisa, Beck mengikuti langkah Jessie mendekati ranjang pasien untuk berbicara dengan Dimitri.Jessie menjilat bibirnya kemudian menghela napas dalam-dalam seraya memejamkan matanya beberapa saat. "Daddy, lihatlah... hari ini aku menikah," ucapnya lirih dan ia dengan hati-hati menyentuh tangan Dimitri. Rasanya memprihatinkan, siapa pun tidak ingin melangsungkan pernikahan di depan orang tuanya yang sedang sekarat. Beck tidak mampu mengucapkan apa pun, ia hanya bisa menenangkan Jessie dengan meletakkan kedua tangannya di pundak Jessie kemudian mengusapnya dengan perlahan."Kami akan melangsungkan pesta nanti setelah kau sembuh dan aku tidak mau tahu, kau harus sambuh untukku, Daddy." Beck menelan ludah. Mereka belum membicarakan pesta pernikahan, tetapi tentu saja pesta pernikahan pastinya sangat penting.Dokter yang berada di samping ranjang pasien me
Chapter 24Call my NameKali ini giliran Jessie yang menyeret pergelangan tangan Beck sebelum pria itu memberikan keputusan kamar mana yang akan mereka gunakan. Jessie sudah memutuskan di kamar mana yang akan mereka tinggali malam ini. Jessie membawa Beck melewati arah yang berlawanan dengan arah semula karena sebenarnya saat Beck menyeretnya, pria yang baru saja menjadi suaminya itu salah arah. Ia ingin memberitahu, tetapi Beck sepertinya salah paham dan menganggapnya tidak bersedia menikmati malam pengantin. Lorong itu tidak membawa mereka ke kamar siapa pun, tetapi lorong itu adalah jalan menuju ruang belajar dan perpustakaan yang buku-bukunya mungkin lebih tua dibandingkan usia nenek Jessie di Aínsa. Jessie sudah cukup dewasa, tidak perlu bersikap berpura-pura tidak mengerti dengan apa yang Beck maksud. Lagi pula, mereka sekarang adalah pasangan yang sah dan sudah sewajarnya jika mereka tinggal di satu kamar. Jessie mendorong pintu kamarnya kemudian dengan tergesa-gesa menutupn
Chapter 25Sexy!Jessie membuka matanya dan tidak mendapati Beck di tempat tidurnya, ia menduga Beck pergi ke rumah sakit setelah dirinya tertidur. Sudah pasti, pikirnya. Tidak ada alasan untuk Beck tinggal bersamanya sampai pagi, mereka juga belum membicarakan apa-apa yang berhubungan dengan tempat tinggal selama masih di Madrid. Jessie menatap sepreinya yang terlihat kusut dan kacau, penyebabnya tentu saja dirinya dan Beck yang bukan hanya satu kali melakukan percintaan yang erotis. Tangannya terulur menyentuh tempat Beck berbaring seraya memeluknya tadi malam dan menghela napasnya. Rasanya ia masih dapat merasakan aroma samar-samar parfum yang ditinggalkan Beck.Sialan. Jessie tidak tahu harus bagaimana nanti menghadapi Beck. Haruskah nanti bersikap selayaknya pasangan pengantin baru atau bersikap seolah-olah tidak ada apa-apa di antara mereka. Jessie kembali menghela napasnya dan turun dari tempat tidur lalu menekan bel untuk memanggil pelayan. "Yang Mulai, apa yang Anda butuh
Chapter 26Your Ex-mistressBeck sedang berusaha untuk tidak mengetuk-ngetukkan jemarinya di meja kasir. Arnold tidak menjawab panggilannya dengan cepat padahal Beck sangat membutuhkan kopi yang tidak sempat diseduh sendiri di rumahnya dan kedai kopi di depan gedung kantornya selalu dipenuhi oleh pengunjung sudah lama menarik perhatiannya, meskipun sebenarnya tidak terlalu tertarik untuk mencobanya.Ekor mata Beck mengikuti kasir yang mondar-mandir di konter kedai kopi untuk menyiapkan kopi pesanannya, tampaknya pegawai baru karena masih terlihat beberapa kali mengintip catatan yang tertera di balik meja. Beck menengadah, secara iseng membaca daftar menu yang terpajang di dinding belakang konter kasir kemudian merogoh ponselnya yang berada di dalam saku celana. Jessie belum membalas pesan teks yang Beck kirimkan sebelum berangkat ke kantor tadi, padahal kemarin Tatiana telah mewanti-wanti istrinya itu untuk bangun lebih pagi, nyatanya wejangan Tatiana tidak dihiraukan Jessie. Terser
Chapter 27My DreamDi Madrid, salju turun sepanjang hari dengan intensitas yang lumayan tinggi sehingga suhu menjadi sangat dingin. Jessie menekuk kakinya di sofa seraya memegangi cangkir berisi cokelat panas di tangannya dan menatap perapian listrik bergaya Eropa kuno di depannya. Sudah hampir pukul sepuluh dan Beck belum juga tiba padahal suaminya mengatakan akan kembali hari ini."Kau memikirkan Beck?" tanya Flowrencia, adik Jessie yang duduk di sampingnya.Jessie dengan perlahan mengalihkan pandangannya kepada Flow. "Mungkinkah dia terjebak badai salju?" "Tidak ada pemberitahuan akan ada badai salju hari ini." Flow mengambil cangkir di tangan Jessie dan melirik ke arah jam. "Pesawat terakhir dari Barcelona mendarat pukul sembilan, mungkin hanya terlambat." Jessie menatap Flow. "Bagaimana jika terjadi badai salju di langit?" Flow mengedikkan bahunya kemudian menyeruput cokelat panas yang dipegangnya lalu berucap, "Kenapa tidak kau telepon saja untuk memastikan?" Jessie kembali
Chapter 28Do You Want a HugDimitri telah dimakamkan, tentunya setelah melalui prosesi sesuai prosedur kerajaan dan berlangsung tertutup. Beck berada di kamar Val bersama Jessie, mereka berada di atas tempat tidur dengan posisi Val berada di tengah-tengah antara dirinya dan Jessie.Beck menatap Jessie yang meringkuk memeluk Val, mata Jessie terpejam tetapi Beck tahu jika wanita itu belum terlelap. Sepanjang masa berkabung Beck terus berada di sisi mereka karena dari seluruh anak-anak Dimitri sepertinya yang paling terpukul dan tidak siap kehilangan ayah mereka adalah Jessie dan Val. Sementara Nick, Lexy, dan Flow kelihatannya lebih kuat dan mampu menerima kenyataan. Jessie tidak segan-segan menangis setiap kali teringat ayahnya, sementara Val tidak menunjukkan kerapuhannya, tetapi gadis remaja itu sering berdiam diri dan mengurung diri di kamarnya. Beck tidak bisa untuk tidak melakukan apa pun apa lagi menurutnya, Val masih terlalu kecil untuk menerima fakta bahwa ayah mereka telah
Chapter 29IntimateBeck membopong Jessie, membawanya keluar dari kamar Val dengan terburu-buru, lengan Jessie melingkar di leher Beck dan bibir mereka bertaut seolah-olah mereka sangat membutuhkan ciuman itu dan tidak dapat digantikan oleh apa pun.Beck memutar gagang pintu kamar Jessie, kakinya menendang daun pintu kemudian menghempaskan bokongnya di sofa karena tempat tidur dirasa terlalu jauh untuk dijangkau. Ia menempatkan Jessie mengangkang di atas pangkuannya, tangannya menyusup di balik piama satin istrinya dan seperti dugaannya, Jessie tidak mengenakan bra. Setiap malam di kamar Val, Beck dapat menyaksikan puting payudara Jessie yang menyembul di balik piamanya, tidak seorang pun tahu betapa Beck mengutuk pakaian yang dikenakan Jessie karena membuatnya sangat tersiksa memikirkan puting payudara istrinya. Menginap di kamar Val dilakukan bukan semata-mata agar Val tidak sendirian melalui malam-malam yang penuh kesedihan, tetapi juga agar dirinya mampu menahan hasrat untuk tida
EpilogueJessie keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit di dadanya dan rambut basah yang digulung handuk, matanya tertuju pada Beck di atas tempat tidur dan sepertinya tertidur. Bibirnya mengulas senyum bahagia, tiga hari di pondokan bersama suaminya benar-benar bulan madu yang luar biasa. Mereka berada di dalam pondokan hanya berdua, bertelanjang hampir sepanjang malam di atas tempat tidur, terkadang mereka bercinta di mana saja mereka menginginkan seperti di sofa, di meja dapur bahkan di meja makan. Itu benar-benar luar biasa seperti fantasi liar Jessie selama ini.Setiap waktu Beck memasak untuk kebutuhan mereka dan tentu saja Jessie membantu pekerjaan suaminya meskipun hanya memotong wortel atau memisahkan daun basil dari tangkainya. Sesekali Nyonya Carmen datang untuk membersihkan pondokan dan berbelanja kebutuhan makanan.Jessie duduk di tepi tempat tidur, matanya mengawasi Beck, mengagumi wajah dan dada telanjang suaminya yang dipenuhi dengan otot yang tersusun kencang.
EndSehari sebelum pesta pernikahan yang dilakukan di hari pertama bulan Maret, Jessie sedang mencoba gaun pengantinnya ketika Aneesa masuk ke dalam rumah diikuti Beck, pengawal, dan Nanny-nya. Gadis kecil itu tersenyum riang dan berlari kecil menghampiri Jessie."Bagaimana perjalananmu, Sayang?" tanya Jessie seraya mengelus rambut Aneesa.Ia tidak dapat membungkuk terlalu dalam dikarenakan gaunnya terlalu ketat di bagian perut."Aku menyukai perjalanan ke sini," kata Aneesa. "Senang mendengarnya. Lalu bagaimana kabarmu?" tanya Jessie kemudian ia menerima kecupan di bibirnya dari Beck. "Aku merindukan Rocky." Rocky adalah anak anjing Alaska milik Nick yang diinginkan Jessie dan seperti dugaan Beck, dengan senang hati Nick memberikannya kepada Jessie.Jessie terkekeh. "Kau tidak merindukanku?" "Aku juga merindukanmu. Jessie, kenapa kau mengenakan gaun pengantin?" "Kami akan menggelar pesta pernikahan," kata Jessie. "Menikah?" "Ya. Aku akan menikah." "Dengan siapa kau akan menik
Chapter 51Be Friend?"Mommy bilang jika kau adalah ayahku," ucap Aneesa dengan nada ragu-ragu seraya waspada menatap Beck.Beck tersenyum dan mengangguk, air mata yang sejak tadi ditahan akhirnya terdorong keluar. "Ya, aku ayahmu." Aneesa mendongak menatap Duncan, terlihat kebingungan kemudian menatap Beck sambil mengulurkan tangannya menyentuh wajah Beck. "Sebenarnya aku tidak mengerti." Beck memejamkan matanya, merasakan sentuhan kulit lembut dari tangan gadis mungil di pipinya. "Kelak saat kau menjadi dewasa, kau akan mengerti, Sayang." Kemudian ditatapnya mata Aneesa, seperti yang Jessie ucapkan, mata Aneesa adalah matanya. Ia mengecup kedua tangan Aneesa dengan lembut agar Aneesa tidak ketakutan kemudian ia berucap, "Boleh aku memelukmu?" Aneesa mengangguk. Dipeluknya Aneesa, di belainya rambut Aneesa dengan penuh kasih sayang, dikecupnya beberapa kali rambut di kepala Aneesa. Perasaannya bahagia, tetapi dadanya terasa sangat sesak karena khawatir jika kelak putrinya akan m
Chapter 50Everything You WantSatu hari sebelum Natal tiba, setelah memasang dekorasi Natal di tempat tinggal mereka, keduanya terbang menuju Athens Internasional Airport menggunakan jet pribadi yang dipinjamkan oleh Nick."Apa kau akan terus memeluk bunga itu?" tanya Beck karena hingga pesawat telah terbang dengan sempurna di atas ribuan kaki, Jessie masih memeluk buket bunga. Jessie tersipu dan menghirup aroma mawar merah di pelukannya. "Akhirnya kau memberiku bunga." Beck mengusap-usap rambut di kepala Jessie. "Aku sudah memastikan jika durinya sudah tidak ada, barangkali kau ingin menamparku menggunakan bunga lagi." Jessie terkekeh dan kembali menghirup aroma mawarnya. "Ini bunga pertamaku darimu, aku tidak ingin merusaknya."Beck memeriksa jam tangannya. "Jadi, selama tiga jam penerbangan kita, kau memilih untuk mengagumi bunga itu dari pada menikmati penerbangan denganku?" Jessie meletakkan kepalanya di pundak Beck dan mengangkat buket bunga agak tinggi. "Jika iya?" "Aku b
Chapter 49Four ChildrenXaviera, ibu Vanilla menceritakan kepada Beck dan Jessie bagaimana kisah cintanya dengan Rafael. Wanita itu pernah menyembunyikan kehamilannya dan Rafael baru mengetahuinya setelah Vanilla lulus dari bangku universitas, sedangkan Vanilla baru mengetahuinya saat merencanakan pernikahannya dengan Nick. Namun, cerita Xaviera menyembunyikan kehamilannya tentunya berbeda dengan alasan Charlotte. Saat berhubungan dengan Rafael, dirinya tidak tahu jika Rafael adalah pria beristri dan ketika melarikan diri ke Barcelona, Xaviera tidak menyadari jika dirinya dalam keadaan mengandung. "Menurutku, kau beruntung karena tahu lebih cepat," ucap Rafael kemudian memandangi wajah Vanilla. "Aku bahkan hanya bisa mendengar kelucuan masa kecil putriku dari ibunya." Xaviera tersipu karena Rafael mengecup punggung tangannya. "Ya. Kalian bisa membesarkan Aneesa bersama-sama. Kalian hanya harus menyikapi masalah ini dengan kepala dingin dan lebih dewasa." "Apa kau sudah menghubung
Chapter 48 What's the Plan?Beck dan Jessie tiba di rumah Nick, mereka disambut oleh Marcello yang melompat-lompat kegirangan karena Jessie memberikan dua kotak coklat yang digemari anak-anak. "Beck, bisakah kau bukakan coklatnya untukku?" pinta Marcello kepada Beck."Biar aku kubukakan untukmu," kata Jessie karena Beck memegangi dua botol sampanye."Terima kasih, mi amor," ucap Beck seraya menatap Jessie dan tersenyum bahagia."Beck! Lihat mainan baruku!" ucap Marcello memamerkan mainan di tangannya yang berupa sebuah mobil-mobilan kecil dengan daya baterai.Beck membungkuk untuk melihat apa yang Marcello tunjukkan padanya. "Wow, bagus sekali.""Kemarin Yang Mulia mengirimkannya untukku.""Keren, kau menyukainya?" tanya Jessie.Marcello mengangguk kemudian berjongkok, menekan tombol di bagian bawah lalu meletakkannya di lantai dan mobil-mobilan itu melaju kencang di lantai. Mercello berteriak kegirangan dan berlarian ke mengejarnya. Beck tersenyum melihat tingkah bocah itu dan di b
Chapter 47Big SurprisedDelapan hari setelah kepergian Charlie, Beck dan Jessie berniat hendak pergi ke rumah Nick dan Vanilla, mereka mengadakan pesta keluarga. Tetapi, keduanya terkejut manakala mendapati Arnold berada di ruang tamu bersama pengacara keluarga Danish.Beck mengerutkan alisnya. "Ini hari Sabtu dan aku tidak mengundang kalian ke sini." "Aku hanya diminta untuk mengantarkannya ke sini," kata Arnold karena tatapan Beck seperti meminta penjelasan kepadanya."Besok adalah peringatan hari ke sembilan Charlie meninggalkan kita," ucap Mr. Harcourt. "Ya. Aku mengingatnya," kata Beck."Dan dia berpesan agara hari ini aku menyampaikan pesan padamu," ucapnya.Beck mendengus, bagaimana bisa sahabatnya itu mengatur waktu seperti itu. Apa dia mengirim pesan dari kubur?"Pesan? Tentang 20% perkebunan yang diberikan padaku? Nilainya terlalu besar, aku tidak bisa menerimanya. Berikan saja itu pada orang tuanya atau Charles." Mr. Harcourt mengedikkan bahunya. "Ini bukan sekedar 20%
Chapter 46A Little Girl Satu jam kemudian Jessie dan Beck berada di rumah duka, beberapa orang yang mereka jumpai mengangguk dan menyapa Beck dengan ramah. Tetapi, itu bukan berarti dirinya adalah orang penting melainkan mereka bersikap ramah karena keberadaan Jessie berada di sampingnya. Setelan serba hitam yang dikenakan Jessie dipadukan dengan sepatu tinggi dan mantel hitam sebatas lutut yang diletakkan di pundak tanpa memasukkan lengannya ke dalam mantel. Rambutnya digelung dengan sederhana kemudian ditambahkan topi yang memiliki renda di bagian depan menutupi wajahnya seolah menegaskan bahwa meskipun dirinya tidak lagi berstatus seorang Putri kerajaan, Jessie tetaplah berjiwa aristokrat. Beberapa pria tidak segan-segan mengamati seolah sedang terkagum-kagum karena Sang Putri yang mungkin selama ini hanya dapat mereka saksikan di halaman berita berada di depan mereka dengan penampilan yang luar biasa. Mereka mendekati peti mati yang terbuka dilapisi kain tilai transparan untu
Chapter 45Wife in Black Hari itu juga, Beck dan Jessie bersiap-siap pergi ke rumah duka untuk melihat Charlie yang terakhir kalinya di rumah duka. Jessie celana panjang model standar berwarna hitam hitam dipadukan dengan blus tanpa lengan dengan potongan kerah V yang tidak terlalu rendah di dadanya yang disiapkan oleh pelayan pribadinya.Saat pemakaman Dimitri, Jessie mengenakan gaun hitam bergaya khas bangsawan wanita Eropa lengkap dengan veil-nya, saat itu kesan anggun terpancar pada Jessie. Kemudian saat berkabung, Jessie juga mengenakan pakaian hitam sepanjang hari, tetapi hari ini pakaian serba hitam yang dikenakan Jessie di pandangannya terlihat berbeda. "Kuharap pakaianku tidak terlalu mencolok," kata Jessie seraya menilai dirinya di depan cermin.Beck yang sedang mengancingkan lengan kemejanya menghentikan gerakannya dan memandangi istrinya. Jessie mengenakan pakaian apa pun, bahkan pakaian sederhana sekali pun, di mata orang-orang akan tetap terlihat mencolok karena status