~ Satu bulan kemudian ~Snelli yang menggantung di ruangan telah Edeline pakai ke tubuhnya—menggantikan coat cokelat yang dipakai dari rumah. Stetoskop yang menggantung pada gantungan pun tak luput dari perhatian Edeline, segera dia kalungkan di lehernya. Gadis cantik itu telah bersiap melakukan tugasnya di rumah sakit megah itu. Rutinitas harian yang jauh lebih tenang dibandingkan dulu sewaktu bertugas di IGD.Edeline tak pernah lagi melewatkan waktu makannya, pun tidak lagi menjalani hari-hari melelahkan yang menguras tenaga seperti di IGD. Hal yang dilakukan Edeline hanya memantau perkembangan kondisi Elvis dan membantu Nicho—melakukan observasi dari kondisi pasien-pasiennya.Roda kehidupan memang benar-benar berputar. Edeline merasakan kedamaian hidupnya setelah melalui badai kencang yang menguras emosional diri. Sempat terbersit di dalam pikirannya, apakah semua ini nyata dan abadi? Entahlah! Edeline ingin mengabaikan pemikiran itu. Ada keegoisan di dalam diri menasihatinya untuk
Edeline benar-benar ingin kabur dan tak percaya diri untuk menunjukkan wajahnya pada siapapun. Sayangnya, dia tidak bisa melakukan hal itu di hadapan Eva yang tersenyum manis—berharap Edeline sepakat pada perkataannya.“Benarkah aku bisa memanggil Edeline ‘Mommy’?” Shopia sangat antusias.“Bisa! Shopia bisa memanggil Dokter Edeline—”“Shopia bisa memanggil seperti itu setelah Daddy yang akan memberi tahu.” Elvis terpaksa turun tangan ketika Eva bersemangat menghasut Shopia. Dia memahami situasi Edeline yang merona malu, pun tidak ingin Edeline menjadi bulan-bulanan dari ibunya.“Kapan Daddy akan memberitahuku?” Shopia begitu tak sabar.Ketika berdiri di sebelah Edeline, Elvis sudah tersenyum tampan menatap putri cantiknya itu. Jemarinya yang membelai di kepala turut menenangkan emosi Shopia yang bersungut tak sabar. “Shopia percaya pada Daddy, kan? Jadi Shopia harus bersabar! Oke?”“Aku percaya pada Daddy! Aku juga percaya pada Edeline!” sahut Shopia begitu naif.“Daddy permisi mau ke
Rasa takut yang mengguncang telah menasihati Edeline untuk cepat-cepat menutup kotak paket. Tangannya yang gemetaran sampai bergerak panik, beberapa kali tangannya masuk ke dalam kotak itu.Tanpa membuang waktu pun Edeline segera menyingkirkan kotak paket itu dari meja kerjanya. Gadis cantik itu setengah melempar kotak paket itu ke sudut ruangannya.Edeline terduduk lemas di kursi. Kedua tangannya yang gemetaran telah meraup wajahnya yang memucat. Dia benar-benar tidak menduga atas isi di dalam kotak paket itu.Siapa yang mengirimkan kotak paket itu?Ketika diusir oleh ibunya, Edeline tidak membawa barang-barang kesayangannya. Kecuali pakaian yang melekat di tubuhnya. Boneka kelinci itu sudah lama tidak Edeline lihat bahkan tak pernah disentuh. Tidak mungkin itu ulah ibunya. Tidak mungkin juga itu ulah ayah tirinya yang kembali ingin mengancam. Keduanya masih mendekam di penjara sampai detik itu.Di dalam hati, Edeline sedikit mengeluh perihal kehidupannya. Tentang kehidupannya yang t
Elvis berhasil merubah sudut santai dari kamar inap dengan dekorasi khas candle light dinner. Tentunya hal itu tidak dia kerjakan sendirian, ada Alex yang membantu. Lebih tepatnya Alex yang mengerjakan semuanya sesuai permintaan Elvis.Pria itu tersenyum bangga menatap sudut itu—di mana sebuah meja cantik telah terletak indah di sana. Dia juga terlihat tampan, piyama pasien yang sebelum dipakai telah berganti dengan setelan kemeja biru langit dipadukan celana putih.“Apa aku benar-benar tidak boleh ikut bergabung bersama Daddy dan Edeline?”Elvis menoleh pada Shopia yang duduk di kursi roda, sementara bibirnya mengembangkan senyuman manis berusaha menghibur Shopia yang merajuk.“Daddy janji, lain kali Tuan Putri boleh ikut bergabung.” Setelah berlutut, Elvis mengelus-elus kepala putri kecilnya.“Aku belum mengantuk, Daddy. Selain itu aku juga bosan sendirian di kamar.”Elvis menghela napas kasar. Usahanya membujuk Shopia untuk tidak mengganggu dirinya dan Edeline masih belum membuahka
Pada akhirnya Edeline mau menginap di kamar Elvis. Gadis cantik itu memutuskan untuk membersihkan tubuh setelah Elvis memenuhi segala hal yang dibutuhkan. Dia menilai tidak ada salahnya menginap di sana. Hujan kembali mengguyur malam itu.Edeline tidak akan tenang sendirian. Edeline masih dihantui kegelisahan serta rasa takut yang mencekam jiwa sejak menerima paket ancaman pagi tadi. Dia juga tak akan aman berada di rumah sejak mengetahui office boy yang mengantarkan paket ancaman itu adalah orang asing yang menyamar.Mengingat tindakannya itu, pria itu bisa saja kembali mengganggu Edeline. Edeline juga menduga kuat jika pria itu sudah memantau Edeline. Apakah pria itu adalah ayah tirinya? Edeline menggelengkan kepala. Sangat mustahil rasanya pemikiran itu mengisi kepala.Ibu kandung dan ayah tirinya masih menjalani hukuman di penjara atas kasus yang menjeratnya. Baik Abraham sampai Rebecca pun tidak pernah menyinggung perihal keduanya yang sudah terbebas.Sudah pasti pria itu bukanla
Kedua sisi pipi Edeline terasa panas seperti terbakar oleh kehangatan di telapak tangan Elvis yang membaur. Tanpa disadari Edeline menepis kedua tangan Elvis yang meraup wajahnya, sementara kedua mata telah memalingkan pandangan ke sembarang arah.Elvis mencintainya? Pria itu benar-benar mengakui perasaannya? Edeline merasa bermimpi mendengarkan pernyataan itu langsung dari mulut Elvis. Padahal sebelumnya dia begitu penasaran sampai bertekad memancing pria itu untuk mengakui.Namun, setelah mendengarkan secara langsung ... Oh My God! Ada gejolak perasaan asing yang mempengaruhi seluruh jiwa serta perasaan—yang turut merusak sistem kerja pompa jantung menjadi tak normal, berdegub kencang dan gelisah. Rasa percaya diri pun ikut menciut, sampai-sampai Edeline tidak berani untuk berdekatan apalagi beradu tatapan dengan Elvis.Edeline beranjak dari duduknya. Dalam keheningan diri itu Edeline berpikir keras untuk mencari-cari topik pembicaraan yang baru. Dia sempat blank akibat kegugupan ya
Bibir Elvis sudah merosot ke lekukan leher Edeline, padahal gadis itu belum memberikan izin. Dia benar-benar tidak bisa menahan keinginan untuk lebih dalam menikmati kemanisan tubuh Edeline, sekaligus ingin bertindak serakah menorehkan jejak kepemilikannya terhadap Edeline.Gairah yang meledak benar-benar mengesampingkan apa pun. Ada kegembiraan tersendiri yang memancing jiwa. Elvis benar-benar tidak bisa mengontrol diri terhadap Edeline yang terasa manis dan membuat hasratnya candu.Apakah itu karena Elvis yang terlalu lama sendiri? Atau mungkin Edeline yang sangat spesial? Elvis tidak mampu berpikir ketika sudah terbuai oleh sensualitas Edeline. Lidahnya telah menjulur lancang, menjilati erotis sekitaran leher Edeline dan tak lupa memberikan rangsangan berupa gigitan kecil yang menciptakan memar merah.Tangan pun tidak tinggal diam, sudah mengelus-elus lembut lengan Edeline guna menciptakan kepercayaan sekaligus rasa aman. Sayangnya, kesenangan itu terhenti ketika Elvis merasakan re
Alex ikut ke dalam ambulance dan bertekad ingin menemani Sarah. Keinginan itu berjalan mulus, sebab petugas ambulance dan medis yang menolong Sarah berasal dari rumah sakit milik Elvis. Dia juga tak lupa menitipkan mobilnya pada bawahannya yang berada di departemen sekretariat—yang kebetulan terjebak juga dalam kemacetan itu.Alex sama sekali tidak melepaskan pandangannya dari Sarah yang terluka dibagian dahi. Jiwanya dihantui rasa ketakutan pada Sarah yang tiba-tiba saja mengeluarkan darah dari sela-sela paha.Pikiran Alex telah diselimuti hal-hal buruk. Dia menarik dugaan sendiri jika darah itu berasal dari organ intim Sarah. Sampai-sampai ketika tiba di unit IGD, Alex mendesak tenaga medis yang menyambut untuk cepat memberikan pertolongan terhadap Sarah.“Bagaimana keadaannya?” Alex mencecar dokter pria yang baru selesai melakukan pertolongan terhadap Sarah.“Nona Sarah hanya mengalami luka ringan di dahi. Tidak ada luka serius yang terjadi di bagian dalam tubuh,” jelas Dokter itu
~ Enam tahun kemudian ~Pandangan mata Edeline teralihkan pada bocah tampan berusia empat tahun. Edeline yang semula fokus di meja kerjanya telah beranjak menghampiri bocah tampan itu.“Hello, Dwayne.” Edeline berjongkok di depannya.“Apa Dokter akan menyuntikku lagi?” tanya bocah itu takut.Edeline tertawa lemah. “Aku tidak menyuntikmu. Aku hanya memberikan vitamin agar kau kuat seperti Superman!”“Aku mau kuat seperti Hulk, Dokter!” seru Dwayne—pasien Edeline sangat antusias.“Oke! Kalau begitu aku akan berikan vitamin agar kau kuat seperti Hulk!” sahut Edeline tak kalah antusias dari Dwayne.Dia adalah Edeline—dokter spesialis anak yang banyak disayangi oleh pasiennya. Edeline selalu bersikap sama kepada anak-anak yang datang kepadanya. Dia menganggap semua pasiennya seperti anaknya sendiri.Dokter cantik itu akan memberikan hadiah, entah itu berupa mainan atau permen kepada pasiennya. Hal itu dilakukan sebagai bentuk rasa bersalah dan perhatian Edeline. Bersama Lina—yang menjadi p
~ Beberapa bulan kemudian ~Aktivitas Edeline menjadi terbatas sejak memasuki usia kehamilan matang. Wanita cantik itu tidak bebas bergerak karena mengalami keluhan dari kehamilan mengandung anak kembar. Kakinya membengkak sejak memasuki usia 30 minggu. Kondisi itu semakin memprihatinkan saat kini—kehamilan Edeline telah memasuki usia 37 minggu.Bukan hanya keluhan itu dirasakan oleh Edeline. Setiap malam Edeline cukup tersiksa pada betisnya yang kram. Sebuah pijatan di kedua betisnya menjadi penghibur terbaik yang Edeline terima. Pinggangnya sering sakit, seperti akan patah.Ritme pernapasan pun ikut terganggu karena kondisi perut Edeline yang membesar karena mengandung dua anak-anaknya yang tumbuh baik dan sempurna. Tidak usah ditanya bagaimana kualitas tidur Edeline. Wanita cantik itu sudah tak lagi bisa tidur nyenyak sejak usia kehamilan 28 minggu.Namun, semua keluhan itu tidak mengurangi antusias Edeline menyambut kelahiran kedua anaknya. Wajah cantiknya selalu berseri-seri, au
Setibanya di apartemen, Alex langsung menidurkan Asha yang sudah lelap dalam dunia mimpi. Seperti biasa—tanpa canggung Alex mengganti pakaian putri kecilnya itu dengan piyama yang menghangatkan.Sikap sigap Alex sangat membantu Sarah. Sejak Asha hadir di hidup mereka, keduanya kompak bekerjasama dalam kehidupan rumah tangga maupun pekerjaan. Seperti yang sudah terjadi, Alex tak sungkan mengambil peran Sarah. Dengan senang hati Alex memperhatikan putri mereka ketika Sarah membersihkan diri dan mengganti pakaian.Sarah sendiri sudah tulus menatap Alex. Hatinya masih diselimuti perasaan yang sama, bahkan saat itu perasaan cinta semakin memenuhi jiwa. Batinnya tak henti-henti merasa bersyukur memiliki pria yang sangat peduli itu. Alex selalu menomorsatukan Sarah dan Asha. Kebahagiaan dan kenyamanan keduanya merupakan prioritas utama.Samar-samar Sarah berpikir, jika saja waktu itu takdir tidak mendorongnya pada Alex entah bagaimana Sarah saat ini.“Biar aku yang berganti memindahkan Asha
Hunian mewah di depan mata ditatap tak berkedip oleh Edeline. Dia benar-benar tidak menyangka Elvis akan membawanya dan Shopia ke hunian mewah yang akan menjadi tempat tinggal baru mereka.Hunian mewah itu terlihat berbeda dari rumah Elvis. Lebih tepatnya itu adalah mansion mewah berlantai dua yang berdiri di tengah-tengah lahan luas, berdiri di tengah-tengah halaman yang dilengkapi tanaman beserta pepohonan hijau menyejukkan.“Ini hadiah pernikahan dari diriku,” Elvis berbisik lembut.Edeline tersentak dari rasa takjubnya, kemudian menoleh pada Elvis. “Kapan kau menyiapkan ini? Aku sampai tidak tahu!”“Saat sibuk menyiapkan pernikahan kita, aku sudah membeli mansion ini. Aku langsung minta merenovasi beberapa sudut dan baru selesai bulan lalu. Furniture dan yang lainnya sudah tersedia sehingga kita bisa pindah ke sini secepatnya.”Sungguh, Edeline tidak bisa menyembunyikan rasa kagumnya pada Elvis. Suaminya itu selalu memiliki cara membuat Edeline terkejut bahagia. Sayangnya, ada kek
Setelah selesai menjalani pemeriksaan USG, Edeline beranjak turun dari ranjang dengan dibantu oleh Elvis. Dia dirangkul mesra oleh Elvis saat bersama duduk pada kursi kosong di depan dokter wanita itu.“Syukurlah tidak ada keluhan atau kondisi yang mengkhawatirkan pada kehamilan Edeline. Baik Edeline dan kedua anak kalian tumbuh dengan sehat.” Leyla—dokter wanita itu menyampaikan hasil pemeriksaan pada Elvis dan Edeline. “Aku akan meresepkan beberapa vitamin dan obat untuk Edeline. Jangan lupa untuk rutin mengkonsumsi susu ibu hamil,” sambungnya yang tertuju hanya pada Elvis.Elvis berdecih ringan. “Aku adalah dokter! Sudah pasti aku tahu apa pun yang baik dikonsumsi untuk istriku.”“Kalau kau memang dokter, kau harusnya tahu apapun yang baik untuk tubuhmu! Bukan meminum alkohol dengan perut kosong! Bergadang semalaman hanya demi hal yang tidak penting,” balas Leyla dengan ekspresi mencela nyata.Edeline tampak kebingungan melihat Elvis dan Leyla yang bereaksi akrab seperti sudah lama
Edeline telah bergoyang di atas Elvis. Wajahnya yang merona merah terlihat seksi, sangat erotis seperti pinggulnya yang bergoyang-goyang mengocok kejantanan Elvis yang terbenam sempurna di surgawinya.Posisi itu sangat sempurna, membuat Edeline kelimpungan dalam kenikmatan yang memanjakan nafsu. Jemarinya pun tidak dibuat menganggur. Edeline sudah meremas dada bidang Elvis sembari berpegangan di sana.Elvis sendiri sudah berkali-kali memuji Edeline yang memiliki perkembangan dalam bercinta. Pria itu terpesona menatap Edeline yang telah bergerak naik-turun menimbulkan dan menenggelamkan kejantanan Elvis di lubang intimnya. Dalam benaknya Elvis benar-benar tidak menyangka akan mendapatkan kebahagiaan erotis seperti itu.“Nikmat, Sayang. Nikmat sekali,” erangnya memuji sembari meremas gemas pinggul Edeline.Elvis benar-benar sudah tidak tahan. Dia sudah sedikit frustrasi oleh birahi terdorong dalam puncak klimaks. Akan tetapi, Elvis belum mau cepat-cepat menyudahi kenikmatan itu. Tidak a
~ Lima bulan kemudian ~Dari duduknya di tepian ranjang tidur, pandangan kedua mata Edeline terlempar ke arah jendela ketika mendengar suara mobil di depan kediaman mewah itu. Kedua kakinya bergegas mendekat ke arah jendela, mengintip dari balik tirai untuk memastikan seseorang yang tiba di bawah sana.Bibir wanita cantik menipis oleh senyuman manis yang terulas, sementara matanya telah berbinar bahagia melihat seseorang yang tiba itu adalah Elvis. Suaminya itu baru saja kembali dari kepentingan bisnis di Amerika. Sudah lima hari mereka terpisah jarak. Selain itu, tepat di tengah malam itu adalah momen hari kelahiran Elvis.Lebih dahulu Edeline menyimpan sebuah benda seperti sebuah stik di laci meja nakas, lalu setelahnya Edeline bergegas keluar kamar untuk menyambut kepulangan suami tercinta.Di depan kamar ternyata Shopia telah menanti kehadiran Edeline. Keduanya telah bekerja sama memberikan kejutan ulang tahun pada Elvis. Beruntung saat itu Liz ikut andil membantu Edeline dan Shop
Cincin berlian yang melingkar cantik di jari manis masih terus Edeline pandangi. Edeline merasa seperti bermimpi. Ah, tidak! Edeline tidak pernah memimpikan akan mendapatkan hal semanis dan mewah seperti yang didapatkan.Namun semuanya terlalu mustahil untuk dinyatakan sebagai mimpi. Pria yang memeluknya dari belakang telah menyadarkan Edeline. Gadis itu tak bisa memberontak pada Elvis menciumi lekukan lehernya. Matanya terpejam, Edeline tak lagi fokus pada cincin berlian. Melainkan pada Elvis yang menghujani lekukan leher Edeline dengan ciuman sensual.“Aku merindukanmu. Jangan takut padaku, Edeline,” Elvis berbisik menggoda di telinga Edeline.Edeline tak takut, karena dia telah percaya pada Elvis. Dia juga sudah menduga akan berakhir seperti itu setelah Elvis mengajak dirinya beristirahat di kamar yang sama.Elvis menuntun Edeline untuk beralih ke ranjang tidur. Dengan cara yang sama pula Edeline didudukkan pada tepian ranjang tidur. Namun anehnya, Elvis memilih berlutut di hadapan
Mata cokelat Eva tak bisa menyembunyikan kekecewaan mendalam melihat hanya Elvis dan Shopia saja yang datang ke Edinburgh. Eva begitu tak mempercayai Edeline yang tidak ada, sampai-sampai dia fokus menatap ke arah pintu mobil Elvis demi mengharapkan kehadiran Edeline.“Edeline tidak ikut bersama kami, Mom.” Elvis menyadarkan Eva yang mencari-cari Edeline. “Edeline sedang berada di London. Dia memiliki urusan di sana,” jelas Elvis.“Sebaiknya kita masuk ke dalam jika ingin berbicara serius. Salju semakin turun dengan deras, udara dinginnya tidak baik untuk Shopia.” Peter menginterupsi istrinya yang sudah membuka mulut. Pria itu sudah fokus pada Shopia yang berada di gendongannya.Eva segera menyetujui dan membiarkan semuanya masuk ke dalam mansion mewah itu. Dia mengajak suami, anak beserta cucu kesayangannya untuk menghangatkan tubuh di ruangan santai keluarga.“Apa Edeline masih bersedih?” Eva mencecar Elvis yang baru saja duduk di sofa. Dia mengabaikan putranya yang cukup lelah mene