Weekend itu akhirnya Elvis mengantongi izin pulang ke rumah setelah Nicho memastikan tidak ada hal-hal mengkhawatirkan di tubuh Elvis. Pria itu terbebas dari setelan piyama pasien yang sebulan lebih menjadi pakaian hari-harinya. Namun, meski begitu, Elvis masih harus melakukan pengecekan berkala terhadap kondisi tubuhnya. Nantinya Nicho akan mengunjungi Elvis guna melakukan pengecekan berkala.Sayangnya, kabar bahagia itu tidak disambut serupa oleh Elvis. Di kamar inapnya, pria yang memakai outfit casual—santai itu tidak menyembunyikan kesedihannya. Dia yang duduk di tepian ranjang pasien itu terlihat murung, menunjukkan ekspresi dingin yang mendalam. Sebab, Shopia—putri tercintanya masih belum mengantongi izin pulang ke rumah. Gadis kecil itu masih menunggu beberapa hari lagi untuk bisa dibawa pulang olehnya.Edeline yang berdiri tak jauh dari Elvis sudah mengulas senyuman tipis. Gadis cantik yang sejak pagi menemani Elvis itu meletakkan selimut putih yang baru selesai dilipat.“Aku
Sarah diabaikan oleh Edeline yang memilih untuk pergi. Wanita itu pun tak mau berkecil hati. Dia cukup sadar pada diri yang sudah berbuat jahat pada Edeline. Sehingga dia memaklumi sikap Edeline yang membenci dirinya.“Kenapa kau mengatakan untuk berhati-hati pada Dokter Edeline?” Alex menarik perhatian Sarah yang fokus menatapi kepergian Edeline.“Aku tahu mengenai kakakku yang menyukai dia. Jika melihat perkembangan hubungan Elvis dan dia saat ini, sudah pasti itu menyakiti hati kakakku.”Dahi Alex berkerut dikarenakan bingung pada pernyataan Sarah. Akan tetapi, keinginannya untuk mencari tahu terhalangi oleh pintu yang terbuka. Alex menoleh ke arah pintu. Dia mendapati sosok Elvis yang tajam menatapnya, terutama menyorot keberadaan Sarah dengan tidak senang.“T-Tuan Elvis—”“Kenapa kau di sini bersama dia?” Elvis menyela tak senang.“Saya akan menjelaskannya di dalam.”Elvis tertawa kesal. “Melihatmu datang dengannya saja sudah membuatku marah, apalagi mengizinkannya masuk ke dalam
Tanpa menunda-nunda Elvis segera menghubungi bodyguard yang mengantar Edeline ke parkiran. Elvis berniat memberikan perintah pada bodyguard itu untuk melakukan pengawalan pada Edeline.Edeline dalam bahaya! Gadis itu tidak boleh bergerak sendiri tanpa didampingi pengawalan dari Elvis maupun orang-orang keamanannya.“Nona Edeline sudah pergi sekitar sudah pergi sekitar lima menit yang lalu, Tuan Elvis.”Sial! Elvis mengerang kesal mengetahui diri kalah cepat dari waktu. “Kalian susul Edeline sekarang juga! Jaga Edeline secara teliti dan beri tahu aku mengenai apa pun yang mencurigakan.”Sambungan telepon langsung terputus ketika bodyguard itu memberikan jawaban tegas atas perintah yang Elvis berikan.Elvis sendiri masih tidak tenang, dia masih diselimuti kegelisahan setelah mendengarkan cerita Sarah yang masih berada di sana. Dia benar-benar tidak menduga jika Simon pernah menyukai Rowena yang merupakan mantan istrinya.Elvis merasa dirinya tidak salah. Dia juga menilai Simon tak panta
Kelima jemari kanan Edeline telah meremas kencang tas yang dibawa sejak tadi. Dia berusaha menenangkan diri yang diserang keterkejutan pada sosok pria yang mengancam di sebelahnya.Cadee Robinson—dia adalah sosok ayah tiri Edeline. Dia adalah tersangka utama yang menggoreskan mental Edeline. Dia adalah satu-satunya sosok menjijikkan yang begitu kurang ajar merusak masa remaja dan menghancurkan kedamaian Edeline. Dia juga adalah orang yang membuat Edeline sulit beradaptasi pada sosok pria manapun yang baru dikenali.Bukankah dia masih sedang dalam masa tahanan? Yang lebih mengejutkan lagi, kenapa pria brengsek itu bisa masuk ke dalam rumah yang memiliki penjagaan ketat?Kepala Edeline terasa berat untuk mencari tahu. Sudah terasa pusing dan menyiksa, sementara dada mulai terasa sesak oleh udara yang menipis di paru-paru. Bukan hanya itu, bayangan-bayangan masa lalu yang menjijikkan telah menumpuk sesak di kepala. Sekujur tubuh yang menegang mulai gemetaran, nyali pun ikut menciut untuk
Rebecca dan Glenn bergegas menuju ke kamar inap Elvis sembari berusaha menghubungi Edeline yang tidak merespon panggilan telepon. Mereka berharap Edeline masih berada di sana sehingga kecemasan yang ditakutkan tidak terjadi. Akan tetapi, rasa kecewa menyelimuti perasaan mereka setelah mendapati Edeline tidak ada di sana. Hal yang ada hanya Elvis bersama dengan Alex dan Sarah.“Edeline di mana?” tanya Glenn mendesak panik.“Edeline sudah pulang. Kenapa?” sahut Elvis yang menaruh kecurigaan.“Kapan Edeline pulang? Apa dia pulang sendiri?” Glenn setengah membentak karena diserang cemas. Dia pun tak berhenti berusaha untuk terus menghubungi Edeline.“Kau kenapa, Tuan Glenn?” Elvis beranjak dari duduknya saking penasaran melihat tingkah panik Glenn. “Setelah masuk dengan tergesa-gesa, kau langsung bertanya-tanya mengenai Edeline—”“Edeline dalam bahaya!” Rebecca terpaksa menyela. “Ayah mertuaku baru saja mengabariku mengenai Cadee—ayah tiri Edeline telah bebas dengan jaminan bersyarat oleh
Elvis terpaksa keluar dari kamarnya. Dia mengalah pada Edeline yang meminta waktu sendiri setelah terkejut mendengarkan cerita dari dirinya. Elvis juga tak ingin memaksa Edeline yang masih tersakiti tindakan kejam ibunya di masa lalu. Dia tahu dengan baik bagaimana perasaan Edeline. Disakiti dan dikhianti adalah penyiksaan paling keji yang sulit untuk dilupakan.Pria itu memutusakan untuk sejenak duduk tenang di ruangan santai. Dia ingin mengetahui kabar putri kecilnya pagi itu. Namun, keinginannya itu terhalangi oleh pelayan yang berlari kecil menghampiri.“Ada Tuan Abraham yang mencari Anda, Tuan Elvis,” ucap pelayan itu dengan santun.Elvis mengangguk, lalu kemudian bergegas menghampiri Abraham yang menunggu di ruang tamu.“Apa Anda sudah lama tiba di sini, Tuan Abraham?” seru Elvis mengulurkan tangan ingin berjabat tangan.Abraham menyambut jabatan tangan Elvis. “Bagaimana keadaan Edeline?” dia cemas bertanya.“Sudah jauh lebih baik setelah aku memberikan suntikan pereda nyeri dan
Udara dingin yang semakin terasa menusuk kulit menjadi pertanda musim dingin telah menyapa. Ornamen khas natal mulai terlihat, begitu cantik menghiasi suasana kota sampai masuk ke setiap kediaman. Tak terkecuali kediaman Elvis.Tahun itu kediaman mewah itu lebih hidup dan terasa hangat. Situasi yang bertolak belakang dengan tahun-tahun sebelumnya, selalu suram dan tak pernah ada keceriaan yang menyelimuti.Shopia—yang sudah berminggu-minggu telah pulang dari rumah sakit begitu bersemangat menghiasi pohon natal bersama Elvis dan Edeline. Senyuman manis tak pernah lelah menghiasi wajah cantiknya, seolah-olah kesedihan tidak diizinkan mampir menyapa walaupun itu hanya sesaat.Shopia benar-benar bahagia. Dia merasa Tuhan telah menyalakan lagi warna di hidupnya. Apalagi sejak tahu Edeline tinggal bersama mereka, Shopia tidak ada keinginan lain selain hidup bahagia.Sayangnya, keceriaan di ruangan santai itu tak menular pada Edeline. Gadis cantik itu lebih sering terdiam. Dia juga tidak fok
Edeline tak mau melepaskan genggaman tangannya dari Elvis ketika tiba di ruang tunggu lapas wanita. Gadis cantik itu gugup, tangannya semakin kencang pun sudah basah oleh keringat dalam tautan genggaman tangan itu. Jantung yang lebih dulu berdebar pun semakin tak mengenakkan dan menghantarkan senyar meresahkan bagi Edeline yang sebentar lagi akan bertemu dengan Tina.“Jangan gugup! Relaks saja, oke?” Elvis berbisik lembut menenangkan, sementara tangan yang satunya telah mengusap-usap bahu Edeline.Senyuman tipis dijadikan tanggapan dari Edeline. Namun, senyuman itu tak berlangsung lama karena suara pintu ruangan yang bergerak terbuka lebar. Bukan hanya Elvis, Edeline langsung menoleh ke arah pintu. Matanya terpaku mencermati sipir wanita yang memapah seorang wanita paruh baya bertubuh kurus. Edeline sampai tak mengerjap-ngerjapkan mata untuk memastikan apa yang dipandang oleh mata bukanlah kenyataan.Delusi memilukan di depan mata sungguh mustahil untuk dinyatakan sebagai mimpi. Wanit
~ Enam tahun kemudian ~Pandangan mata Edeline teralihkan pada bocah tampan berusia empat tahun. Edeline yang semula fokus di meja kerjanya telah beranjak menghampiri bocah tampan itu.“Hello, Dwayne.” Edeline berjongkok di depannya.“Apa Dokter akan menyuntikku lagi?” tanya bocah itu takut.Edeline tertawa lemah. “Aku tidak menyuntikmu. Aku hanya memberikan vitamin agar kau kuat seperti Superman!”“Aku mau kuat seperti Hulk, Dokter!” seru Dwayne—pasien Edeline sangat antusias.“Oke! Kalau begitu aku akan berikan vitamin agar kau kuat seperti Hulk!” sahut Edeline tak kalah antusias dari Dwayne.Dia adalah Edeline—dokter spesialis anak yang banyak disayangi oleh pasiennya. Edeline selalu bersikap sama kepada anak-anak yang datang kepadanya. Dia menganggap semua pasiennya seperti anaknya sendiri.Dokter cantik itu akan memberikan hadiah, entah itu berupa mainan atau permen kepada pasiennya. Hal itu dilakukan sebagai bentuk rasa bersalah dan perhatian Edeline. Bersama Lina—yang menjadi p
~ Beberapa bulan kemudian ~Aktivitas Edeline menjadi terbatas sejak memasuki usia kehamilan matang. Wanita cantik itu tidak bebas bergerak karena mengalami keluhan dari kehamilan mengandung anak kembar. Kakinya membengkak sejak memasuki usia 30 minggu. Kondisi itu semakin memprihatinkan saat kini—kehamilan Edeline telah memasuki usia 37 minggu.Bukan hanya keluhan itu dirasakan oleh Edeline. Setiap malam Edeline cukup tersiksa pada betisnya yang kram. Sebuah pijatan di kedua betisnya menjadi penghibur terbaik yang Edeline terima. Pinggangnya sering sakit, seperti akan patah.Ritme pernapasan pun ikut terganggu karena kondisi perut Edeline yang membesar karena mengandung dua anak-anaknya yang tumbuh baik dan sempurna. Tidak usah ditanya bagaimana kualitas tidur Edeline. Wanita cantik itu sudah tak lagi bisa tidur nyenyak sejak usia kehamilan 28 minggu.Namun, semua keluhan itu tidak mengurangi antusias Edeline menyambut kelahiran kedua anaknya. Wajah cantiknya selalu berseri-seri, au
Setibanya di apartemen, Alex langsung menidurkan Asha yang sudah lelap dalam dunia mimpi. Seperti biasa—tanpa canggung Alex mengganti pakaian putri kecilnya itu dengan piyama yang menghangatkan.Sikap sigap Alex sangat membantu Sarah. Sejak Asha hadir di hidup mereka, keduanya kompak bekerjasama dalam kehidupan rumah tangga maupun pekerjaan. Seperti yang sudah terjadi, Alex tak sungkan mengambil peran Sarah. Dengan senang hati Alex memperhatikan putri mereka ketika Sarah membersihkan diri dan mengganti pakaian.Sarah sendiri sudah tulus menatap Alex. Hatinya masih diselimuti perasaan yang sama, bahkan saat itu perasaan cinta semakin memenuhi jiwa. Batinnya tak henti-henti merasa bersyukur memiliki pria yang sangat peduli itu. Alex selalu menomorsatukan Sarah dan Asha. Kebahagiaan dan kenyamanan keduanya merupakan prioritas utama.Samar-samar Sarah berpikir, jika saja waktu itu takdir tidak mendorongnya pada Alex entah bagaimana Sarah saat ini.“Biar aku yang berganti memindahkan Asha
Hunian mewah di depan mata ditatap tak berkedip oleh Edeline. Dia benar-benar tidak menyangka Elvis akan membawanya dan Shopia ke hunian mewah yang akan menjadi tempat tinggal baru mereka.Hunian mewah itu terlihat berbeda dari rumah Elvis. Lebih tepatnya itu adalah mansion mewah berlantai dua yang berdiri di tengah-tengah lahan luas, berdiri di tengah-tengah halaman yang dilengkapi tanaman beserta pepohonan hijau menyejukkan.“Ini hadiah pernikahan dari diriku,” Elvis berbisik lembut.Edeline tersentak dari rasa takjubnya, kemudian menoleh pada Elvis. “Kapan kau menyiapkan ini? Aku sampai tidak tahu!”“Saat sibuk menyiapkan pernikahan kita, aku sudah membeli mansion ini. Aku langsung minta merenovasi beberapa sudut dan baru selesai bulan lalu. Furniture dan yang lainnya sudah tersedia sehingga kita bisa pindah ke sini secepatnya.”Sungguh, Edeline tidak bisa menyembunyikan rasa kagumnya pada Elvis. Suaminya itu selalu memiliki cara membuat Edeline terkejut bahagia. Sayangnya, ada kek
Setelah selesai menjalani pemeriksaan USG, Edeline beranjak turun dari ranjang dengan dibantu oleh Elvis. Dia dirangkul mesra oleh Elvis saat bersama duduk pada kursi kosong di depan dokter wanita itu.“Syukurlah tidak ada keluhan atau kondisi yang mengkhawatirkan pada kehamilan Edeline. Baik Edeline dan kedua anak kalian tumbuh dengan sehat.” Leyla—dokter wanita itu menyampaikan hasil pemeriksaan pada Elvis dan Edeline. “Aku akan meresepkan beberapa vitamin dan obat untuk Edeline. Jangan lupa untuk rutin mengkonsumsi susu ibu hamil,” sambungnya yang tertuju hanya pada Elvis.Elvis berdecih ringan. “Aku adalah dokter! Sudah pasti aku tahu apa pun yang baik dikonsumsi untuk istriku.”“Kalau kau memang dokter, kau harusnya tahu apapun yang baik untuk tubuhmu! Bukan meminum alkohol dengan perut kosong! Bergadang semalaman hanya demi hal yang tidak penting,” balas Leyla dengan ekspresi mencela nyata.Edeline tampak kebingungan melihat Elvis dan Leyla yang bereaksi akrab seperti sudah lama
Edeline telah bergoyang di atas Elvis. Wajahnya yang merona merah terlihat seksi, sangat erotis seperti pinggulnya yang bergoyang-goyang mengocok kejantanan Elvis yang terbenam sempurna di surgawinya.Posisi itu sangat sempurna, membuat Edeline kelimpungan dalam kenikmatan yang memanjakan nafsu. Jemarinya pun tidak dibuat menganggur. Edeline sudah meremas dada bidang Elvis sembari berpegangan di sana.Elvis sendiri sudah berkali-kali memuji Edeline yang memiliki perkembangan dalam bercinta. Pria itu terpesona menatap Edeline yang telah bergerak naik-turun menimbulkan dan menenggelamkan kejantanan Elvis di lubang intimnya. Dalam benaknya Elvis benar-benar tidak menyangka akan mendapatkan kebahagiaan erotis seperti itu.“Nikmat, Sayang. Nikmat sekali,” erangnya memuji sembari meremas gemas pinggul Edeline.Elvis benar-benar sudah tidak tahan. Dia sudah sedikit frustrasi oleh birahi terdorong dalam puncak klimaks. Akan tetapi, Elvis belum mau cepat-cepat menyudahi kenikmatan itu. Tidak a
~ Lima bulan kemudian ~Dari duduknya di tepian ranjang tidur, pandangan kedua mata Edeline terlempar ke arah jendela ketika mendengar suara mobil di depan kediaman mewah itu. Kedua kakinya bergegas mendekat ke arah jendela, mengintip dari balik tirai untuk memastikan seseorang yang tiba di bawah sana.Bibir wanita cantik menipis oleh senyuman manis yang terulas, sementara matanya telah berbinar bahagia melihat seseorang yang tiba itu adalah Elvis. Suaminya itu baru saja kembali dari kepentingan bisnis di Amerika. Sudah lima hari mereka terpisah jarak. Selain itu, tepat di tengah malam itu adalah momen hari kelahiran Elvis.Lebih dahulu Edeline menyimpan sebuah benda seperti sebuah stik di laci meja nakas, lalu setelahnya Edeline bergegas keluar kamar untuk menyambut kepulangan suami tercinta.Di depan kamar ternyata Shopia telah menanti kehadiran Edeline. Keduanya telah bekerja sama memberikan kejutan ulang tahun pada Elvis. Beruntung saat itu Liz ikut andil membantu Edeline dan Shop
Cincin berlian yang melingkar cantik di jari manis masih terus Edeline pandangi. Edeline merasa seperti bermimpi. Ah, tidak! Edeline tidak pernah memimpikan akan mendapatkan hal semanis dan mewah seperti yang didapatkan.Namun semuanya terlalu mustahil untuk dinyatakan sebagai mimpi. Pria yang memeluknya dari belakang telah menyadarkan Edeline. Gadis itu tak bisa memberontak pada Elvis menciumi lekukan lehernya. Matanya terpejam, Edeline tak lagi fokus pada cincin berlian. Melainkan pada Elvis yang menghujani lekukan leher Edeline dengan ciuman sensual.“Aku merindukanmu. Jangan takut padaku, Edeline,” Elvis berbisik menggoda di telinga Edeline.Edeline tak takut, karena dia telah percaya pada Elvis. Dia juga sudah menduga akan berakhir seperti itu setelah Elvis mengajak dirinya beristirahat di kamar yang sama.Elvis menuntun Edeline untuk beralih ke ranjang tidur. Dengan cara yang sama pula Edeline didudukkan pada tepian ranjang tidur. Namun anehnya, Elvis memilih berlutut di hadapan
Mata cokelat Eva tak bisa menyembunyikan kekecewaan mendalam melihat hanya Elvis dan Shopia saja yang datang ke Edinburgh. Eva begitu tak mempercayai Edeline yang tidak ada, sampai-sampai dia fokus menatap ke arah pintu mobil Elvis demi mengharapkan kehadiran Edeline.“Edeline tidak ikut bersama kami, Mom.” Elvis menyadarkan Eva yang mencari-cari Edeline. “Edeline sedang berada di London. Dia memiliki urusan di sana,” jelas Elvis.“Sebaiknya kita masuk ke dalam jika ingin berbicara serius. Salju semakin turun dengan deras, udara dinginnya tidak baik untuk Shopia.” Peter menginterupsi istrinya yang sudah membuka mulut. Pria itu sudah fokus pada Shopia yang berada di gendongannya.Eva segera menyetujui dan membiarkan semuanya masuk ke dalam mansion mewah itu. Dia mengajak suami, anak beserta cucu kesayangannya untuk menghangatkan tubuh di ruangan santai keluarga.“Apa Edeline masih bersedih?” Eva mencecar Elvis yang baru saja duduk di sofa. Dia mengabaikan putranya yang cukup lelah mene