Pagi hari di kediaman keluarga Kartanagara. Raden Wisnu sedang duduk di beranda sambil membaca koran di temani secangkir teh dan beberapa biskuit di piring. Bisma juga berada disana membaca koran juga. Bisma melihat artikel yang meliput tentang kebersamaan Lingga dan Azalea di pesta ulang tahun perusahaan kemarin malam. Raden Wisnu rupanya belum membaca artikel itu.
"Romo, gadis yang bersama Kakak di artikel ini sangat cantik ya?" ucap Bisma kepada Romonya. Ia sengaja berkata seperti itu agar Romonya tahu bahwa Kakaknya sedang dekat dengan seorang wanita.
Raden Wisnu langsung berhenti membaca dan mencari artikel yang sedang dibicarakan oleh Bisma. Gadis berbaju pastel yang sungguh memang sangat cantik, tidak kalah oleh ketampanan Lingga. Raden Wisnu tentunya juga tahu bahwa putra pertamanya tidak bisa sembarangan dekat dengan wanita. Lingga berdiri begitu dekat sesekali dengan Azalea.
"Sekretarisnya?" cetus Raden Wisnu.
"Aku baru tahu Lingga memiliki Sekr
Lingga sudah berdiri di atas panggung, di sampingnya berdiri juga Paman Pram. Para tamu VIP duduk di kursi paling depan. Keluarga Kartanagara juga duduk disana. Para wartawan berkumpul dan tidak berhenti memotret setiap momen yang terjadi hari itu. Azalea berdiri di samping panggung, siap dengan apapun yang Lingga butuhkan. Anak - anak dari panti asuhan yang menerima undangan duduk di belakang para tamu VIP."Selamat datang di real estate terbaru kami, terima kasih atas partisipasinya telah menghadiri undangan pembukaan real estate ini, pada awalnya tempat ini hanyalah sebuah lembah yang memiliki pemandangan alam yang cantik, setiap kali saya kesini saya merasa begitu tenang dan damai, karena itu saya terinspirasi untuk membangun tempat ini, saya ingin membuat orang lain juga merasakan ketenangan dan kedamaian yang saya rasakan. Untuk membangun tempat ini bukanlah hal yang mudah, jalanan yang buruk tanpa penerangan, lembah yang curam, butuh kerja keras untuk membangum t
Di meja makan yang besar telah terhidang berbagai makanan yang terlihat lezat. Namun itu tidak membuat hatiku yang gugup menjadi tenang. Raden Wisnu duduk di kursi utama dengan Ibu Prameswari berada di sebelahnya. Di sisi lain Raden Wisnu adalah Paman Pram. Aku dan Lingga duduk di samping Paman Pram. Bisma duduk di sebelah Ibu Prameswari tepat di hadapan Lingga."Tadi belum sempat berkenalan karena acara pembukaan dimulai, siapa namamu Ndok?" tanya Raden Wisnu kepadaku."Nama saya Bunga Azalea, Bapak bisa panggil saya Azalea," jawabku dengan tersenyum ramah. Tapi sebenarnya hatiku gugup."Bagaimana rasanya menjadi Sekretaris Lingga?" tanyanya lagi."Suatu kehormatan bagi saya untuk menjadi Sekretaris Pak Lingga," jawabku lagi lembut dengan senyum yang tidak pernah lepas.Di depanku Bisma terus melihatku dengan senyumnya yang menyeringai. Sebenarnya aku sangat tidak nyaman sekali dengan tatapannya. Apalagi jika mengingat tentang kejadian malam itu.
Hey, kamu kenapa diam saja? Aku sampai merindukan suaramu karena kamu diam terlalu lama" ucapku sambil memegang tangannya."Kamu tidak takut padaku?" tanya Lingga."Takut kenapa?" tanyaku balik."Aku orang gila yang memiliki gangguan kepribadian," jawabnya."Berarti kamu orang gila terbaik di dunia, mana ada orang gila yang terus membantu orang? Mana ada orang gila yang selalu memikirkan orang lain?" jawabku."Kenapa kamu tidak terkejut? Aku bisa saja melukai dirimu, aku tidak mengerti rasa sakit," ucapnya."Tapi kamu mengerti bagaimana cara membuat orang lain tidak susah, kamu yang sekarang tidak pernah melukaiku, kenapa aku harus takut? Kamu sendiri juga berjanji akan selalu melindugiku. Dengar.. aku sudah tahu semuanya," jawabku membuat Lingga terkejut."Kamu tahu? Bagaimana bisa?" tanya Lingga."Saat aku pingsan, kamu membawaku ke kamarmu, saat itu aku tidak sengaja menemukannya di sela - sela buku," jawabku."Itu su
Aku semakin terkejut dan bingung, apa yang sedang terjadi? Bagaimana aku dan Lingga mengalami mimpi yang sama?"Pak Lingga, percayalah, aku mengalami hal yang sama denganmu, aku juga bermimpi yang sama denganmu," ucapku membuat Lingga juga terkejut."Bagaimana bisa?" tanya Lingga."Apa gadis yang mirip denganku itu bernama Utari? Apa laki - laki yang mirip denganmu itu bernama Raden Arya? Apa laki - laki yang mirip Bisma itu bernama Raden Admaja?" tanyaku dengan menggebu."Ya, benar sekali," jawab Lingga yang terlihat jelas sangat tertegun."Bagaimana bisa? Ini gak masuk akal, bahkan otakku yang pintar ini tidak bisa mencernanya," ucap Lingga."Hmm.. ya, aku juga. Awalnya kupikir itu hanya mimpi biasa," jawabku."Bahkan Raden Arya itu juga menyukai Bunga Azalea, sama persis sepertiku, dan Raden Admaja itu sama menyebalkannya dengan Bisma, ini sungguh aneh," Lingga terus saja bergumam."Lalu, bagaim
Di ruangan Lingga Azalea melihat barang - barang di sana sudah berantakan. Lingga membanting dan melempar barang - barang untuk meluapkan emosinya. Azalea juga terkejut dengan penampilan Lingga yang acak - acakan."Kamu kenapa?" tanya Azalea. Lingga masih duduk di sofa tidak menjawabnya."Hey, kamu kenapa?" tanya Azalea lagi sambil memeluk Lingga.Lingga membalas pelukan Azalea dengan erat. Nafasnya begitu berat hingga Azalea bisa merasakan hembusan di dadanya."Tenanglah, ada aku disini, apa ini semua karena Bisma? Kamu bertemu dengan Bisma?" tanya Azalea."Apa kamu bertemu dengannya? Kamu tidak apa - apa?" tanya Lingga balik memegang wajah Azalea dengan kedua tangannya."Ya, aku baik - baik saja, tapi tadi Bisma mengatakan sesuatu padaku.""Dia memanggilku dengan nama Utari," jawab Azalea membuat Lingga terkejut."Bagaimana dia bisa memanggilmu dengan nama itu?" Lingga juga sama bingungnya dengan Azalea."Entahlah, itu
"Saya menjalankan bisnis keluarga saya Romo," jawab Arum."Kamu pebisnis juga yaa? " sahut Ibu Prameswari."Waaahhh.. cocok sekali dengan Kak Lingga, dia juga pebisnis yang hebat, kamu juga tahu kan Arum? " sahut Bisma. Lingga langsung melihat ke arah Bisma. Tapi Bisma malah tersenyum menyeringai."Iya, saya tahu, siapa yang tidak tahu? Saya sangat mengagumi Lingga," ucap Arum."Arum, sepertinya kamu wanita yang baik, kamu juga wanita modern yang maju dan kamu juga memiliki wajah yang cantik tapi maaf! Aku adalah orang yang berbicara terus terang, aku tidak suka berbasa - basi, aku tidak tertarik padamu, sama sekali tidak tertarik, kuharap kamu bisa mengerti dan percayalah kamu akan menemukan laki - laki yang lebih baik dari aku!" ucap Lingga begitu terus - terang membuat Arum terdiam dan tersenyum sendu."Lingga, kamu kenapa berbicara begitu Nak? Kamu belum mengenal Arum, coba mengenal Arum lebih jauh lagi sebelum memutuskan!" sahut Ib
Lingga berada di kamarnya, membaca buku milik Paman Prameodya. Buku itu bertuliskan huruf Palawa menggunakan bahasa Sansekerta. Di tulis di lembaran kertas kuno berwarna coklat yang rapuh. Lembar per lembar dibaca oleh Lingga.Cinta itu tidak pernah salah, walaupun tempatnya tidak tepat. Siapa yang bisa mengatur hati? Bahkan jika seribu aturan dibuat, di hati tetap tidak ada aturan. Cinta lebih tinggi dari kasta. Di dalamnya tidak ada strata.Para manusia sendiri yang memberi kasta untuk cinta. Kala Bunga Azalea merah muda bermekaran. Suara seorang gadis tertawa menggema dalam istana. Aku tertarik oleh suaranya. Kucari dari mana suara itu berasal. Di tengah - tengah taman Bunga Azalea merah muda. Seorang gadis bergerak menciumi Bunga yang bermekaran itu dengan tawa. Entah bunganya yang indah atau gad
"Utari, maafkan aku, aku tidak bisa melindungi cinta kita, aku berjanji padamu di kesempatan lain aku akan lebih berani, aku akan menjadi keras dan melindungi cinta kita, aku mencintaimu Utari," ucap Raden Arya tersenyum dan meneteskan air matanya. Wajahnya begitu sendu dan sedih. "Aku juga mencintaimu Raden Arya," jawab Utari dengan tersenyum sendu. "Aku tidak mengertii.. akkuuu.. tidak mengerti...," gumam Raden Admaja kemudian pegangan tangannya terlepas dan Raden Arya bersama dengan Utari jatuh ke dalam jurang. Raden Admaja terus melihat Kakang Masnya yang jatuh bersama dengan cintanya. Raden Arya juga melihat wajah adiknya yang menangis melihat ia jatuh. "Haaahhhh... hahhh.. haahhh.." Lingga bangun dari mimpinya ia begitu terkejut mengingat mimpi yang seolah nyata itu. Jantungnya berdetak tidak beraturan. Lingga mengambil air minum yang ada di mejanya. Ia sudah tahu bahwa itu adalah akhir dari Raden Arya dan Utari, itu tertulis di buku yang ia bac
Saat pagi bersinar dengan begitu cerahnya. Lingga masih tertidur pulas setelah semalaman berjuang dengan pergulatan cinta yang tidak pernah membuatnya bosan.Srengg.. srengg.. srengg.. Suara Azalea sedang memasak makanan untuk sarapan. Aroma harum menyebar di seluruh ruangan hingga membangunkan Lingga dari tidur pulasnya.Lingga membuka matanya, meraba tempat di sebelah dengan tangannya. Tidak ada Azalea disana. Dari luar terdengar begitu berisik suara orang sedang beraktifitas. Lingga keluar untuk melihat apa yang sedang di lakukan Istrinya tersebut.Lingga berdiri bersandar di tembok melihat Istrinya sedang memasak sesuatu untuk mereka. Begitu berisik dan rumit. Namun ternyata itu hanyalah nasi goreng, tapi karena koki yang membuat itu adalah Azalea, maka bagi Lingga nasi goreng itu adalah nasi goreng paling special di dunia."Rajin banget sihh Istriku," ucap Lingga mengagetkan Azalea yang tengah fokus memasak."Ehhh.. sayang,&n
"Sabar Pak Bos!" kata Azalea."Sudah bukan Pak Bos lagi, aku kan sudah jadi orang biasa, mulai sekarang panggil aku SAYANG, harus!" sahut Lingga."Waahhh.. bukan Pak Bos tapi tetap memerintah.""Gak peduli, gak dengar," balas Lingga memalingkan wajah berpura - pura tidak mengerti. Azalea tertawa melihat tingkah Lingga yang lucu itu. Tidak lama setelah itu pelayan membawa makanan yang telah mereka pesan."Yeaahhh.. akhirnya datang. Mas lama banget sih, aku ini mau buru - buru menyelesaikan tugas penting," ucap Lingga kepada pelayan. Azalea mencubit tangan Lingga."Maaf Pak, pesanannya masih antri dimasak," jawab Pelayan itu sopan."Gak apa - apa Mas, jangan di dengerin!" sahut Azalea dengan tersenyum.Setelah itu, pelayan itu pun pergi. Lingga memakan makanannya dengan sangat lahap dan terus senyum - senyum sendiri sambil melihat Azalea."Apaaa sih?" Azalea menatap heran."Hmm.. cepat makan makananmu terus kita pulang!" j
Di dalam rumah Azalea yang sederhana. Azalea sedang membersihkan sisa - sisa make up di wajahnya. Ia menaruh bunga melati hiasan dari sanggulnya itu di salah satu sudut meja riasnya sehingga aroma bunga itu menyebar mengharumkan seisi ruangan menjadikan kamar itu layaknya khas kamar pengantin baru. Lingga sudah beberapa kali melirik Azalea dengan senyum mesumnya yang khas. Ia melepas dasi kemudian jaz dan mengganti pakaiannya dengan kaos polos berwarna putih dan celana kain yang nyaman saat dipakai untuk bersantai. Lingga sedang duduk di belakang Azalea saat Azalea selesai menghapus riasan wajahnya dan akan mengganti bajunya. Azalea mengambil baju di lemarinya kemudian berjalan menuju kamar mandi."Azalea, kamu mau kemana?" tanya Lingga."Ganti baju lah, gak nyaman terus memakai baju ini Lingga," jawab Azalea dengan sederhana."Ganti baju dimana?" tanya Lingga lagi."Di kamar mandi lahh... kan ada kamu," jawab Azalea terus masuk ke dalam kamar mandi.
"Apa kamu bersedia hidup dengan sederhana bersamaku?" tanya Lingga."Aku tidak apa - apa hidup sederhana, aku terbiasa dengan itu tapi kamu kan tidak" jawab Azelea."Maaf karena aku tidak bisa memberimu hidup yang mewah tapi aku berjanji akan memberimu hidup yang baik dan aku sangat mencintaimu, karena itu hanya dengan bersamamu saja hidupku sudah indah, aku tidak membutuhkan apapun lagi," Lingga berkata dengan senyum bahagia.Semua yang ada disana mendengarkan pembicaraan Lingga dan Azalea. Bisma dan Arum terkejut dengan keputusan yang dipilih oleh Lingga. Bisma akhirnya mengerti kenapa Raden Arya dan Utari memilih jatuh ke jurang bersama - sama. Karena mereka tidak bisa hidup jika mereka terpisah. Cinta dalam hati mereka begitu kuat dan penuh. Hingga tidak ada yang lebih penting selain bersama dengan orang yang dicintainya.Wajah Raden Wisnu begitu datar mendengar percakapan Lingga dan Azalea, ia sudah membaca kisah antara Raden Arya dan Utari. Te
"Lakukan apapun yang membuat hatimu lega namun jangan pernah meninggalkan keluargamu, kamu tahu kan bahwa tidak baik meninggalkan keluarga sendiri, seburuk apapun mereka, mereka tetaplah keluarga," ingat Azalea."Aku tidak meninggalkan mereka, aku hanya tidak ingin bersama dengan mereka," jawab Lingga.Tringgg.. tringg.. tringg..Suara handphone Lingga berbunyi. Sebuah panggilan dari Raden Wisnu."Halo, Romo," Lingga berkata dengan nada yang begitu datar."Halo Lingga anakku, aku tahu engkau tengah bersedih tapi bisakah kamu datang untuk makan bersama nanti malam," ucap Raden Wisnu dalam telponnya."Aku tidak ingin Romo," jawab Lingga."Ini sebuah perintah, bukan permintaan, jadi nanti malam datanglah kerumah untuk makan malam bersama" balas Raden Wisnu memerintah."Jika begitu maka aku akan mengajak Azalea bersamaku," Lingga berkata dengan tegas."Terserah padamu, yang penting datanglah nanti malam!" Raden Wisnu lalu menu
Setelah kepergian Paman Pram, keluarga Kartanagara menjadi dingin. Tidak ada mulut yang bersuara, Lingga tidak kembali ke rumahnya setelah acara pemakaman Paman Pram selesai. Selama beberapa hari ia berada di rumah Azalea. Lingga berpesan pada Romonya bahwa ia ingin menenangkan diri, ia begitu sedih dengan kepergian Paman Pram. Begitu juga dengan Raden Wisnu, adik satu - satunya yang selalu ia perintah dengan seenaknya, adik yang tidak pernah diperhatikan keadaannya. Yang Raden Wisnu tahu hanyalah bisnis keluarga berjalan lancar. Nama keluarga Kartanagara begitu tersohor. Ia tidak pernah berpikir bagaimana adiknya menjalani hidup, bagaimana anaknya menjalani hidup? Raden Wisnu yang mentitipkan Lingga kepada Raden Pramoedya dengan alasan agar Raden Praoedya tidak merasa kesepian karena tidak memiliki istri dan tidak memiliki anak.Kini semua kasih sayang Lingga tertuju pada Raden Pramoedya. Untuk Raden Wisnu hanyalah bentuk rasa hormat antara anak kepada Ayahandanya.Ra
"Kalau aku lepaskan kesitu, Azalea jatuh Kakak. Kakak cepatlah kesini, kau harus melihatku saat bersama dengan cintamu ini," Bisma berkata dengan tertawa. Azalea terlihat menangis. Bisma menutup mulut Azalea dengan lakban."Kakak, aku berada di salah satu gedung milik kita, kau bisa lihat kan aku berada dimana?" Bisma memperlihatkan sekelilingnya agar Lingga tahu tempat dia berada.Lingga langsung mengetahui keberadaan Bisma. Lingga segera menelpon Paman Pramoedya untuk memberitahu keberadaan Bisma."Haloo, Paman Pram, Bisma ada di atap gedung C milik kita, sekarang aku sedang menuju kesana." ucap Lingga lalu menutup telponnya dan segera mengendarai mobil dengan cepat. Lingga begitu khawatir karena Bisma membawa Azalea di tempat ketinggian. Lingga sungguh khawatir bahwa Bisma akan menjatuhkan Azalea ke bawah seperti pada Utari.Tidak lama Lingga menyetir ia sudah sampai di gedung C, segera ia berlari menuju atap. Tidak lama juga setelah itu Paman Pram jug
"Bagaimana mungkin itu terjadi? " gumam Azalea. Dan jika itu benar maka kita...?" ucap Azalea berhenti kemudian ia menangis.Lingga mengecup bibir Azalea sekilas."Tidak, itu tidak akan terjadi, aku akan melindungimu, aku memintamu untuk berani kali ini, jika ada sesuatu terjadi langsung carilah aku atau Paman Pram!" pinta Lingga."Sudah, sekarang kita harus berangkat kerja, tenanglah, semua akan baik - baik saja," ucap Lingga lagi lalu mereka berdua berangkat ke kantor. Setelah sampai di kantor, rupanya Paman Pram sudah berada disana lebih dulu."Selamat pagi Paman Pram," sapa Azalea dengan senyum yang sendu."Selamat pagi Azalea, apa kamu baik - baik saja?" tanya Paman Pram."Ya Paman, aku baik - baik saja," jawab Azalea dengan pelan."Dengar Azalea anakku, jangan takut! Paman akan menjagamu dan juga Lingga," ucap Paman Pram dengan senyum yang lembut.Azalea tersenyum dan mengangguk."Jika begitu apa yang perlu aku khawati
"Utari, maafkan aku, aku tidak bisa melindungi cinta kita, aku berjanji padamu di kesempatan lain aku akan lebih berani, aku akan menjadi keras dan melindungi cinta kita, aku mencintaimu Utari," ucap Raden Arya tersenyum dan meneteskan air matanya. Wajahnya begitu sendu dan sedih. "Aku juga mencintaimu Raden Arya," jawab Utari dengan tersenyum sendu. "Aku tidak mengertii.. akkuuu.. tidak mengerti...," gumam Raden Admaja kemudian pegangan tangannya terlepas dan Raden Arya bersama dengan Utari jatuh ke dalam jurang. Raden Admaja terus melihat Kakang Masnya yang jatuh bersama dengan cintanya. Raden Arya juga melihat wajah adiknya yang menangis melihat ia jatuh. "Haaahhhh... hahhh.. haahhh.." Lingga bangun dari mimpinya ia begitu terkejut mengingat mimpi yang seolah nyata itu. Jantungnya berdetak tidak beraturan. Lingga mengambil air minum yang ada di mejanya. Ia sudah tahu bahwa itu adalah akhir dari Raden Arya dan Utari, itu tertulis di buku yang ia bac