BUNDA PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 9. **Jangan lupa subscribe dan tinggalkan jejak ya PoV RaisaMas Emran datang tergopoh. Dia memberikan informasi kalau Liana sakit, terjatuh dan keguguran. "Raisa, tolong pinjamkan Mas uang. Kasihan Liana. Dia pendarahan. Bukankah sesama wanita harus saling tolong menolong," katanya memelas dan datang padaku. "Kenapa kamu datang padaku? Kamu harusnya mikir, Mas. Dia itu maduku. Kamu k a w i n diam-diam dan aku gak setuju. Kamu bahkan lebih peduli padanya dari Rindu!" "Raisa, tak baik menyimpan dendam. Liana sakit dan harus segera di tolong!" kata Mas Emran dengan suara cukup keras. "Terus, anakku gak sekolah lagi aku harus diam. Dia di suruh ngemis aku juga harus diam. Kepalanya di pukul dan di benturkan aku juga harus diam!" kataku menatap Mas Emran sengit. "Raisa, kamu dengar itu dari siapa? Pasti Reyhan yang bicara bukan-bukan padamu. Keterlaluan sekali dia berbohong. Kamu jangan percaya padanya!" dusta Mas Emran. Aku mencibir perkataan
"Aku mendukung kamu, Raisa. Perbuatannya udah keterlaluan. Anak-anak kamu pasti mengalami trauma. Aku berharap Rindu segera sembuh, segera sadar. Begitu pula Reyhan bisa ceria seperti dulu lagi karena mereka juga masih anak-anak, masih membutuhkan kasih sayang. Jika mengalami kekerasan, mungkin dampaknya akan panjang, apalagi masalah psikisnya," ucap Lastri mendukungku. "Iya, Lastri. Aku sudah memikirkan semuanya dan aku berharap masalah ini segera selesai. Aku juga nggak mau anak-anak ku mengalami trauma berkepanjangan." Entah kenapa aku ingin mengunjungi Liana. Bukankah dia berada di rumah sakit yang sama dengan Rindu. Tak ada salahnya aku mengunjungi dia. Aku pun meminta Lastri untuk menunggu sebentar di sini. Reyhan di sini saja bersama Lastri. Aku bergegas ke ruangan di mana Liana dirawat. Ku lihat tidak ada Mas Emran di sana. Dia sendirian. Kayaknya dia benar-benar sakit akibat pendarahan. Mungkin benar keguguran. Aku menatap wanita itu lebih dekat. Ada beberapa orang juga y
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 10.**PoV Raisa.Aku tersentak mendengar pernyataan dokter tentang kondisi Rindu. Aku tidak menyangka kondisi anakku bisa seperti ini. Kenapa Rindu bisa seperti ini? Apa yang terjadi sebenarnya? Siapa yang melakukan tindakan ini kepada dia?Pertanyaan ini bermain-main di kepalaku. Aku nggak terima anakku diperlakukan layaknya bi-na-tang yang tidak berharga. Dia manusia, dia adalah seorang anak kecil yang belum tahu apa-apa. Usianya baru 8 tahun sebentar lagi dia ulang tahun yang ke-9 tahun. Dia masih kecil dan tidak seharusnya menanggung derita yang sebesar ini. Dimana pikiran manusia-manusia yang memanfaatkannya?"Gak mungkin ... Gak mungkin ...." kataku histeris tak terima."Raisa, sabar ...." kudengar suara Lastri yang juga menangis mengatakan hal itu.Bagaimana mungkin aku bisa sabar Kalau kejadiannya begini. Orang lain belum tentu bisa sanggup mengatasi permasalahan yang kualami. Aku rasanya bagaikan ditipu oleh keluarga terdekat. Jauh-jauh
Aku, Lastri dan Reyhan datang ke Kantor untuk penyelidikan lebih lanjut. Semua ditanyakan Polisi, orang-orang yang terlibat. Lastri juga dimintai keterangan oleh Polisi, apa saja yang diketahuinya tentang Rindu. Bagaimana bisa Rindu masuk Rumah Sakit. Semua ditanya Polisi secara detail. Lastri menjawab apa saja informasi yang dia ketahui.Polisi juga bergerak untuk meminta keterangan dari Mas Emran. Mas Emran harus dimintai keterangan atas apa yang terjadi pada Rindu, anak kami.Aku tidak mengharapkan apa-apa. Aku hanya mengharapkan keadilan, keadilan Untuk anakku. Sudah terlalu banyak yang dirasakannya dan penderitaan yang dialaminya. Aku ingin semua ini cepat selesai dan siapa pelaku utama dan kronologinya seperti apa. Kenapa rindu bisa jadi seperti ini? Kenapa Rindu bisa mengalami kekerasan dan pe-le-cehan?"Terima kasih, Lastri. Kamu sudah benar-benar meluangkan waktu. Kamu mau turut andil dalam kasus Rindu dan kamu mau membantuku. Aku nggak tahu lagi, bagaimana caranya berterima
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 11.**PoV Author.Liana terkejut saat Polisi masuk ke ruang perawatannya. Kesalahan apa yang di lakukannya? Dia merasa tidak melakukan kesalahan apa-apa, jadi polisi tidak patut datang ke ruangannya.Namun, ketika polisi mengatakan maksud dan tujuannya datang ke ruang perawatan Liana. Wanita itu menelan ludah, dia kesal sekali. Pasti ini perbuatan Raisa. Raisa nekat lapor Polisi.Sebenarnya, Liana sudah punya rencana lain. Naas, dia celaka dan harus keguguran. Sekarang masih terbaring di Rumah Sakit."Tolong ibu ceritakan apa yang Ibu ketahui sebagai saksi karena kami ingin bertanya perihal masalah Rindu, katanya itu anak sambung Ibu. Dari keterangan Pak Emran, kalian menikah secara siri.""Saya gak tau apa-apa, Pak. Saya masih sakit. Kenapa bertanya itu pada saya.""Mohon maaf sebelumnya, Bu. Kasus ini sudah viral bahkan juga sudah melibatkan komisi perlindungan Anak Indonesia. Jadi kami harus bertindak cepat karena masyarakat juga bertanya tent
Dalam kondisi kesal, Liana pukul kepala Rindu beberapa kali dengan piring plastik sampai piring itu rusak, tak diam juga Liana pukul pakai gagang sapu dan terakhir dia benturkan ke tembok. Akhirnya gadis kecil malang itu tak sadarkan diri. Liana kaget.Saat itu Reyhan berteriak dan minta tolong warga lewat dan Rindu segera di bawa ke Rumah sakit. Liana kesal, harusnya dibiarkan saja mati begitu. Dia hukum Reyhan mengemis dan memukuli anak itu beberapa kali. Ketahuan Emran. Emran menyuruh Liana menyudahinya karena anaknya bisa mati kalau di pukul terus dan nasibnya sama dengan Rindu. Akhirnya Liana berhenti menghajarnya dan pasrah Rindu di rawat. Berselang beberapa waktu Raisa pulang dan tak sangka dia gatal-gatal kemudian harus keguguran.Liana gak masalah sih keguguran, anak ini juga bukan anak Emran. Tapi, anak Boni, pacarnya. Namun, kata Dokter ada infeksi di rahimnya yang harus di periksa lebih lanjut.Sekarang, Liana harus segera kabur dari Rumah Sakit. Dia gak mau ditangkap Poli
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 12.**PoV Raisa.Setelah menjual pakaian Mas Emran dan juga Liana. Aku kembali ke rumah, mengambil barang penting dan juga peralatan-peralatan yang akan dijualnya semuanya. Rindu butuh biaya yang lebih besar apalagi kasus ini sudah ditangani Polisi dan pasti membutuhkan biaya yang memang besar untuk menyelesaikannya. Aku bersyukur banyak pihak yang mau membantu sehingga lebih meringankan diriku."Raisa ...," kata Bu RT menyapaku, saat hendak masuk ke rumah. Aku menoleh memperhatikan bu RT yang melangkah cepat ke arahku. Kemudian kami saling bercerita satu sama lain. Sepertinya ada hal penting yang ingin disampaikannya kepadaku tentang kasus yang sedang bergulir saat ini. Aku juga ada hal yang ingin ku tanyakan kepadanya."Eh, Bu," kataku."Raisa. Bagaimana perkembangan kasus Rindu? Ibu sebenarnya datang ke sana cuma kemarin kamu lagi nggak ada dan ada Polisi jadi ibu takut, nggak jadi ke sana. Ibu doakan semoga kasus Rindu segera selesai. Kasihan
Tak berselang lama datanglah Bu Enya dan juga Lala. Aku terkaget mereka datang kemari. Mereka juga terkejut ketika melihat barang-barang sudah diangkut semuanya ke mobil bak terbuka. Bu Enya mertuaku mempercepat langkahnya."Raisa ... Apa yang terjadi semua ini? Kenapa semua barang-barang diangkut ke atas? Apa kamu mau pindahan?" tanyanya.Pindahan? Aku juga nggak sudi memakai barang-barang bekas Liana dan mas Emran."Aku menjual semuanya, Bu. Semua ku jual dan kujadikan uang untuk biaya pengobatan anakku!""Maksud kamu ini apa, Raisa? Kamu ini keterlaluan sekali. Ibu datang kemari karena disuruh Emran untuk mengambil pakaiannya. Gara-gara kamu Emran jadi ditahan dan ditetapkan sebagai tersangka atas kasus penganiayaan terhadap Reyhan dan Rindu. Apa kamu belum puas! Sekarang Emran nggak punya pakaian dan ibu harus membawakan pakaian buat dia. Jadi kalau seperti ini bagaimana?!" kata Bu Enya gak terima."Iya, Mbak. Kenapa kamu nggak ada rasa kasihan sedikitpun dengan mas Emran. Dia sek
Dahi Bu Husna berkerut ketika Arjuna mengatakan itu. Arjuna buru-buru mengubah mindset wanita paruh baya itu agar tidak berpikir macam-macam."Begini maksud saya, Bu. Namira beberapa kali main kemari dan juga belajar mengaji saya berpikir ingin Bu Raisa juga bisa mengajarkan anak Saya mengaji di rumah secara privat. Tidak rame-rame jadi ilmunya lebih sampai seperti itu makanya saya bertanya ke Ibu. Apakah dia berkompeten untuk mengajari Namira menurut pendapat Ibu bagaimana?" tanya Arjuna meringis."Oh begitu."Arjuna membuang napas kasar ketika Bu Husna sepertinya tidak salah paham dengan pertanyaan dan ucapannya."Alhamdulillah. Bu Raisa sungguh berkompeten apalagi Namira akrab sama dia. Dia juga suka membuat kue menjualkannya dan sebagian uangnya kadang diberikan kepada anak-anak Panti. Sebagian lagi akan diberikan Bu Raisa kepada putranya yang ada di pondok."Arjuna menganggukkan kepalanya Karena dia sudah tahu kalau Raisa punya anak di pondok pesantren seorang anak laki-laki yang
BUNDA PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 41.**PoV AuthorBerhari-hari Arjuna berpikir terus tentang mimpinya. Bukan cuma sekali saja mimpi itu datang tetapi sampai tiga kali. Dia heran kenapa dia harus bermimpi seperti ini. Pasti ada makna dalam mimpinya.Perasaan Arjuna gelisah. Entah kenapa dia ingin melihat seseorang yang bermain dalam mimpinya. Hari ini akan mengajak anaknya untuk mengunjungi Panti Asuhan. Sekaligus mencari tahu bagaimana perasaannya dan apa yang dirasakannya setelah beberapa kali mimpi seperti ini."Jadi Papa mau nemenin Nami lagi ke panti? Kenapa tiba-tiba Papa jadi suka ke Panti? Biasanya Papa nggak suka Nami sering-sering main ke sana?" tanya Nami penuh selidik."Iya sekarang Papa suka dan senang kamu main di sana. Ternyata di sana banyak memberikan dampak positif untukmu. Kamu jadi sering belajar, kamu jadi rajin mengaji tambah pintar dan tambah semangat," ucap Arjuna ke Namira sekaligus pengacak rambut Putri kecilnya itu."Serius hanya karena itu? Bukan karena
Dia merasa nggak enak anaknya nggak bisa lepas dari Panti dan selalu saja membicarakan Raisa. Apalagi memakan makanan Raisa dan tidak pernah membayar mungkin Raisa merasa di rugikan. Mereka juga kekurangan tapi harus berbagi. "Gak apa, Pak. Saya juga sedekahin. Bagi-bagi, alhamdulillah rezeki selalu lancar. Ada aja yang beli," kata Raisa."Terima kasih, Mbak. Anda sudah baik dengan anak saya," ucap Arjuna. Akhirnya mereka tiba di Panti. Raisa bersama Namira langsung bergandengan tangan masuk ke dalam Panti. Arjuna melihat pemandangan itu. Dia teringat ketika masih ada istrinya. Nami pasti sangat bahagia sekali dengan ibunya kalau masih hidup tapi sekarang dia juga terlihat ceria dengan perempuan bernama Raisa.Teringat perkataan Faisal kalau Raisa memiliki masa lalu yang kelam. Terpaksa datang kemari untuk melupakan anaknya yang menjadi korban kekerasan oleh suami dan selingkuhan suaminya.Arjuna memperhatikan kegiatan mereka seakan-akan dia nggak ada pekerjaan. Dia sudah menangguhk
BUNDA PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 40.**POV AUTHORRaisa sengaja datang ke pondok pesantren untuk mengunjungi anaknya. Dia juga membawakan makanan buat anaknya. Reyhan pasti senang dengan masakan yang dimasaknya.Raisa juga akan bercerita ke anaknya kalau dia sekarang sudah tinggal di Panti, sesekali hanya ke rumah sewa mereka karena memang belum habis sewanya. Nanti sewanya mungkin tidak akan dilanjutkan lagi. Raisa betah tinggal di sana. Dia merasa tidak sendirian lagi. Ada banyak orang yang menghiburnya. Ada anak-anak yang menyenangkan hatinya."Bunda ..."Reyhan menggunakan kopiahnya dan pakaian khas santri berjalan ke arah Raisa sambil tersenyum. Raisa juga mengulas senyum semringah menatap anaknya. Anaknya sudah semakin segar saja tidak seperti dulu yang terlihat layu ketika mereka menghadapi banyak masalah dan persoalan.Anaknya terlihat bahagia tinggal di pondok pesantren yang memang harganya cukup mahal. Tidak mengapa buat Raisa, dia akan bekerja keras dan menyisihkan tab
Faisal juga merasa nggak enak kenapa dia tiba-tiba jadi menceritakan masalah Raisa. Tapi memang itu apa adanya. Bosnya bertanya dan dia menceritakan secara gamblang saja. Sebenarnya Faisal juga males mau bercerita. Namun memang Raisa cukup akrab dengan anaknya. Faisal terbersit rasa tidak suka juga. Faisal juga nggak bisa memaksa hati Raisa untuk bisa menerimanya semuanya. Butuh waktu dan proses."Astaga saya sama sekali menyangka kalau ini yang terjadi dengan dia.""Begitulah, Pak, ceritanya. Tapi tolong jangan katakan ini ke Raisa dari saya karena dia pasti akan marah sekali kalau saya cerita masa lalunya. Dia kemari untuk melupakan segalanya. Tolong jangan buka luka lamanya lagi.""Iya tentu saja aku tidak akan bercerita secara gamblang ke dia. Tapi saya heran kenapa tiba-tiba dia ada di daerah ini. Kenapa bisa terpikir kemari? Mungkin dia punya saudara di sini?" tanya Arjuna."Saya nggak tahu dia punya saudara atau tidak. Saya juga nggak tahu kenapa dia tiba-tiba bisa bekerja di P
BUNDA PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 39.**PoV Author.Arjuna tidak konsentrasi bekerja seharian ini berpikir tentang ucapan Nami yang menjodohkannya dengan Raisa. Padahal selama ini anaknya itu tidak pernah menyukai siapapun wanita yang akan dijadikan mamanya. Tapi entah kenapa dengan Raisa tiba-tiba Nami klik saja dan ingin dijadikan mamanya.Selama ini ibu kandung Arjuna, Bu Ani, dia yang paling sering menjodohkan Arjuna dengan perempuan-perempuan pilihannya. Apalagi mamanya itu kan wanita sosialita. Jadi selalu saja mencari wanita yang akan dijodohkan dengan Arjuna. Walaupun putranya itu belum siap untuk menikah lagi.Arjuna adalah lelaki sibuk, ketika istrinya meninggal beberapa tahun yang lalu karena sakit. Arjuna memang belum membuka diri. Saat itu Namira masih kecil sudah kehilangan ibunya tetapi Arjuna jadi garda terdepan untuk mengasuh anaknya dibantu juga dengan mamanya dan pengasuh Namira. Walau terkadang sering lalai juga karena kesibukan di Kantor, tapi, Namira tidak pe
"Untuk apa kita harus selalu bertemu. Kita tidak punya hubungan apa-apa. Kita memang saling mengenal tapi hubungan kita tidak lebih dari memang saling mengenal. Tolong permasalahan dulu jangan kamu ungkit. Dulu aku memang menyukaimu tapi itu dulu. Sekarang semuanya udah berubah. Aku sudah mengubur segalanya. Aku juga tidak ingin menjalin hubungan dengan laki-laki manapun sekarang jadi tolong hormati dan hargai Aku!" kata Raisa serius. Raisa berlalu darinya. Faisal seakan-akan belum mengerti juga dengan ucapan yang keluar dari bibir Raisa. Dia terus berjalan di samping sang wanita mengejar langkahnya. "Raisa. Aku mengerti perasaanmu. Aku tahu kamu marah sekali. Baiklah mungkin kamu butuh waktu. Tapi kita masih bisa tetap berteman, 'kan?" "Untuk berteman sudah pasti kita memang masih tetap berteman tetapi tolong jangan meminta yang lebih. Aku meminta kamu menghargai perasaanku." "Ya, Aku akan terus menunggumu Raisa semoga hati kamu tidak terpaut ke laki-laki lain." Tidak mengurus p
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 38.**PoV Author Terpaksa Raisa ikut naik mobil dengan Arjuna dan juga anaknya, Namira. Ketika berada di mobil lelaki itu, Raisa merasa nggak nyaman sama sekali. Dia ingin bersama dengan yang lainnya naik bus saja. Mau bagaimana lagi. Nami selalu memaksa agar dia ikut bersama dalam mobil Papanya. Nami terlihat ceria. Beberapa kali dia bersandar di lengan Raisa dia juga menunjukkan foto-foto liburannya ke Raisa melalui ponsel Papanya. Raisa bersama Nami duduk di belakang sementara Arjuna dengan Faisal duduk di depan. rasa nggak nyaman itu terasa juga ketika Faisal beberapa kali melihat lewat kaca spion ke arah Raisa. Raisa benar-benar tidak menyukai Faisal. Faisal memaksa Raisa harus menerimanya lagi. Tapi, tidak masalah untuk sebuah persahabatan bukan untuk persoalan asmara sebab masa lalunya dengan Faisal sudah selesai. Dia tidak ingin menambah beban pikiran lagi. Raisa ingin melupakan semuanya tentang Faisal di masa lalu. Kematian Rindu mem
"Raisa ... tidak menyangka aku menemukan kamu lagi." "Mas, kamu kok ada di sini?" tanya Raisa bingung. "Aku diterima bekerja sebagai sopir pribadi Pak Arjuna." "Bukannya kamu kerja di desa?" tanya Raisa heran. "Ya, sebelumnya aku bekerja di desa tetapi ketika kamu pergi aku merasa hampa. Apalagi ada lowongan pekerjaan dan aku nekat saja pergi ke kota. Tak sangka bisa bekerja dengan Pak Arjuna dan akhirnya kita bertemu. Bagaimana kabar kamu, Raisa? Apakah baik-baik saja? Sekarang di mana anak kamu? Apakah dia sudah masuk pesantren? Masuk sekolah seperti yang kamu katakan?" tanya Faisal dengan banyak pertanyaan yang membuat Raisa pusing menjawabnya. "Iya, aku baik aja dan sekarang Reyhan sudah sekolah kembali. Aku menjadi jauh lebih tenang." "Syukurlah, Raisa. Sebagai orang tua kamu sudah menjalankan peran orang tua yang baik." "Siapa bilang aku sudah menjadi orang tua yang baik. Aku kehilangan putriku dan aku harus menerima semua ini. Ini semua luka yang harus dikubur dalam-dala