"Sedih banget Raisa. Kamu bakalan ninggalin aku. Tapi apapun itu. Kamu harus tetap kuat. Kamu pasti bisa melewati hal ini dengan baik aku akan mendukungmu.""Iya Terima kasih ya. Aku nggak bisa berada di tempat ini, ada banyak luka di sini dan aku harus mencari tempat baru, kehidupan baru untuk Reyhan dan yang terbaik untuknya.""Terus bagaimana kakak kamu? Apakah tahu dan dia mendukung kamu?""Mbak Rita tahu dan dia sebenarnya nggak mengizinkan. Dia menginginkan ku berada dekat dengannya saja. Aku harus memikirkan masa depan anakku dan kehidupan yang lebih baik setelah ini."Panggilanku dengan Lastri pun diakhiri. Lasri mengatakan kalau dia bakal datang ke sini dan mengantar kami ke stasiun.Kami sudah rapi kami hanya tinggal berangkat saja. Sebelum pergi, aku meyakinkan Reyhan untuk menyiapkan hati dan mental. Selain kehidupan kami berubah yang aku juga nggak tahu seperti apa. Aku akan mencari pekerjaan yang baik di sana.Aku yakin pasti ada pekerjaan yang baik untukku. Kalaupun tid
BUNDA PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 32. **PoV RaisaKulihat putraku yang tidak terlalu bersemangat menerima surat dari Mas Emran. Ketika kuberikan kepadanya dia mengambilnya juga dengan malas. "Rayhan. Tante tahu kamu masih marah sama Ayah. Tapi bagaimanapun dia tetap ayahmu. Maafkanlah dia karena Tante melihat dia juga menyesali perbuatannya." Lala berkata pelan dan hati-hati ke Reyhan. Reyhan menghela nafas panjang. Dia hanya diam saja tidak menanggapi. Aku tidak bisa memaksakan, apakah Reyhan harus memaafkan Mas Emran. Jujur saja aku yang tidak mengalami langsung kekejaman mereka, belum bisa memaafkan kelakuan Mas Emran. Bagaimana pula dengan dirinya yang mampu memaafkan kelakuan ayahnya. Urusan hati adalah persoalan Reyhan jadi aku tidak bisa memaksakan kehendaknya. Aku hanya orang tua yang akan selalu mendukung keinginan putraku. Butuh waktu untuk dirinya agar dia bisa keluar dari tekanan yang begitu besar. Jadi memang butuh waktu yang lama. Seberapa lama itu aku juga tid
Begitu sampai di sana. Aku melihat mantan ibu mertuaku terbaring lemah. Kata Lala dia stress menghadapi masalah keluarga. Ibu terkena tekanan darah tinggi dan beberapa hari yang lalu suhu tubuhnya panas. "La, kamu udah datang," katanya lemah sembari membuka matanya. Ketika mantan ibu mertua membuka matanya. Dia mungkin terkejut melihat kami semua sudah ada di ruangannya. Dia melihat aku, Lastri dan juga cucunya Reyhan. "Iya, Bu. Lala di sini. Sekarang kondisi Ibu kata dokter sudah jauh lebih baik. Tetapi Ibu nggak boleh banyak pikiran. Ibu harus banyak-banyak istirahat dan makan yang banyak supaya segera bisa pulang ke Rumah." Lala berkata lembut ke Ibunya. "Kenapa mereka ada di sini, La? Apakah kamu yang menyuruh Raisa datang kemari? Ibu nggak mau melihat dia. Gara-gara dia, kehidupan keluarga kita jadi berantakan. Emran dipenjara yang cukup lama dan gara-gara dia juga Emran melakukan tindakan pembunuhan ke orang lain. Semua itu hanya gara-gara Raisa. Pergi kamu, Raisa! Pergi!" ka
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 33. PoV Raisa. **Kami sudah berada di dalam kereta. Ku perhatikan putraku tertidur nyenyak, mungkin lelah dan banyak pikiran yang melanda dirinya. Aku meletakkan tanganku di kepala putraku sambil beberapa kali menepuknya dengan perlahan. Rasa sayangku begitu besar ke Reyhan. Hanya dia yang kumiliki saat ini. Saat ini aku masih bisa memeluknya, menciumnya layaknya seorang anak kecil. Tak terasa usianya sudah 12 tahun. Setelah nanti di khitan mungkin aku tidak bisa melakukannya lagi karena sebenarnya putraku sudah tumbuh remaja. Ada rasa kecewa sampai usianya 12 tahun tak teringat Mas Emran untuk meng-khitan Reyhan. Aku nggak tahu apa fungsi dia sebagai seorang ayah. Tapi sudahlah aku ingin melupakan semua jejak masa lalu berharap jejak itu memang benar-benar terhapus dari ingatan kami berdua. Pandanganku lurus dan aku teringat saat sebelum naik ke kereta ketika itu Faisal datang. Aku nggak tahu kenapa dia bisa datang dan mengejar kami sampai
Bunda ... Kenapa menangis?" tanya Reyhan membuyarkan lamunanku. Seketika aku menghapus buliran bening yang ada di pipiku secara kasar. "Enggak, Sayang. Bunda terharu bisa berjalan sejauh ini bersamamu. Bunda akan mendampingi Reyhan untuk mengejar cita-cita.""Terima kasih ya, Bunda. Karena sudah mau bersamaku dan mau melanjutkan pendidikanku lagi. Reyhan sangat menyayangi Bunda. Hanya Bunda yang kumiliki saat ini." "Iya, Nak. Setelah sampai kita harus cari klinik atau Rumah Sakit terdekat agar kamu bisa khitan. Setelah semuanya beres kamu akan jadi santri di pondok pesantren yang benar-benar bagus. Bunda mendukungmu, Nak," kataku mengulas senyum ke Reyhan. "Iya, Bun. Alhamdulillah akhirnya Reyhan bisa sekolah lagi."Kebahagiaan terpancar jelas dari wajah anakku. Aku juga bahagia kalau dia bahagia. **Tak terasa perjalanan kami cukup melelahkan. Akhirnya kami tiba juga di kota santri. Kota ini sengaja kupilih untuk tempat Reyhan menuntut ilmu. Di mana dia juga menyetujuinya, jadi a
BUNDA PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 34.**POV RAISA.Alhamdulillah gadis kecil ini tidak apa-apa. Aku sangat senang dan khawatir kalau terjadi apa-apa padanya, mobil tadi berlalu kencang dan aku menarik gadis kecil ini karena dia hampir saja tertabrak."Heh, mau mati kamu!" hardik sopir pribadi kesal.Dia marah-marah ke gadis kecil tersebut karena nyaris menabraknya kalau saja tertabrak, kasus ini bisa saja dibawa ke jalur hukum.Selama marah-marah dan meluapkan kekesalannya. Aku segera minta maaf. Aku mengatakan kalau dia masih kecil, pengendara itu dengan kesal lalu tancap gas meninggalkan kami."Kamu nggak apa-apa kan, Dek? Kamu baik-baik aja? Ada yang sakit atau seperti apa?" tanyaku bingung."Aku nggak apa-apa kok, Tante. Aku baik-baik aja. Makasih ya. Aku takut banget. Huhuhu ...," katanya menangis.Ku perhatikan gadis kecil itu lekat-lekat. Aku juga mengelus pundaknya agar dia tidak takut lagi. Dia benar-benar mirip Rindu, anakku."Rindu ...," cicitku.Gadis kecil itu mengela
"Nami tadi hampir kecelakaan, Nek!""Apa?!" Pandangan wanita paruh baya itu tajam padaku."Eh, siapa kamu? Kenapa masih berdiri di situ? Apa yang kamu lakukan kepada cucuku? Kamu mau melakukan tindak kejahatan kepadanya? Aku bisa melaporkan kamu ke Polisi biar kamu ditangkap Polisi sekalian!""Astaghfirullahaladzim, enggak kok, Bu. Tadi saya yang menarik Nami agar tidak ditabrak. Saya tidak melakukan apa-apa. Saya hanya berusaha menyelamatkan dia!""Bohong kamu! Mana aja penjahat mengaku. Kalau memang ada penjahat yang mengaku sudah penuh penjara. Sekarang kamu pergi dari sini sebelum aku berteriak agar kamu masuk penjara. Setidaknya kalau kamu tidak pergi juga dari sini orang-orang akan memukulimu!" katanya kasar padaku."Nenek nggak boleh bersikap seperti itu. Tante Raisa ini menyelamatkanku. Benar apa katanya. Aku tadi nyaris tertabrak setelah itu kita ngobrol-ngobrol sebentar. Tante ini kangen sekali dengan anaknya. Katanya wajahku mirip dengan anaknya!" Namira menanggapi dan beru
BUNDA, PULANGLAH KAMI TAKUT SAMA AYAH 35.**PoV Raisa."Sayang, jadi anak yang baik, anak yang pintar dan anak yang cerdas. Sekarang kamu sudah remaja dan santri di pondok pesantren. Ini adalah pesantren pilihan kamu. Bunda ingin kamu benar-benar mempertanggungjawabkan sebagai santri yang belajar dengan giat di sini," kataku ke Reyhan.Putraku menganggukkan kepalanya. Alhamdulillah, akhirnya Reyhan masuk juga ke pondok pesantren. Kami menunggu waktu seminggu untuk benar-benar memulihkan kondisinya dan juga mengemas barang-barang Reyhan.Aku bangga sekali akhirnya anakku bisa mondok juga, itu keinginannya. Dia ingin menjadi anak laki-laki yang bisa mendoakan orang tua. Dan anak yang bermanfaat untuk sesama manusia. "Terima kasih ya, Bun, sudah mengantarkan aku sampai sejauh ini. Aku sangat mencintai dan menyayangi Bunda lebih dari apapun," katanya dengan mata berkaca-kaca.Melihat dia bersedih. Aku juga mengelap kasar wajahku. Tentu saja begitu banyak sekali cobaan yang kami lalui be