Rachel membuka matanya perlahan, orang yang pertama dia lihat adalah Elang yang langsung menggenggam tangannya dengan hangat.“Kamu baik-baik saja. Ya Tuhan, aku hampir saja gila karena kamu hampir-““Anakku ... bagaimana dengan anakku?” tanya Rachel.“Anakmu baik-baik saja. Tapi, kamu harus bedrest dan-““Katakan kepada mereka jika anakku sudah tidak ada dan bawa aku pergi,” kata Rachel membuat Elang sangat terkejut.“Kamu yakin?” tanyanya.“Buat apa aku di sini jika kehadiranku tidak pernah diinginkan? Dia tidak pernah mencintaiku dan baginya aku hanya mesin pencetak anak saja,” kata Rachel.Elang menghela napas panjang dan mengembuskannya perlahan. Tidak sulit untuknya membawa Rachel pergi dari sana. Hanya saja dia harus menunggu kondisi wanita itu lebih baik.“Bawa aku sejauh mungkin di mana dia tidak akan bisa menemukan aku. Aku akan bawa anaknya bersamaku,” kata Rachel.“Aku akan bekerja sama dengan dokter dengan alasan keselamatanmu,” kata Elang. Rachel menganggukkan kepalany
“Suka atau tidak, aku akan tetap meminta cerai,” kata Rachel dengan tegas. “Apakah semua ini karena dia?” tuding Alex kepada Elang yang saat ini sedang berada di ruangan itu juga. “Kamu jangan menyalahkan orang lain karena kesalahanmu sendiri,” kata Rachel. Alex menatap Rachel dengan tajam kemudian beralih kepada Mahendra. “Aku tidak akan menceraikan dia. Meski kami sudah kehilangan anak itu. Rachel masih bisa hamil lagi dan aku-“ “Apa kamu pikir aku ini hanya mesin pencetak anak?! Aku ini manusia. Kenapa tidak kamu paksa saja istri tercintamu yang lain untuk bisa hamil? Dia masih punya rahim. Kalau pun dia harus bertaruh nyawa untuk melahirkan anak itu seharusnya dia tidak keberatan karena rasa cintanya yang besar untuk kamu,” kata Rachel dengan tegas. Mahendra hanya bisa menghela napas panjang. Sebenarnya dia sudah tahu jika saat ini Rachel tidak kehilangan anaknya. Tetapi, Mahendra memiliki rencana lain. Dan rencana ini hanya dia, Elang dan Rachel yang tahu. Mahendra tahu jik
Rachel menyeret 2 buah koper dan tas jinjingnya keluar dari kamar hotel. Sudah dua malam ini dia dan Elang berada di Bali. Dan sore ini mereka akan berangkat ke Australia. Tidak akan mudah melupakan Alex namun Rachel akan mencoba mengabaikannya.Tiba-tiba saja, Elang yang sedang berdiri di sampingnya menyerahkan ponsel kepadanya. Dan ternyata Mahendra menghubungi lewat video call.Mahendra menghembuskan napas panjang dan berbicara begitu santai pada Rachel seolah Rachel adalah temannya.Mahendra menatap Rachel sedikit lebih lama dan Mahendra galau. Mahendra memikirkan Rachel namun ia juga merasa Rachel harus pergi."Kamu... mau pergi kan?" kata Mahendra akhirnya.Rachel terdiam sejenak dan melow melihat Mahendra yang kusut.“Maafkan aku tidak bisa bertahan menjadi menantumu lebih lama, Papi. Alex lebih mencintai Sheila dibandingkan aku. Hanya saja aku ingin supaya Papi mau menjenguk mama di rumah sakit. Masalah biaya, Papi tidak perlu lagi membayarnya,” kata Rachel sambil memandang waj
Helaan napas tak berhenti keluar dari mulut Alex yang sedari tadi tengah mondar-mandir di depan kamarnya. Pintu kamar yang dibiarkan terbuka membuat Sheila bisa melihat tingkah suaminya dari dalam. Bukannya mencoba menenangkan, Sheila justru malah sibuk bersantai ria di atas kasur dengan secangkir coklat panas di atas nakas.Alex berdecak kasar, mengacak rambutnya frustrasi karena dia masih merasa gelisah karena kepergian Rachel yang tanpa pamit. Sheila memutar bola matanya malas, lantas beranjak dari tempat tidur dan menghampiri Alex yang sedang dilema. Meskipun Sheila tak suka melihat Alex yang masih terlihat mengkhawatirkan Rachel, tapi dia tidak peduli. Setidaknya Rachel sudah pergi, dan kini hanya dialah satu-satunya istri yang Alex miliki. Dan yang paling penting Maharani akan membayarnya mahal untuk ini."Sayang, kamu nggak bosan dari tadi mondar-mandir terus?" tanya Sheila, lalu memeluk Alex dari belakang agar suaminya itu menghentikan kegiatan tak berfaedahnya.Alex menghela
Mata Mahendra fokus kepada sebuah layar yang menunjukkan seluruh kegiatan di kamar Rachel beberapa waktu yang lalu. Lelaki itu sengaja meletakkan sebuah cctv tersembunyi tepat di belakang pintu kamar mandi Rachel.Meskipun ada beberapa kejadian yang tidak dia harapkan ada di sana, tapi Mahendra terus memperhatikannya dan mencari kebenaran di sana. Mahendra sangat yakin jika kecelakaan yang menimpa Rachel dan hampir merenggut bayi dalam kandungannya pasti sudah direkayasa. Itulah sebabnya Mahendra setuju saat Elang meminta izin untuk membawa adik angkatnya itu pergi. Mahendra tidak mau kejadian yang kedua kalinya terjadi lagi dan menimpa Rachel.Mata Mahendra membulat saat melihat Sheila tiba-tiba masuk ke dalam kamar Rachel membawa sebuah botol entah berisi apa. Wanita itu kemudian mengeluarkan isi dari botol tersebut sampai membasahi lantai kamar mandi Rachel. Jadi, itulah kebenaran sesungguhnya. Sheila adalah dalang dibalik kecelakaan yang menimpa Rachel."Apa itu ... minyak?" gum
Sheila menggeleng cepat, tanpa sadar wajahnya sudah dibanjiri oleh air mata."Tidak, Mas, itu semua bohong. Itu bukan aku, pelakunya bukan aku-"Plak!"Stop!" bentak Alex disertai tamparan yang mendarat mulus di pipi Sheila membuat empunya terlonjak kaget."Apa yang kamu lakukan kepada Rachel itu keterlaluan, Sheila! Aku tidak habis pikir. Kamu yang selama ini aku bela mati-matian, justru menusuk aku dari belakang. Kamu memiliki dendam apa kepada Rachel sampai kamu tega menghilangkan nyawa anak kami, Sheila? Jika kamu cemburu, bukankah selama ini aku tidak pernah mengabaikan kamu? Selama ini bahkan perhatianku selalu tertuju kepada kamu!" seru Alex.Alex mengusap kasar wajahnya, dia benar-benar syok sampai tidak bisa berpikir jernih sekali pun."Wanita ini, Lex, wanita ini yang telah membuat kamu gagal menjadi seorang ayah. Wanita ini yang sudah memisahkan kamu dengan calon anak serta istri kamu. Dan, wanita ini juga sudah berani selingkuh di belakang kamu!" timpal Mahendra semakin me
Maharani melotot tajam dan dia pun langsung mendorong Sheila dengan keras sehingga Sheila jatuh terduduk."Berani-beraninya kamu memfitnah aku?! Dasar menantu kurang ajar?!"Mahendra hanya tertawa kecil melihat drama konyol yang sedang terjadi di hadapannya."Berhenti mempermalukan diri kamu sendiri, Maharani!"Maharani terkejut, selama ini Mahendra tidak pernah memanggilnya dengan sebutan Maharani saja. Belum hilang rasa terkejutnya tiba-tiba saja pintu ruangan itu diketuk perlahan dan Rafli pun muncul bersama salah seorang pemuda yang Maharani kenal sebagai salah satu staf di kantor Mahendra.Kedua pemuda itu mendekat sambil membawa beberapa berkas dan langsung diletakkan di atas meja kerja milik Mahendra."Selama ini aku sengaja hanya dia melihat kalian semua memainkan drama yang konyol di hadapanku. Kalian Mungkin bisa membodohi putraku Alex. Tetapi kalian tidak bisa membodohi aku. Aku sengaja mengatakan kepada Alex jika aku akan memberikan hartaku kepadanya apabila dia memiliki a
Malam semakin larut sementara Mahendra dan Alex berada dalam satu ruangan bersama Rafli. Ketiga lelaki itu diam dan tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Hingga pada akhirnya cuaca hening itu terpecahkan oleh suara Mahendra."Aku tidak tahu di mana Rachel sekarang berada. Dia memang berpamitan kepadaku untuk pergi. Dia hanya takut anaknya akan dicelakai lagi. Dalam hal ini aku yang salah, aku yang sudah membuat dia terpaksa menikah denganmu hanya karena aku ingin keturunan.""Seharusnya papi mengatakan kepadaku dengan jujur sejak awal. Seharusnya papi mengatakan jika selama ini papi sudah curiga kepada ma ... maksudku Maharani. Yang aku lihat adalah papi sangat mencintai istri papi itu. Jadi mana aku tahu jika selama ini papi justru sedang mengamati gerak-geriknya.""Aku yang bersalah karena aku juga sejak awal tidak merangkulmu. Semua kesalahan itu akarnya dariku. Sekarang, terserah kepadamu bagaimana kamu akan menghukumku."Alex menggelengkan kepalanya. Saat ini dia merasakan ke
Rachel masih membelalak lebar mendengar ucapan Alex. "Dasar kurang ajar! Berani sekali kamu memintaku menggantikan wanitamu! Lepaskan aku, Brengsek!"Namun alih-alih melepaskan, Alex malah menyatukan kedua tangan Rachel di atas kepala wanita itu dan menahannya. "Berhenti bersikap seperti ini. Lagipula aku sangat yakin kamu pasti cemburu karena aku mengajak perempuan lain ke rumah ini, kan? Kamu tidak bisa mengelak kalau kamu masih sangat mencintaiku.""Kamu sangat tidak sopan, Alex! Lepaskan aku atau aku akan berteriak agar semua orang tau kalau kamu sedang berusaha melecehkan istrimu sendiri!""Oh, aku takut sekali mendengarnya, Rachel!"Mereka pun masih saling bertatapan dengan tajam saat suara pintu kamar mendadak dibuka dengan kasar.Brak!"Kudengar kalian ribut lagi, hah? Dan apa yang sedang kalian coba lakukan?" pekik seorang pria tua yang nampak membelalak kaget.Alex dan Rachel pun langsung menoleh bersamaan menatap pria tua itu.Rachel langsung terdiam menatap Mahendra, ia m
“Kalau Daddy mau tau perasaan mama kepada Daddy, buat saja Mama cemburu,” kata Alexa kepada Alex.Lelaki itu baru saja bercerita kepada sang anak jika dia ingin sekali kembali membuat Rachel mencintainya seperti dulu. Dan diluar dugaan Alexa malah mengusulkan saran seperti itu.“Apa kamu yakin?”“Coba saja kalau tidak percaya.”Maka, malam ini Alex merencanakan semuanya dengan matang. Ia sengaja bersandiwara dengan seorang gadis yang bekerja di sebuah club malam."Shit! Ayo, cepatlah! Aku sudah hampir sampai!" kata Alex dengan keras."Ah, Alex..." desah wanita di bawahnya makin keras.Brak!Dan wanita muda dengan segala keangkuhannya itu masuk ke sana."Apa kamu pikir rumah ini tempat maksiat? Berhenti sekarang juga!" geram wanita itu dengan tatapan tajam yang berapi-api.Rachel tidak bisa menahan dirinya mengetahui kalau Alex sudah mulai berulah dengan membawa para wanita nakal ke rumahnya.Apalagi karena ada anak-anak di rumah itu.“Kamu memintaku dan anak-anak tinggal di sini hanya
Mahendra merasa sangat senang karena ia baru saja menerima pesan jika saat ini Alex sedang bersama dengan anak istrinya di rumah sakit. Meski merasa khawatir kepada Alexa, tetapi Mahendra senang pada akhirnya Alex mengetahui keberadaan Alexa dan Rachel.“Papi berharap jika kamu dan anak-anakmu mau tinggal bersama lagi di rumah papi,” kata Mahendra kepada Rachel.“Kamu tidak harus tidur dalam satu kamar bersamaku. Tapi, yang paling penting kita bisa satu atap demi anak-anak,” kata Alex kepada Rachel.Rachel menarik napas panjang. Sungguh rasanya sangat berat untuk mengiyakan permintaan Mahendra. Tetapi, ayah mertuanya itu tampak begitu berharap. Mungkin karena ia juga ingin berkumpul dengan cucunya.“Dalam hal ini aku tidak bisa menjawab. Semuanya terserah kepada Alexa,” jawab Rachel lirih.Rachel berharap jika Alexa akan menolak, tetapi ternyata gadis itu menerima permintaan Alex dan Mahendra.“Aku mau tinggal bersama Daddy dan Grandpa,”jawab gadis kecil itu dengan tegas.Dan akhirny
Entah berapa lama Alexa kehilangan kesadaran karena matanya terasa begitu berat. Saat ia terbangun, tubuhnya terasa basah. Hal itu disebabkan karena keringat yang keluar. Ia menoleh ke sampingnya, tampak Rachel memegang tangannya. Sementara kepalanya berada di atas ranjang. Ibunya tertidur dalam posisi duduk. Dan ketika ia melihat ke arah sofa ... ternyata Alex sedang duduk di sana sambil menatap layar laptopnya.“Mama ....”Alex yang mendengar suara Alexa segera menyingkirkan laptopnya dan menghampiri gadis kecil itu.“Kamu sudah bangun, Sayang? Mau minum?”Mendengar suara Alex yang terasa dekat, Rachel membuka matanya. Dan wanita itu tersenyum saat melihat Alexa sudah terbangun. "Kamu mau apa? Bajumu basah, Sayang. Mau mama bantu untuk menggantinya?" tanya Rachel. Alexa duduk di tempat tidurnya, memandangi ibunya dengan tatapan penuh kesedihan. Rachel, mencoba meyakinkan Alexa untuk mengganti pakaian yang kotor dengan yang segar. Namun, gadis kecil itu menolak dengan tegas."Ma
Mendengar suara Celine, Rachel pun bergegas masuk ke dalam. Dan saking paniknya ia sampai tidak menyadari jika Alex pun ikut masuk dan berjalan di belakangnya. Saat mereka masuk, tubuh Alexa sudah ada di atas lantai yang dingin. Sementara Celine duduk bersimpuh di dekat Alexa sambil menangis."Ya ampun, Alexa!” Rachel membantu Alexa bangun, lalu terkejut dengan betapa panasnya tubuh putrinya itu. “Suhu tubuhmu semakin parah!"“Ayo, kita bawa saja dia ke rumah sakit!” kata Alex dengan tegas.Pandangan Alexa buram, kepalanya menjadi pusing tapi suara panik Rachel terdengar jelas. Samar ia juga melihat kehadiran Alex bersama sang ibu. Apa lelaki yang mengaku ayahnya ini juga tengah mengkhawatirkannya?Entah berapa lama Rachel dan Alex membawa tubuh Alexa ke mobil. Akan tetapi, semakin lama Alexa semakin kesulitan membandingkan antara mimpi dan bukan.Gadis kecil itu merasa tubuhnya seperti melayang. Dan semuanya pun menja
Setelah mengantarkan Leo ke sekolah, Rachel pun segera menuju ke butik dan memberikan pesan ini dan itu kepada Jane- asistennya.“Tolong kamu tangani dulu semua pekerjaan hari ini. Terutama awasi pembuatan baju seragam pengiring pengantin yang dipesan ibu walikota. Besok sore semua sudah harus siap. Alexa sakit dan aku harus menemaninya di rumah,” kata Rachel kepada Jane.“Nyonya, sebaiknya Anda fokus dulu dengan kesehatan Alexa. Masalah butik dan pesanan untuk besok percayakan saja kepada saya,” kata Jane sambil tersenyum.“Baiklah kalau begitu. Aku pulang dulu,” ujar Rachel.Wanita itu pun bergegas pulang, dan tepat 30 menit setelah Rachel pulang, Alex tiba di butik itu.“Nyonya Rachel sedang tidak di sini, Tuan. Anaknya sakit,” kata Jane saat melihat Alex masuk.Alex memicingkan mata dan menatap asisten pribadi Rachel itu.“Anaknya yang mana?”“Alexa.”Tanpa berpikir panjang lagi, Alex pun segera keluar dari butik itu dan langsung masuk ke dalam mobilnya menuju ke rumah Rachel.Saa
Hari sudah menunjukkan pukul delapan tapi Alexa belum juga keluar dari kamar. Biasanya gadis kecil itu akan keluar dan menikmati sarapan sebelum Rachel berangkat ke kantor sambil mengantarkan Leo sekolah. Tapi tidak biasanya Alexa terlambat bangun."Ma, di mana Alexa dan Celine?" tanya Leo karena memang saat Leo bangun, kedua adiknya sudah duduk menghadap segelas susu hangat di meja makan."Leo makan dulu ya, Mama akan melihat apa yang kedua adikmu lakukan." ucapnya, Leo mengangguk.Rachel melepaskan apron sebelum menuju kamar Alexa dan Celine. Tidak biasanya Alexa masih tidur jam segini. Dan benar saja gadis kecil itu masih tidur menyembunyikan tubuhnya di balik selimut tebal. Sementara Celine tampak berdiri di dekat ranjang Alexa dengan wajah pucat.“Aku baru saja mau keluar dan memberitahu Mama kalau Lexa sakit,” cicit Celine ketakutan.Rachel menganggukkan kepala lalu mengusap rambut Celine.“Tidak apa-apa. Kamu pergilah sarapan bersama Leo. Biar Alexa mama saja yang urus,” kata R
“Siapa, Leo? Kenapa kamu bilang mama mengenalnya?” tanya Rachel.“Dia paman Alex,” jawab Leo.Rachel mengembuskan napas dengan keras. Sebenarnya apa mau Alex dengan mendekati anak angkatnya? Rachel sangat yakin jika Alex pasti sengaja datang ke sekolah Leo untuk bertemu dengan anak itu.“Apa dia mengatakan sesuatu kepadamu?” tanya Rachel.Leo menggelengkan kepalanya,”Baiklah, kalau begitu kita pulang sekarang. Lukamu harus dirawat.”Rachel pun segera berpamitam untul membawa Leo pulang kepada kepala sekolah. Dan setelah dia mengantar anaknya itu pulang, ia memastikan jika Leo baik-baik saja. Kemudian ia pun segera pergi lagi. Kali ini untuk menemui Alex.BRAK!Alex baru saja selesai dengan meeting jarak jauhnya saat Rachel dengan kasar membuka pintu ruangannya.“Katakan apa maksudmu mendekati anak-anakku? Apa yang kamu inginkan sebenarnya? Aku yakin jika kamu sengaja datang ke sekolah Leo bukan? Kamu mau mengorek keterangan apa dari anakku?”“Wah ... wah, memangnya salah kalau aku ber
"Jadi begitu saja! Apa ada yang mau ditanyakan?" tanya Rachel saat menyudahi rapatnya. Rachel masih menatap para peserta rapat saat tiba-tiba ponselnya berbunyi. Saat ini butik miliknya sudah sangat maju dan beberapa kliennya tentu saja berasal dari kalangan artis dan juga istri pejabat. Rachel pun melirik nama di ponselnya dan sedikit membelalak melihat nama kepala sekolah di sana. "Ah, maaf, kalau ada pertanyaan, silahkan ke Jane dulu, aku permisi untuk mengangkat teleponku!" Dengan jantung yang berdebar kencang, Rachel pun keluar untuk mengangkat teleponnya. Kepala sekolah hampir tidak pernah meneleponnya kalau semuanya baik-baik saja, wanita itu baru akan menelepon kalau Leo mengalami sesuatu di sekolah atau telat dijemput oleh supir. "Halo, Bu, ada apa?" tanya Rachel segera setelah ia mengangkat teleponnya. "Bu Rachel, maaf, aku mengganggumu, ini tentang Leo!" "Ada apa dengan Leo, Bu? Dia baik-baik saja kan?" Rachel sudah mulai cemas. "Dia baik-baik saja, hanya saja dia t