Share

BAB 71.

Author: Sarana
last update Last Updated: 2024-06-23 15:51:53

"Kamu yakin ingin mengundurkan diri?" tanya Barra mengejar langkah Julian yang baru saja keluar dari ruangan Edgar.

"Hmm," jawab Julian seraya mengangguk mantap. Matanya menatap lurus ke depan, namun Barra bisa melihat ada keraguan yang samar di balik keyakinan sahabatnya itu. Kerutan di dahi Julian mengisyaratkan bahwa keputusan ini bukanlah sesuatu yang mudah.

Barra mengangguk mengerti. Meskipun ia merasa penasaran dengan alasan Julian, namun, Barra memutuskan untuk tidak bertanya sekarang. Bagaimanapun, persahabatan mereka telah terjalin selama bertahun-tahun, dan Barra tahu kapan harus memberi ruang. Ia memilih untuk tetap berjalan di samping Julian, memberikan dukungan tanpa kata.

"Ayo kita ke kantin, aku akan mentraktirmu," tawar Barra, mencoba meringankan suasana. Julian tersenyum tipis dan mengangguk setuju.

Sepanjang langkah keduanya menuju kantin, Barra berusaha membangun obrolan dengan Julian. "Apa kamu tahu jika Edgar sudah menikah?" tanya Barra, mencoba membuat percakap
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • (BUKAN) PENGANTIN SEWAAN   BAB 150

    “Mari kita akhiri sandiwara ini.”Edgar terdiam beberapa detik. Rahangnya mengeras.Detik berikutnya, ia membopong tubuh Natasha di atas pundaknya.“Edgar! Turunkan aku!” Natasha memukul punggungnya.“Kau kelelahan,” jawab Edgar datar. “Kau bicara tanpa berpikir.”“Aku sadar! Lepaskan aku sekarang!”Natasha memberontak, seperti setiap kali Edgar memaksanya. Namun Edgar tak menggubris.“Aku tidak akan meninggalkanmu di tengah hujan,” ucapnya tegas. “Marahmu bisa menunggu. Kondisimu tidak.”“Jangan sok peduli!” bentak Natasha. “Aku tidak butuh itu darimu!”Edgar tetap melangkah, menembus hujan deras menuju hotel.Sesampainya di sana, langkahnya langsung terhenti sejenak. Beberapa orang menoleh. Bisik-bisik terdengar pelan.Namun tak satu pun berani bertanya.Wajah Edgar dingin dan serius. Tatapannya seolah memperingatkan siapa pun untuk tidak ikut campur.Begitu tiba di salah satu kamar hotel, Edgar langsung membawa Natasha masuk ke kamar mandi dan menurunkannya di sana. “Mandilah,” ti

  • (BUKAN) PENGANTIN SEWAAN   BAB 149. Lelah yang Tak Butuh Penjelasan

    “Siapa kalian?!” tanya Natasha tajam pada wanita dan anak kecil yang tadi ia tolong.Keduanya diam. Wanita itu menunduk, anak kecil di pelukannya tak berani menoleh.Kecurigaan Natasha menguat. Ia melirik ke depan. Seorang pria duduk di kursi kemudi—hoodie hitam, topi, dan masker menutupi wajahnya.Jebakan.“Apa mereka berniat menculikku?” batinnya.“Berhenti!” teriak Natasha. “Turunkan aku sekarang!”Mobil justru melaju.Panik, Natasha memukul kaca jendela. “Tolong! Tolong! Siapa pun yang mendengarku, tolong aku!”Tak ada yang peduli.Wanita di sampingnya berbisik pelan, “Sudah… tidak ada gunanya.”Natasha menoleh tajam. “Kalian mau apa dariku?!”“Kami hanya ingin kamu ikut dengan kami,” jawab wanita itu singkat.“Tidak!” Natasha menepis. “Aku tidak mengenal kalian. Turunkan aku sekarang!”Tak ada yang menanggapi. Mobil terus melaju.“Berhenti!” suara Natasha meninggi. “Atau aku akan berteriak lagi!”Wanita itu tetap diam. Anak kecil di sampingnya hanya menunduk.Mobil akhirnya melamb

  • (BUKAN) PENGANTIN SEWAAN   BAB 148. Menghilang di Jalan

    Edgar menepikan mobilnya di pinggir jalan dengan perasaan putus asa setelah berbicara dengan Barra. Hatinya terasa kosong, dan pikirannya dipenuhi pertanyaan yang tak kunjung terjawab. Ia meremas kemudi mobil dengan erat, berusaha meredam emosi yang terus bergemuruh di dalam dirinya. "Apakah Natasha benar-benar membenciku?" gumamnya pelan, suaranya nyaris tertelan oleh keheningan mobil. Ia tidak bisa memahami mengapa semuanya berubah begitu cepat. Edgar menutup matanya sejenak, berharap menemukan kedamaian di tengah kekacauan pikirannya. Tapi, justru yang muncul adalah bayangan Natasha—wajahnya yang selalu tenang dan tatapannya yang dalam.Tiba-tiba, suara notifikasi pesan masuk memecah kesunyian. Edgar membuka matanya dan meraih ponselnya dengan lesu, mengira itu hanya pesan dari Julian yang mungkin ingin membahas urusan pekerjaan. Namun, saat melihat nama pengirim di layar, tubuh Edgar menegang. Nama yang tertera di sana bukan Julian, melainkan Barra.Dengan cepat, Edgar membuka pes

  • (BUKAN) PENGANTIN SEWAAN   BAB 147. Gugatan Cerai

    Keesokan harinya, Edgar duduk di ruang kerjanya dengan tatapan kosong. Penampilannya jauh dari rapi seperti biasanya– dasi yang seharusnya terikat sempurna kini menggantung longgar di lehernya, dan rambutnya yang sedikit acak-acakan memperlihatkan betapa berantakannya kondisi Edgar. Ia menatap kosong ke arah jendela ruang kerjanya, tapi yang dilihatnya bukanlah pemandangan di luar sana, melainkan kekacauan yang ada di dalam pikirannya sendiri. "Natasha.. Di mana kamu sekarang?" gumamnya pelan, hampir tidak terdengar di tengah keheningan ruangan.Edgar menggenggam kepalanya, jari-jarinya mencengkeram rambutnya yang sudah kusut. Ia tidak pernah merasa sekacau ini sebelumnya. "Kenapa semalam kamu tidak pulang?" Pertanyaan itu terus bergema di kepalanya. Edgar merasa seolah-olah ia telah kehilangan kendali atas hidupnya. "Aku harus menemukannya, harus... tapi di mana harus memulai? Bagaimana jika semuanya sudah terlambat?" Keraguan itu terus menghantuinya, membuatnya semakin tenggelam

  • (BUKAN) PENGANTIN SEWAAN   BAB 146. Keputusan Terberat

    Sesaat setelah mobil Edgar berhenti dengan keras di halaman mansionnya, ia keluar dengan tergesa-gesa. Hatinya berdebar kencang, seakan ada sesuatu yang mendesaknya untuk segera menemukan seseorang. Tanpa menunggu lebih lama, ia segera melangkah masuk ke dalam rumah."Natasha!"Nama itu terucap berkali-kali, berputar dalam pikirannya seperti mantra yang terus bergema. Dengan langkah cepat, Edgar menyusuri lorong-lorong yang panjang dan sepi, berharap menemukan istrinya di salah satu sudut rumah yang luas ini. Ketika ia tiba di ruang tamu, Bi Murni, pembantu setianya, muncul dari dapur, mendengar kegaduhan yang tak biasa dari majikannya."Tuan Edgar, ada apa?" tanya Bi Murni, sedikit khawatir melihat raut wajah pria itu yang tampak cemas.“Natasha di mana?” Edgar langsung memotong tanpa basa-basi, pandangannya tajam mencari jawaban dari wajah tua yang telah mengabdi di rumah itu selama bertahun-tahun.Bi Murni mengerutkan kening, sedikit bingung dengan pertanyaan yang tiba-tiba.“Sejak

  • (BUKAN) PENGANTIN SEWAAN   BAB 145. Tertipu

    "Tidak. Aku tidak ingin meneruskan pernikahan kontrak ini."Barra dan Julian saling pandang, terkejut mendengar jawaban yang tak mereka sangka-sangka. Baru beberapa menit yang lalu Edgar mengatakan jika ia bahagia dengan pernikahannya, namun, kini dia dengan memutuskan untuk mengakhirinya. Barra dan Julian benar-benar tidak mengerti dengan jalan pikiran Edgar.Edgar melanjutkan, "Aku ingin menjadikan pernikahanku bersama Natasha sebagai pernikahan yang sesungguhnya."Barra hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. Dengan alis terangkat dan suara yang sarat dengan ironi, dia berkata, "Hampir saja aku memakimu, Edgar. Aku kira kau sudah kehilangan akal."Namun, alih-alih marah atau tersinggung, Edgar hanya terkekeh pelan, sebuah senyum samar menghiasi wajahnya. Ketenangan itu hanya berlangsung sejenak, sebelum Julian tiba-tiba terpaku, pandangannya terarah pada pintu di sudut ruangan, seolah melihat sesuatu yang tak seharusnya ada di sana.Edgar, yang menangkap perubaha

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status