"Maaf, tolong jangan pecat saya, saya berjanji akan menjaga anak saya agar tidak mengganggu, mohon berikan saya kesempatan untuk tetap bekerja di sini."Shelin buru-buru mengucapkan kata-kata itu ketika Ibu Ani menatapnya dengan sorot mata yang tajam.Seolah menunggu tanggapan pria yang ia panggil Pak Prima itu untuk menyetujui apa yang ia ucapkan tadi."Tetapi membawa anak itu sangat berbahaya, kalau dititipkan saja bagaimana?""Saya pernah melakukannya, tapi orang itu membuat kepercayaan saya hancur, saya tidak mau ada sesuatu dan lain hal terjadi pada anak saya, jadi tolong, biarkan saya tetap bekerja di sini."Pria bernama Prima itu memandang Ibu Ani yang seolah acuh dengan permintaan yang diucapkan oleh Shelin.Hingga akhirnya...."Aku bukan bos di sini, tapi sebagai konsumen di catering ini tentu saja aku ingin makanan di sini adalah tetap mempertahankan kualitasnya, aku tidak mau nanti ada kabar karena kamu sibuk mengurus anak, masakan menjadi korbannya, apakah kau bisa menjaga
Wira mendelik ke arah Sumi ketika Sumi mengatakan hal itu padanya.Sumi balas mendelik, karena apa yang diucapkannya beralasan, ia selalu melihat, Wira tidak suka dengan siapapun yang sekiranya berinteraksi dengan Shelin terutama jika orang itu adalah seorang pria."Dasar cemburuan!" maki Sumi, lalu ia kembali menghindar ketika Wira ingin memukul pundaknya karena sebal dengan apa yang diucapkan oleh Sumi. Sementara itu, Shelin sudah diberikan kesempatan untuk bicara oleh Ibu Ani hingga kini ia berdua saja dengan pria bernama Prima tersebut. Sejak sebelum tiba di hadapan pria itu, Ibu Ani sudah berulang kali mengatakan pada Shelin agar Shelin mampu membuat Prima menjadi pelanggan tetap catering mereka, jika tidak, maka, Shelin tidak lagi dipekerjakan di catering milik wanita itu hingga Shelin mau tidak mau merasa gelisah. Bagaimana jika ternyata ia tidak mampu melakukan apa yang diinginkan oleh Ibu Ani?"Ah, maaf, kalau aku meminta waktu untuk bicara denganmu sebentar."Pria bernama
Dengan penuh bersemangat, Ibu Ani mengatakan hal itu pada Prima yang langsung ditanggapi Prima dengan ucapan terimakasih tanpa menanggapi ujung kalimat Ibu Ani yang dianggap Prima konyol. Beberapa saat kemudian, sederet nomor diberikan oleh Ibu Ani pada Prima melalui pesan singkat. Prima langsung menyimpan nomor kontak milik Shelin sambil mengucapkan banyak terimakasih pada Ibu Ani.Pria itu langsung mengirimi Shelin pesan.[Aku Prima, aku meminta nomor ponsel kamu karena masih ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu, jika kamu tidak keberatan, nanti aku pilih waktu yang tepat tapi bukan di catering Ibu Ani]Pesan itu dikirim Prima pada Shelin, dan Shelin langsung memeriksanya. Ia sedikit terkejut ketika membaca pesan itu, bertepatan dengan datangnya Ibu Ani yang mengatakan bahwa Prima meminta nomor ponsel Shelin lewat wanita tersebut hingga Sumi dan Wira yang kebetulan mendengar jadi saling pandang. "Kenapa orang seperti Prima harus minta nomor pribadi karyawan Ibu?" protesnya.
"Karena kami menyayangimu, Prima. Kami tidak punya anak, dan kami hanya ingin memiliki anak, kau sangat mirip dengan anak kami yang meninggal itu, tapi bukan berarti kami menganggap kamu itu dia, dia dan kamu tetap punya tempat sendiri-sendiri.""Tapi, bayangan itu membuat aku jadi pembawa sial untuk kalian, bukan?""Kau sudah diobati, tidak akan lagi menjadi seseorang yang berbahaya pada kami.""Berarti, karyawan Ibu Ani ini juga bisa diobati?""Tidak semudah itu, prosesnya panjang, dan jika salah maka akan membahayakan yang dekat dengannya, sudahlah kamu sudah tenang dengan kehidupan kamu yang sekarang, jadi tidak perlu memikirkan sesuatu yang tidak baik untuk kamu pikirkan.""Sebenarnya, sebelum ini aku di mana, tinggal di mana? Apakah kalian tahu keluargaku yang asli?""Kami tidak tahu, tidak ada yang mencarimu setelah kamu kecelakaan, mereka mungkin menganggap kamu meninggal.""Tapi, kalian tahu aku masih punya keluarga?""Entahlah, kami terlalu takut kehilangan kamu, jika nanti
"Basi?" ulang Shelin tidak percaya. Sumi menganggukkan kepalanya mendengar pertanyaan Shelin. "Aku coba periksa!""Jangan! Aku khawatir, Ibu nanti nyalahin, Mbak, biar Ibu Ani aja langsung yang periksa.""Nyalahin aku? Tapi, kan, aku baru masuk jam 7, bukan masuk jam 3 subuh? Bukan pekerjaan aku kan masaknya?"Shelin tidak mengerti dengan perkataan Sumi yang mengatakan dirinya akan disalahkan jika memeriksa rendang yang disebut basi tersebut."Iya, aku tahu, Mbak. Tapi, Mbak kayak enggak tahu ibu aja, kemarin aja perkara bawang goreng hangus, Mbak yang disalahin, padahal bukan salah Mbak, kan?""Oh, iya. Aku paham, terimakasih sudah mengkhawatirkan aku.""Oke, sekarang Mbak lanjut kerja aja, biar aku yang nemuin Ibu."Shelin menganggukkan kepalanya. Ia beranjak dari tempatnya masih tidak percaya mengapa bisa rendang yang baru dimasak ternyata sudah basi segala?Begitu pertanyaan Shelin di dalam hati sambil melangkah meninggalkan Sumi yang juga pergi untuk mencari Ibu Ani. Shelin me
Namun, apa boleh buat, mereka tidak bisa membantah perintah Ibu Ani. Walaupun seperti mustahil, tetap saja kesemuanya melakukan apa yang diperintahkan oleh pemilik catering.Terburu-buru karena dikejar oleh waktu, Shelin dan yang lainnya bekerja keras memasak ulang rendang yang diinginkan. Mereka berlomba karena tidak mau terkena komplain. Catering harus bisa memuaskan pelanggan, begitu pikir mereka hingga mereka terus berusaha untuk menaklukkan waktu agar mampu menyelesaikan pekerjaan lebih awal."Kamu merasa heran tidak sih, kenapa rendang yang baru dimasak bisa langsung basi? Ini aneh, aku lama kerja di sini tapi baru kali ini mendapat kejadian begini, seperti ada yang janggal."Mbak Isah bicara demikian pada teman yang sama-sama mengerjakan rendang pada subuh hari. Suaranya memang berbisik, tetapi dapat didengar dengan jelas oleh Shelin hingga Shelin merasa sedikit tidak nyaman. Entahlah, semenjak label pembawa sial yang diberikan oleh keluarga Pram, Shelin benar-benar tidak p
Mendengar anaknya berteriak, Shelin langsung menghampiri sang anak yang langsung memeluknya karena terkejut. Ibu Ani yang mendengar teriakan-teriakan di dapur bergegas datang, ia menghampiri Sumi yang masih terlihat pucat. "Ada apa sih? Bukannya kerja tapi justru ribut saja?" katanya pada Sumi."Maaf, Bu. Maaf!"Sumi hanya bisa meminta maaf berulang kali tanpa bisa menjelaskan apa yang sudah terjadi karena tidak tahu apa yang harus ia katakan.Sementara itu, Mbak Isah dan Mbak Erna berdatangan dan segera kembali membantu pekerjaan yang tadi mereka tinggalkan pada Shelin dan Sumi saja.Ibu Ani geleng-geleng kepala. "Pekerjaan ini belum selesai juga? Kenapa lama sekali, konsumen sudah menelpon sejak tadi karena kita belum melakukan pengiriman, yang cepat sedikit, dong!"Perempuan itu bicara lagi dan terpaksa, Sumi, Mbak Isah dan juga Mbak Erna tergesa-gesa melakukan pekerjaan itu karena tidak mau sang bos makin marah pada mereka.Setelah memberikan peringatan pada yang lain agar se
"Kamu!"Sumi yang menjawab pertanyaan seseorang yang baru datang yang ternyata Wira tersebut.Gadis itu tidak ragu menjawab pertanyaan Wira hingga Wira kesal bukan main. "Seenaknya aja lu, Sum! Gue ganteng gini lu katain sama macam bekantan, awas aja lu!" omel Wira panjang pendek, dan Sumi cekikikan, ia tidak menyangka sedang membicarakan Wira, ternyata orangnya langsung hadir hingga gadis itu sebenarnya terkejut juga. Namun, bukan Sumi jika bisa mati kutu dengan mudah, sudah terjebak dengan perbuatan sendiri pun, Sumi tetap maju pantang mundur. Shelin yang sedang kacau mau tidak mau harus menahan tawa mendengar pertengkaran antara Wira dan Sumi. Pertengkaran keduanya membuat ia melupakan sejenak perasaan kacau, dan tertekannya akibat kejadian hari ini, sampai akhirnya, Wira menghampiri dirinya dengan wajah penuh perasaan prihatin."Kalau ada yang ngomong macam-macam sama kamu, ngomong sama aku, biar aku yang melindungi kamu, masa musibah dijadikan perkara, siapa juga yang mau biki
Perasaan Shelin jadi tidak karuan ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Pram. Beberapa kali mantan suaminya itu bicara demikian tentang dirinya yang bukan pembawa sial, Pram selalu mengatakan, bahwa yang membawa sial itu dirinya sendiri."Masalah siapa yang sial, aku tidak mau tahu, karena bagiku, semua yang terjadi itu ada hikmahnya, kejadian buruk sekalipun, rasa trauma karena sudah membuat kehidupan orang lain jadi terpuruk membuat aku berpikir banyak tentang itu, dan yang mempermasalahkan ibu kamu....""Kita bahas ini di depan ibuku? Kamu mau?""Untuk apa?""Aku hanya ingin ibuku tahu aku yang ingin rujuk dengan kamu, bukan kamu, biar beliau tidak menyalahkan kamu."Shelin menghela napas. Ditatapnya Pram saat pria itu bicara demikian, hingga akhirnya perempuan itu setuju dengan apa yang diusulkan Pram, dan mereka melanjutkan perjalanan pulang khawatir Sheila mencari mereka karena sudah pergi terlalu lama.***"Julie?" Sumi terkejut ketika saat ia membuka pintu rumahnya, Julie
Sang ustadz menghela napas panjang mendengar isi pertanyaan Pram. Ia menatap Pram, Shelin dan Galih bergantian."Orang yang memberikan perintah pada seorang dukun untuk melakukan kejahatan, akan menerima balasannya sendiri, Nak. Jadi, lambat laun, Allah akan memberikan balasannya, kau tidak perlu repot untuk membalas.""Tidak perlu diperkarakan?" "Kamu memperkarakan dengan kondisi dia yang seperti itu, hukumannya juga tertunda, kepolisian akan membuat dia sembuh dulu baru proses dijalankan, biasanya hal-hal seperti itu tidak akan bisa sembuh kecuali ada mukjizat dari Allah dan orang itu sendiri bertobat, jika tidak entahlah....""Begitu, ya. Baiklah, terima kasih, Ustadz, kalau begitu kami pamit dulu, terima kasih sekali lagi." Pram, Shelin dan juga Galih akhirnya pamit dari hadapan ustadz tersebut. Mereka berpikir mungkin akan lebih baik ke rumah sakit untuk mengetahui bagaimana keadaan Ratna sebelum kembali ke kost Shelin. Shelin menghubungi Sumi untuk memastikan apakah sang ana
Galih, Pram dan juga Shelin manggut-manggut mendengar penjelasan pria tersebut. Lalu, mereka mempersilahkan orang itu untuk memanggil seorang ustadz terdekat agar bisa memeriksa keadaan pemilik rumah yang dibayar Ratna untuk praktik ilmu tak lazimnya. Beberapa saat kemudian, orang itu sudah kembali bersama ustadz yang dimaksud dan mereka langsung masuk ke rumah dukun yang dibayar Ratna untuk memeriksa apa yang terjadi, akan tetapi, ketika mereka baru saja sampai di ambang pintu, dukun itu berteriak agar mereka tidak masuk.Ustadz itu meminta yang lain untuk tetap di luar, karena pria pemilik rumah itu menatap tajam ke arahnya dengan mata yang merah entah karena apa."Pergilah kamu dari raga orang itu, jangan mengganggu manusia, kau punya dunia sendiri, jangan mengacaukan kehidupan manusia!"Ustadz itu bicara dan Pram, Galih, Shelin serta laki-laki yang memanggil ustadz itu memperhatikan dengan raut wajah yang demikian tegang. "Aku tidak akan pergi! Dia harus bertanggung jawab atas k
Pendapat Galih akhirnya diterima oleh Pram. Shelin meminta maaf pada Sumi karena sudah merepotkan wanita itu untuk membuatnya menjaga Sheila, namun Sumi meyakinkan pada Shelin bahwa ia tidak keberatan sama sekali untuk menjaga anak temannya tersebut. Alhasil, mereka segera berangkat ke tempat di mana Pram mendapatkan informasi tentang dukun yang dimaksud. Mereka berharap, informasi itu benar, karena mereka ingin masalah bisa selesai secepatnya.Setelah menempuh perjalanan yang lumayan melelahkan lantaran terjebak macet, akhirnya mereka sampai di sebuah rumah yang dikatakan rumah di mana Ratna sering terlihat datang di waktu waktu yang tidak biasa. Saat mereka mengetuk pintu rumah tersebut, cukup lama mereka menunggu pintu itu dibuka, sampai akhirnya, seseorang membukakan pintu dan terlihat heran melihat beberapa orang berdiri di depannya seperti itu. "Ada perlu apa kalian ke sini?" tanyanya dengan wajah kurang bersahabat."Ada perlu untuk mengetahui apa yang dilakukan seseorang yan
Sang ibu terenyuh mendengar apa yang diucapkan oleh sang anak angkat, ia tidak bisa berkata-kata, meskipun ada kekhawatiran yang ia simpan di dasar hati jika nanti Prima justru kembali pada keluarga aslinya, namun wanita itu tidak bisa melarang apa yang diinginkan oleh sang anak. Karena baginya, kebahagiaan Prima yang terpenting."Jaga anakku dengan baik, Julie, apapun kesalahan yang pernah kau lakukan, aku harap kau tidak melakukannya kembali terlebih pada putraku, kalau kau menyakitinya, aku orang pertama yang sangat ingin memberikan kamu pelajaran, ingat itu."Begitu pesan ibunya Prima pada Julie sebelum akhirnya perempuan itu keluar dari ruangan untuk mengurus administrasi perawatan Prima.***"Selamat ya, aku ikut senang ternyata kalian itu berjodoh, jangan ditunda untuk menikah, kalian cocok!" Shelin bicara demikian ketika mengetahui Galih dan Sumi akhirnya resmi berpacaran dan sebentar lagi akan menikah setelah meyakini kasus Pram dan juga Shelin yang terbelit masalah berkaita
Karena terkejut dengan apa yang menimpa Prima, Julie berteriak minta tolong. Ibunya Prima yang kebetulan ada di rumah segera ke ruang tamu. Tanpa berpikir panjang, ia berteriak memanggil tukang kebun agar bisa membantunya untuk membawa Prima ke rumah sakit. Julie menawarkan bantuan untuk memakai mobilnya saja. Ibunya Prima mengiyakan, dibantu tukang kebun, mereka segera membawa Prima ke mobil milik Julie dan setelah memasukkan tubuh Prima ke mobil, Julie dan wanita itu segera masuk pula ke dalam mobil. Sesampainya di rumah sakit terdekat, mereka meminta bantuan para petugas medis untuk membawa Prima ke IGD.Wajah ibunya Prima tidak tenang meskipun anak angkatnya itu sudah ditangani oleh dokter yang bertugas. "Apa yang kau lakukan pada anakku?" tanya wanita itu pada Julie. Mereka sedang menunggu dokter yang memeriksa Prima, hingga perempuan itu memutuskan untuk mengintrogasi Julie. "Aku minta maaf, Tante. Aku tidak bermaksud membuat Prima seperti itu, aku hanya ingin meluruskan se
"Benarkah? Masalah apa itu?" Raut wajah Prima semakin terlihat penasaran mendengar apa yang diucapkan oleh perempuan berambut pirang tersebut. "Kamu benar-benar tidak ingat lagi saat masa kuliah kamu dulu?" tanya Julie hati-hati, sekedar untuk memastikan, Prima masih ingat saat ia masih kuliah atau tidak."Tidak ingat."Dia benar-benar amnesia, ingatannya dihapus menggunakan ilmu kah, sampai ia tidak bisa ingat semuanya? Hati Julie bicara demikian. "Dulu, ada seorang wanita yang memperhatikan kamu secara diam-diam...."Julie mulai bercerita. Dan Prima menyimaknya dengan baik."Wanita itu tidak bisa mendekati, karena kamu sangat selektif dengan siapapun yang dekat denganmu, entah karena apa.""Lalu?""Seiring waktu, kamu yang seperti itu makin tenggelam dalam kesendirian, kamu sibuk dengan duniamu sendiri, tidak peduli dengan orang lain, hingga saat semua sibuk berpacaran, kamu justru tidak pernah suka dengan wanita sama sekali.""Kurasa aku memang orang yang seperti itu, karena ak
"Keterlaluan! Jadi, Mama melakukan ini hanya mengejar harta dan kedudukan?" Pram benar-benar tidak bisa menahan perasaannya sekarang hingga emosinya kembali tersulut meskipun Shelin memintanya untuk sabar karena mereka harus mendengarkan secara tuntas apa yang ingin diceritakan oleh Tante Putri pada mereka."Maaf, Pram, Mama yang salah, Mama memang takut hidup kita miskin, apalagi saat kamu menikah dengan Shelin, kamu itu bangkrut, Mama semakin sulit untuk menerima semuanya, Mama-""Aku yang membuat Pram bangkrut karena aku pembawa sial?" potong Shelin. "Sebenarnya, aku juga tidak tahu pasti, itu hanya pendapatku saja, karena setelah kamu dengan Pram, hidup Pram itu berantakan, aku membencimu, Shelin, lalu aku mendengar tentang nama kalian yang tidak cocok jika bersama, disitulah aku punya cara untuk membuat Pram percaya bahwa kamu pembawa sial!""Jangan salahkan Tante Putri, khusus untuk memisahkan kalian, aku juga ikut andil, aku terobsesi dengan Pram, jadi aku menerima tawaran Ra
Apa yang dikatakan oleh Sumi disetujui oleh Galih. Meskipun sekarang tidak bisa dipungkiri ia bahagia lantaran tidak menyangka ternyata ia dan Sumi berjodoh, tapi memikirkan sahabatnya, Pram yang sekarang sedang masa terpuruk, mau tidak mau membuat kebahagiaan Galih belum lengkap.Sementara itu, Shelin, Julie, Pram dan juga Sheila sudah saling berhadapan dengan Tante Putri yang masih belum dipastikan akan masuk penjara kapan karena kasus yang melibatkan dirinya masih diselidiki secara menyeluruh.Melihat kedatangan semuanya, Tante Putri tertunduk dalam. Perempuan itu merasa terpuruk sekarang dengan apa yang sudah terjadi padanya. "Tante, untuk masalah Wira dan apa yang sudah aku terima, aku tidak akan menuntut Tante asalkan Tante mau bicara apa yang sebenarnya terjadi selama ini, aku berjanji tidak akan menuntut Tante dengan alasan karena aku korban, tapi, aku harap, Tante bisa mengatakan semuanya pada kami semuanya. Tanpa bersisa."Shelin yang lebih dulu bicara, dan Tante Putri terd