Namun, apa boleh buat, mereka tidak bisa membantah perintah Ibu Ani. Walaupun seperti mustahil, tetap saja kesemuanya melakukan apa yang diperintahkan oleh pemilik catering.Terburu-buru karena dikejar oleh waktu, Shelin dan yang lainnya bekerja keras memasak ulang rendang yang diinginkan. Mereka berlomba karena tidak mau terkena komplain. Catering harus bisa memuaskan pelanggan, begitu pikir mereka hingga mereka terus berusaha untuk menaklukkan waktu agar mampu menyelesaikan pekerjaan lebih awal."Kamu merasa heran tidak sih, kenapa rendang yang baru dimasak bisa langsung basi? Ini aneh, aku lama kerja di sini tapi baru kali ini mendapat kejadian begini, seperti ada yang janggal."Mbak Isah bicara demikian pada teman yang sama-sama mengerjakan rendang pada subuh hari. Suaranya memang berbisik, tetapi dapat didengar dengan jelas oleh Shelin hingga Shelin merasa sedikit tidak nyaman. Entahlah, semenjak label pembawa sial yang diberikan oleh keluarga Pram, Shelin benar-benar tidak p
Mendengar anaknya berteriak, Shelin langsung menghampiri sang anak yang langsung memeluknya karena terkejut. Ibu Ani yang mendengar teriakan-teriakan di dapur bergegas datang, ia menghampiri Sumi yang masih terlihat pucat. "Ada apa sih? Bukannya kerja tapi justru ribut saja?" katanya pada Sumi."Maaf, Bu. Maaf!"Sumi hanya bisa meminta maaf berulang kali tanpa bisa menjelaskan apa yang sudah terjadi karena tidak tahu apa yang harus ia katakan.Sementara itu, Mbak Isah dan Mbak Erna berdatangan dan segera kembali membantu pekerjaan yang tadi mereka tinggalkan pada Shelin dan Sumi saja.Ibu Ani geleng-geleng kepala. "Pekerjaan ini belum selesai juga? Kenapa lama sekali, konsumen sudah menelpon sejak tadi karena kita belum melakukan pengiriman, yang cepat sedikit, dong!"Perempuan itu bicara lagi dan terpaksa, Sumi, Mbak Isah dan juga Mbak Erna tergesa-gesa melakukan pekerjaan itu karena tidak mau sang bos makin marah pada mereka.Setelah memberikan peringatan pada yang lain agar se
"Kamu!"Sumi yang menjawab pertanyaan seseorang yang baru datang yang ternyata Wira tersebut.Gadis itu tidak ragu menjawab pertanyaan Wira hingga Wira kesal bukan main. "Seenaknya aja lu, Sum! Gue ganteng gini lu katain sama macam bekantan, awas aja lu!" omel Wira panjang pendek, dan Sumi cekikikan, ia tidak menyangka sedang membicarakan Wira, ternyata orangnya langsung hadir hingga gadis itu sebenarnya terkejut juga. Namun, bukan Sumi jika bisa mati kutu dengan mudah, sudah terjebak dengan perbuatan sendiri pun, Sumi tetap maju pantang mundur. Shelin yang sedang kacau mau tidak mau harus menahan tawa mendengar pertengkaran antara Wira dan Sumi. Pertengkaran keduanya membuat ia melupakan sejenak perasaan kacau, dan tertekannya akibat kejadian hari ini, sampai akhirnya, Wira menghampiri dirinya dengan wajah penuh perasaan prihatin."Kalau ada yang ngomong macam-macam sama kamu, ngomong sama aku, biar aku yang melindungi kamu, masa musibah dijadikan perkara, siapa juga yang mau biki
Keributan yang tercipta di dapur membuat Ibu Ani tergopoh-gopoh berlari ke arah dapur karena khawatir dengan apa yang terjadi. Melihat Shelin yang menumpahkan minyak goreng, Sheila yang berteriak sambil menangis, dan Sumi yang sedang memukul Wira, perempuan itu berteriak histeris hingga situasi dapur semakin gaduh. Sheila yang berlari ke arah ibunya yang sedang membersihkan minyak goreng yang tumpah menyembunyikan diri di tubuh sang ibu sambil mengatakan bahwa ia takut. Sedangkan Wira dan Sumi? Terpaksa menghentikan pertengkaran mereka karena Ibu Ani murka.Perempuan itu benar-benar marah hingga suaranya saat mengomel sangat lantang dan menyeramkan bagi Sheila."Gaji kalian aku potong lagi 20 persen tambahan pemotongan gaji daging rendang yang basi! Kalau kalian membuat keributan sampai aku mengalami kerugian lagi, semua gaji kalian aku potong dan kalian tidak usah gajian bulan ini, titik!!"Setelah bicara demikian, Ibu Ani berlalu dari hadapan semua yang ada di situ yang shock kar
"Oh, jadi begitu rupanya, kurang ajar sekali anak itu, aku pikir, dia memang tidak dibiayai oleh mantan suaminya tersebut makanya aku mempekerjakan dia, padahal aku juga tidak yakin karena dia bawa anak segala, rasanya seperti seseorang yang memaksakan diri untuk tetap pura-pura tidak terjadi apa-apa, awalnya aku pikir tidak akan ada kejadian yang bisa merugikan cateringku, tapi ternyata begitu ceritanya, aku benar-benar seperti sudah ditipu!"Ibu Ani sangat murka mendengar apa yang diucapkan oleh Julie. Tidak menyangka jika ia sudah kecolongan hingga membuat ia merasa sudah dibohongi. Melihat kemarahan yang ditahan-tahan oleh wanita pemilik catering itu, bibir Julie mengulas senyum. Senang sekali ia karena wanita di sampingnya itu percaya pada apa yang diucapkan olehnya. Misinya adalah, Shelin harus pergi dari kota Samarinda, sebab jika wanita itu masih ada di Samarinda, pikiran Pram tetap tertuju pada Shelin hingga pria itu selalu saja menunda pernikahan mereka dengan bermacam-ma
Shelin mengerutkan keningnya ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Sumi. "Maksud kamu?" tanyanya tidak mengerti. Untuk sesaat, Sumi merasa bingung untuk apa yang harus ia katakan pada Shelin. Hingga akhirnya...."Enggak, cuma mau memastikan apa yang aku lihat itu apa, itu juga kalau Mbak mau."Sumi memilih memakai kata-kata itu saja khawatir menyinggung perasaan Shelin."Oh, gitu, ya udah kapan-kapan, ya, kamu datang aja ke rumah kalau mau, nanti chat aja ntar aku kasih tau tempatnya."Sumi menarik napas lega karena kelihatannya Shelin tidak tersinggung dengan apa yang ia katakan.Alhasil, Shelin benar-benar berlalu dari hadapan Sumi sambil menggandeng anaknya dengan perasaan bercampur aduk. "Kamu ngapain, masih mau berinteraksi dengan dia!"Selagi Sumi masih menatap kepergian Shelin, tiba-tiba saja suara Ibu Ani terdengar, dan Sumi seketika berpaling. Bosnya sudah berdiri di sampingnya dengan raut wajahnya yang tidak suka."Ibu kenapa pecat Mbak Shelin, sih? Dia baik, Bu. Kerja
"Entahlah, gue ngerasa ini aneh, gue rasa mantan bini lu itu wanita yang baik, kenapa bisa punya sesuatu yang bisa bikin orang sial gitu, gue ngerasa ada yang kagak beres aja.""Maksud, lu?""Ya, kali aja ini kerjaan orang yang kagak suka sama dia, buat sesuatu yang kagak enak, terus jadi bikin Shelin macam itu.""Kata nyokap gue itu karena perhitungan nama dia jelek.""Ganti nama!""Udahlah, ngapain kita bahas hal gituan, gue juga ngerasa ini macam lelucon, tapi kenyataannya, emang macam itu, kan? Lu sendiri ngeliat apa yang gue alami itu nyata, setelah gue cerai sama dia, gue justru baik-baik aja, hidup gue yang buruk berubah baik lagi!""Tapi, gue kasian sama dia, Pram, kenapa rasanya gue jadi penasaran, bukannya kagak percaya, justru karena gue ngeliat lu sama dia pisah terus perubahan dari lu kentara itu bikin gue mikir, ada yang aneh dari kesialan yang dialami Shelin, dia wanita yang baik, kenapa hidupnya ngenes, gitu.""Rasa kasihan lu itu jadi rasa suka, gitu?""Kalo soal su
Pram tidak lagi membalas pesan dari Galih. Entahlah, semakin dipikirkan, semakin frustasi ia rasanya, ingin mendesak Galih, ia khawatir justru terasa aneh karena Galih pasti berpikir macam-macam tentang dirinya, bagaimana caranya agar ia bisa mencegah sahabatnya itu untuk mendekati Shelin?Alhasil, setelah kejadian itu, Pram memutuskan untuk mengawasi Shelin dari kejauhan. Ia masih mematuhi aturan dari sang ibu bahwa ia tidak boleh berinteraksi dengan sang mantan istri, itu sebabnya Pram hanya bisa memperhatikan Shelin dari jauh. "Shelin!"Sebuah mobil berhenti saat Shelin membimbing sang anak pulang dari mendaftar sekolah taman kanak-kanak setelah mendapat uang pinjaman dari Galih untuk membayar biaya pendaftaran.Kaca mobil terbuka, Prima. Pria yang memanggil Shelin itu adalah Prima. Sepertinya, ia baru saja dari catering Ibu Ani. Entah, apa yang terjadi di sana dan itu disaksikan oleh Pram dari kejauhan hingga pria itu merasa bahwa sang mantan istri terlalu mudah berinteraksi den
Perasaan Shelin jadi tidak karuan ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Pram. Beberapa kali mantan suaminya itu bicara demikian tentang dirinya yang bukan pembawa sial, Pram selalu mengatakan, bahwa yang membawa sial itu dirinya sendiri."Masalah siapa yang sial, aku tidak mau tahu, karena bagiku, semua yang terjadi itu ada hikmahnya, kejadian buruk sekalipun, rasa trauma karena sudah membuat kehidupan orang lain jadi terpuruk membuat aku berpikir banyak tentang itu, dan yang mempermasalahkan ibu kamu....""Kita bahas ini di depan ibuku? Kamu mau?""Untuk apa?""Aku hanya ingin ibuku tahu aku yang ingin rujuk dengan kamu, bukan kamu, biar beliau tidak menyalahkan kamu."Shelin menghela napas. Ditatapnya Pram saat pria itu bicara demikian, hingga akhirnya perempuan itu setuju dengan apa yang diusulkan Pram, dan mereka melanjutkan perjalanan pulang khawatir Sheila mencari mereka karena sudah pergi terlalu lama.***"Julie?" Sumi terkejut ketika saat ia membuka pintu rumahnya, Julie
Sang ustadz menghela napas panjang mendengar isi pertanyaan Pram. Ia menatap Pram, Shelin dan Galih bergantian."Orang yang memberikan perintah pada seorang dukun untuk melakukan kejahatan, akan menerima balasannya sendiri, Nak. Jadi, lambat laun, Allah akan memberikan balasannya, kau tidak perlu repot untuk membalas.""Tidak perlu diperkarakan?" "Kamu memperkarakan dengan kondisi dia yang seperti itu, hukumannya juga tertunda, kepolisian akan membuat dia sembuh dulu baru proses dijalankan, biasanya hal-hal seperti itu tidak akan bisa sembuh kecuali ada mukjizat dari Allah dan orang itu sendiri bertobat, jika tidak entahlah....""Begitu, ya. Baiklah, terima kasih, Ustadz, kalau begitu kami pamit dulu, terima kasih sekali lagi." Pram, Shelin dan juga Galih akhirnya pamit dari hadapan ustadz tersebut. Mereka berpikir mungkin akan lebih baik ke rumah sakit untuk mengetahui bagaimana keadaan Ratna sebelum kembali ke kost Shelin. Shelin menghubungi Sumi untuk memastikan apakah sang ana
Galih, Pram dan juga Shelin manggut-manggut mendengar penjelasan pria tersebut. Lalu, mereka mempersilahkan orang itu untuk memanggil seorang ustadz terdekat agar bisa memeriksa keadaan pemilik rumah yang dibayar Ratna untuk praktik ilmu tak lazimnya. Beberapa saat kemudian, orang itu sudah kembali bersama ustadz yang dimaksud dan mereka langsung masuk ke rumah dukun yang dibayar Ratna untuk memeriksa apa yang terjadi, akan tetapi, ketika mereka baru saja sampai di ambang pintu, dukun itu berteriak agar mereka tidak masuk.Ustadz itu meminta yang lain untuk tetap di luar, karena pria pemilik rumah itu menatap tajam ke arahnya dengan mata yang merah entah karena apa."Pergilah kamu dari raga orang itu, jangan mengganggu manusia, kau punya dunia sendiri, jangan mengacaukan kehidupan manusia!"Ustadz itu bicara dan Pram, Galih, Shelin serta laki-laki yang memanggil ustadz itu memperhatikan dengan raut wajah yang demikian tegang. "Aku tidak akan pergi! Dia harus bertanggung jawab atas k
Pendapat Galih akhirnya diterima oleh Pram. Shelin meminta maaf pada Sumi karena sudah merepotkan wanita itu untuk membuatnya menjaga Sheila, namun Sumi meyakinkan pada Shelin bahwa ia tidak keberatan sama sekali untuk menjaga anak temannya tersebut. Alhasil, mereka segera berangkat ke tempat di mana Pram mendapatkan informasi tentang dukun yang dimaksud. Mereka berharap, informasi itu benar, karena mereka ingin masalah bisa selesai secepatnya.Setelah menempuh perjalanan yang lumayan melelahkan lantaran terjebak macet, akhirnya mereka sampai di sebuah rumah yang dikatakan rumah di mana Ratna sering terlihat datang di waktu waktu yang tidak biasa. Saat mereka mengetuk pintu rumah tersebut, cukup lama mereka menunggu pintu itu dibuka, sampai akhirnya, seseorang membukakan pintu dan terlihat heran melihat beberapa orang berdiri di depannya seperti itu. "Ada perlu apa kalian ke sini?" tanyanya dengan wajah kurang bersahabat."Ada perlu untuk mengetahui apa yang dilakukan seseorang yan
Sang ibu terenyuh mendengar apa yang diucapkan oleh sang anak angkat, ia tidak bisa berkata-kata, meskipun ada kekhawatiran yang ia simpan di dasar hati jika nanti Prima justru kembali pada keluarga aslinya, namun wanita itu tidak bisa melarang apa yang diinginkan oleh sang anak. Karena baginya, kebahagiaan Prima yang terpenting."Jaga anakku dengan baik, Julie, apapun kesalahan yang pernah kau lakukan, aku harap kau tidak melakukannya kembali terlebih pada putraku, kalau kau menyakitinya, aku orang pertama yang sangat ingin memberikan kamu pelajaran, ingat itu."Begitu pesan ibunya Prima pada Julie sebelum akhirnya perempuan itu keluar dari ruangan untuk mengurus administrasi perawatan Prima.***"Selamat ya, aku ikut senang ternyata kalian itu berjodoh, jangan ditunda untuk menikah, kalian cocok!" Shelin bicara demikian ketika mengetahui Galih dan Sumi akhirnya resmi berpacaran dan sebentar lagi akan menikah setelah meyakini kasus Pram dan juga Shelin yang terbelit masalah berkaita
Karena terkejut dengan apa yang menimpa Prima, Julie berteriak minta tolong. Ibunya Prima yang kebetulan ada di rumah segera ke ruang tamu. Tanpa berpikir panjang, ia berteriak memanggil tukang kebun agar bisa membantunya untuk membawa Prima ke rumah sakit. Julie menawarkan bantuan untuk memakai mobilnya saja. Ibunya Prima mengiyakan, dibantu tukang kebun, mereka segera membawa Prima ke mobil milik Julie dan setelah memasukkan tubuh Prima ke mobil, Julie dan wanita itu segera masuk pula ke dalam mobil. Sesampainya di rumah sakit terdekat, mereka meminta bantuan para petugas medis untuk membawa Prima ke IGD.Wajah ibunya Prima tidak tenang meskipun anak angkatnya itu sudah ditangani oleh dokter yang bertugas. "Apa yang kau lakukan pada anakku?" tanya wanita itu pada Julie. Mereka sedang menunggu dokter yang memeriksa Prima, hingga perempuan itu memutuskan untuk mengintrogasi Julie. "Aku minta maaf, Tante. Aku tidak bermaksud membuat Prima seperti itu, aku hanya ingin meluruskan se
"Benarkah? Masalah apa itu?" Raut wajah Prima semakin terlihat penasaran mendengar apa yang diucapkan oleh perempuan berambut pirang tersebut. "Kamu benar-benar tidak ingat lagi saat masa kuliah kamu dulu?" tanya Julie hati-hati, sekedar untuk memastikan, Prima masih ingat saat ia masih kuliah atau tidak."Tidak ingat."Dia benar-benar amnesia, ingatannya dihapus menggunakan ilmu kah, sampai ia tidak bisa ingat semuanya? Hati Julie bicara demikian. "Dulu, ada seorang wanita yang memperhatikan kamu secara diam-diam...."Julie mulai bercerita. Dan Prima menyimaknya dengan baik."Wanita itu tidak bisa mendekati, karena kamu sangat selektif dengan siapapun yang dekat denganmu, entah karena apa.""Lalu?""Seiring waktu, kamu yang seperti itu makin tenggelam dalam kesendirian, kamu sibuk dengan duniamu sendiri, tidak peduli dengan orang lain, hingga saat semua sibuk berpacaran, kamu justru tidak pernah suka dengan wanita sama sekali.""Kurasa aku memang orang yang seperti itu, karena ak
"Keterlaluan! Jadi, Mama melakukan ini hanya mengejar harta dan kedudukan?" Pram benar-benar tidak bisa menahan perasaannya sekarang hingga emosinya kembali tersulut meskipun Shelin memintanya untuk sabar karena mereka harus mendengarkan secara tuntas apa yang ingin diceritakan oleh Tante Putri pada mereka."Maaf, Pram, Mama yang salah, Mama memang takut hidup kita miskin, apalagi saat kamu menikah dengan Shelin, kamu itu bangkrut, Mama semakin sulit untuk menerima semuanya, Mama-""Aku yang membuat Pram bangkrut karena aku pembawa sial?" potong Shelin. "Sebenarnya, aku juga tidak tahu pasti, itu hanya pendapatku saja, karena setelah kamu dengan Pram, hidup Pram itu berantakan, aku membencimu, Shelin, lalu aku mendengar tentang nama kalian yang tidak cocok jika bersama, disitulah aku punya cara untuk membuat Pram percaya bahwa kamu pembawa sial!""Jangan salahkan Tante Putri, khusus untuk memisahkan kalian, aku juga ikut andil, aku terobsesi dengan Pram, jadi aku menerima tawaran Ra
Apa yang dikatakan oleh Sumi disetujui oleh Galih. Meskipun sekarang tidak bisa dipungkiri ia bahagia lantaran tidak menyangka ternyata ia dan Sumi berjodoh, tapi memikirkan sahabatnya, Pram yang sekarang sedang masa terpuruk, mau tidak mau membuat kebahagiaan Galih belum lengkap.Sementara itu, Shelin, Julie, Pram dan juga Sheila sudah saling berhadapan dengan Tante Putri yang masih belum dipastikan akan masuk penjara kapan karena kasus yang melibatkan dirinya masih diselidiki secara menyeluruh.Melihat kedatangan semuanya, Tante Putri tertunduk dalam. Perempuan itu merasa terpuruk sekarang dengan apa yang sudah terjadi padanya. "Tante, untuk masalah Wira dan apa yang sudah aku terima, aku tidak akan menuntut Tante asalkan Tante mau bicara apa yang sebenarnya terjadi selama ini, aku berjanji tidak akan menuntut Tante dengan alasan karena aku korban, tapi, aku harap, Tante bisa mengatakan semuanya pada kami semuanya. Tanpa bersisa."Shelin yang lebih dulu bicara, dan Tante Putri terd