"Maksud kamu?" Shelin tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Prima, hingga meminta penjelasan detail pada pria tersebut."Iya, tidak ada seorang pengendara motor di samping mobil ini, aku tidak melihatnya, kau bilang ada pengendara motor, bukan? Tidak ada siapapun di situ hanya dua mobil yang bersisian dengan mobil ini."Prima kembali menjelaskan agar Shelin bisa paham dengan apa yang ia katakan.Shelin memperhatikan sisi mobil di mana Pram masih ada di situ dengan motornya. Sekarang, mobil berhenti di perempatan lampu merah. Shelin meminta Prima untuk memperhatikan baik-baik pengendara motor yang juga berhenti tepat di sampingnya."Itu, tepat di samping kamu, pengendara motor berjaket hitam, itu ayahnya Sheila, kamu sekarang bisa lihat, kan?"Shelin mengatakan hal itu sambil menunjuk ke arah luar jendela mobil di samping Prima, dan Prima mengikuti arah telunjuk Shelin."Mana? Itu mobil, tidak ada pengendara di sana, tepat di sampingku, bukan?" kata Prima sekali lagi.Ini mem
"Pokoknya, kamu itu harus berusaha, Shelin, karena aku juga tidak bisa selalu menampung kamu di sini, kamu paham tidak?""Maksud Ibu?""Kurang jelas? Maksudku, kau tidak bisa di sini terus menerus tinggal, gudang itu menampung barang, kalau kau dan anakmu ada di sana, aku susah untuk meletakkan barang!""Iya, Bu, saya paham, saya akan berusaha untuk mencari kontrakan agar cepat pindah.""Kamu tidak lupa tentang situasi kamu, kan? Kamu itu sial mau mencari di manapun kurasa itu percuma, jalan satu-satunya kau harus menerima Pak Prima, kurang apalagi dia itu? Kalaupun dia tidak suka padamu, buat dia suka padamu, bereskan?" Setelah bicara demikian, Ibu Ani beranjak dari hadapan Shelin. Meninggalkan Shelin yang tidak tahu harus bersikap bagaimana menerima perlakuan sang bos padanya."Ibu Ani benar, kamu itu bisa menarik perhatian Pak Prima, dia aja suka ngajakin kamu keluar, masa mau menumpang di sini terus? Tidak kasihan sama anak? Tinggal di gudang dekat dapur? Tinggal kamu goda sedi
"Tapi, ustadz sendiri bilang kesialan dia itu tidak akan berpengaruh pada orang lain, Bu. Ibu benar, ada orang yang merekayasa semuanya, itu berarti sebenarnya Shelin tidak sial, hanya perlu dibebaskan dari label itu!""Prima, patuhlah, kau tidak bisa menyepelekan masalah itu, kau baru saja bebas dari kesialan yang orang berikan padamu, jadi jangan membuat situasi itu kau alami lagi, ya?""Kalau dia memang dikerjain orang, bukankah kita harus membantunya?""Kenapa kau ini? Kau tidak menyukai dia, kan? Bukan masalah dia janda atau gadis, masalahnya, kesialan dia itu memberikan dampak buat kamu atau tidak?""Aku yakin tidak, Bu.""Lalu, kenapa dengan wajah kamu? Wajah kamu pucat, artinya kamu sedang tidak baik-baik saja sekarang, iya, kan?""Aku sakit kepala, mungkin terlalu banyak berpikir, tapi, Ibu percaya sama aku, aku tidak akan membuat diri sendiri celaka, jadi percayalah, aku tidak akan bertindak ceroboh, aku istirahat dulu, Bu."Prima pamit untuk ke kamarnya meninggalkan kedua or
Teriakan Ibu Ani membuat sayur yang ada di baskom besar itu tumpah ruah ke lantai dapur! Ini membuat situasi semakin kacau, dan Julie yang melihat kejadian itu geleng-geleng kepala.Ketika ia ingin mendamprat Wira, Shelin menghampirinya setelah tadi sempat dipelototi oleh Ibu Ani lantaran ia menyalahkan Shelin pasti perempuan itu yang membuat sial situasi hingga kekacauan itu terjadi.Namun, karena ia harus mengomeli karyawannya yang sudah membuat sayuran itu tumpah, terpaksa bagian Shelin ditahannya. Lagipula, perempuan itu juga sedang ditunggu oleh wanita berambut pirang tersebut hingga Ibu Ani membiarkan Shelin berlalu untuk menemui."Ada apa?" tanya Shelin. Julie memperhatikan Shelin ketika perempuan itu sudah ada di hadapannya.Ia memberikan isyarat untuk Shelin agar mengikuti dirinya sedikit menjauh dari tempat mereka tadi karena omelan Ibu Ani cukup mengganggu apa yang ingin ia ucapkan."Shelin, aku mau kamu jangan mempergunakan anak kamu untuk menarik perhatian Pram, aku eng
"Aku salut dengan Mbak Shelin.""Kalau kamu sudah punya anak, pasti tahu apa yang aku lakukan hanya untuk membuat Sheila tidak down setelah perceraian kami.""Tetap aja, tidak semua wanita bisa seperti Mbak, meskipun sudah diceraikan, dimusuhi, tapi Mbak selalu mendoakan yang terbaik untuk mantan suami, Mbak.""Karena kalau kita pernah menikah dan saling mencintai kita tidak perlu bermusuhan ... Bukankah awalnya kita saling mencintai? Kenapa harus bermusuhan?""Tapi, banyak yang tidak bisa berdamai dengan masa lalu karena terlalu merasa sakit hati, Mbak....""Termasuk kamu?""Eh?"Sumi terkejut dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Shelin."Iya, kamu, apakah kamu juga termasuk yang demikian? Tidak bisa berdamai dengan mantan?"Shelin memperjelas apa yang dikatakannya pada Sumi, dan Sumi menggeleng cepat."Aku enggak pernah pacaran, Mbak!" kata Sumi dan ini membuat Shelin terkejut. "Benarkah?""Iya, enggak ada yang naksir sama cewek cablak kayak aku, kebanyakan pria itu suka cewe
[Aku kesel, calon suamiku itu masih sering ketemu dengan anak dengan mantan istrinya!]Deg! Jantung Sumi seperti berhenti berdenyut ketika membaca pesan balasan dari Julie tentang apa yang ia tanyakan pada temannya tersebut.Sesuai dengan yang terjadi baru saja, di mana Shelin diperingatkan untuk tidak membiarkan anaknya bertemu sang mantan suami. [Kamu pacaran sama duda?]Akhirnya, Sumi mengirimkan pesan kembali pada Julie. [Duda keren, dia ganteng dan sejak dulu emang aku suka, kamu ingat enggak waktu aku dulu mau dijodohkan terus aku enggak mau?]Julie membalas lagi pesan dari Sumi. Membuat Sumi semakin bersemangat untuk mengorek informasi dari temannya tersebut.[Ingat, terus apa dia orangnya?][Bukan, dia ini kakak pria yang dijodohkan sama aku, aku lebih suka kakaknya tapi kakaknya cuek sama aku terus nikah sama perempuan bernama Shelin, sekarang dia cerai, aku ada kesempatan dong buat mendekati][Bukan karena kamu kan mereka cerai? Kamu bukan pelakor, kan?]Pesan dari Sumi un
"Kamu mengatakan hal itu karena kamu menjalin hubungan dengan seseorang yang kaya, kan?""Apa?"Shelin terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Pram hingga perempuan itu tidak jadi beranjak kembali."Ya, kamu sudah mendapatkan calon suami hingga kamu bisa bicara seperti itu, asal kamu ketahui aja, aku tidak menginginkan perjodohan itu, Shelin, aku masih merasa, perasaanku terhadapmu tidak pernah berubah...."Ada yang berdesir di hati Shelin saat mendengar apa yang diucapkan oleh sang mantan suami. Tetapi sebelah hatinya mengutuk apa yang ia rasakan karena baginya itu tidak boleh ia hadirkan atau sekedar menikmati.Terlalu banyak aral melintang jika memaksakan bersama dengan Pram, meskipun pada kenyataannya, perasaannya pada pria itu juga belum berubah, tetap sama seperti dulu. "Kamu sudah mau menikah, jangan bicara begitu pada mantan istri, hargai perasaan calon istrimu, aku cuma minta satu hal, kalau kamu menemui Sheila, usahakan untuk tidak diketahui mereka, bisa kan?"Shelin memili
Perkataan Tante Putri membuat Julie benar-benar kesal bukan kepalang, kesal sekaligus cemas, karena khawatir Pram benar-benar tidak mau dijodohkan dengannya.Julie mengakhiri percakapan, wajahnya terlihat kusut. Rencana Tante Putri bahwa mereka harus menemui Ratna disetujui. Julie dan Tante Putri menemui Ratna di rumah kontrakannya. Keduanya menolak untuk masuk ketika Ratna mempersilakan mereka masuk dan mengajak Ratna segera ke dalam mobil milik Julie. Saat itu, Roxy sedang tidak ada di rumah. Desi anak semata wayangnya sedang sekolah, itu sebabnya Ratna tidak keberatan saat diajak masuk ke mobil oleh Tante Putri."Dukun kamu itu gimana, sih? Katanya Pram bakal benci sama Sheila dan Shelin, kenapa justru sebaliknya? Mereka jadi akrab kembali dan tidak lagi merasakan efek kesialan itu, Ratna!"Tante Putri bicara demikian pada Ratna dengan wajah tidak senang. "Kenapa dengan Pram?""Ratna, Pram itu justru mau membatalkan pernikahan kami, bukan semakin lengket sama aku, harusnya sema
Perasaan Shelin jadi tidak karuan ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Pram. Beberapa kali mantan suaminya itu bicara demikian tentang dirinya yang bukan pembawa sial, Pram selalu mengatakan, bahwa yang membawa sial itu dirinya sendiri."Masalah siapa yang sial, aku tidak mau tahu, karena bagiku, semua yang terjadi itu ada hikmahnya, kejadian buruk sekalipun, rasa trauma karena sudah membuat kehidupan orang lain jadi terpuruk membuat aku berpikir banyak tentang itu, dan yang mempermasalahkan ibu kamu....""Kita bahas ini di depan ibuku? Kamu mau?""Untuk apa?""Aku hanya ingin ibuku tahu aku yang ingin rujuk dengan kamu, bukan kamu, biar beliau tidak menyalahkan kamu."Shelin menghela napas. Ditatapnya Pram saat pria itu bicara demikian, hingga akhirnya perempuan itu setuju dengan apa yang diusulkan Pram, dan mereka melanjutkan perjalanan pulang khawatir Sheila mencari mereka karena sudah pergi terlalu lama.***"Julie?" Sumi terkejut ketika saat ia membuka pintu rumahnya, Julie
Sang ustadz menghela napas panjang mendengar isi pertanyaan Pram. Ia menatap Pram, Shelin dan Galih bergantian."Orang yang memberikan perintah pada seorang dukun untuk melakukan kejahatan, akan menerima balasannya sendiri, Nak. Jadi, lambat laun, Allah akan memberikan balasannya, kau tidak perlu repot untuk membalas.""Tidak perlu diperkarakan?" "Kamu memperkarakan dengan kondisi dia yang seperti itu, hukumannya juga tertunda, kepolisian akan membuat dia sembuh dulu baru proses dijalankan, biasanya hal-hal seperti itu tidak akan bisa sembuh kecuali ada mukjizat dari Allah dan orang itu sendiri bertobat, jika tidak entahlah....""Begitu, ya. Baiklah, terima kasih, Ustadz, kalau begitu kami pamit dulu, terima kasih sekali lagi." Pram, Shelin dan juga Galih akhirnya pamit dari hadapan ustadz tersebut. Mereka berpikir mungkin akan lebih baik ke rumah sakit untuk mengetahui bagaimana keadaan Ratna sebelum kembali ke kost Shelin. Shelin menghubungi Sumi untuk memastikan apakah sang ana
Galih, Pram dan juga Shelin manggut-manggut mendengar penjelasan pria tersebut. Lalu, mereka mempersilahkan orang itu untuk memanggil seorang ustadz terdekat agar bisa memeriksa keadaan pemilik rumah yang dibayar Ratna untuk praktik ilmu tak lazimnya. Beberapa saat kemudian, orang itu sudah kembali bersama ustadz yang dimaksud dan mereka langsung masuk ke rumah dukun yang dibayar Ratna untuk memeriksa apa yang terjadi, akan tetapi, ketika mereka baru saja sampai di ambang pintu, dukun itu berteriak agar mereka tidak masuk.Ustadz itu meminta yang lain untuk tetap di luar, karena pria pemilik rumah itu menatap tajam ke arahnya dengan mata yang merah entah karena apa."Pergilah kamu dari raga orang itu, jangan mengganggu manusia, kau punya dunia sendiri, jangan mengacaukan kehidupan manusia!"Ustadz itu bicara dan Pram, Galih, Shelin serta laki-laki yang memanggil ustadz itu memperhatikan dengan raut wajah yang demikian tegang. "Aku tidak akan pergi! Dia harus bertanggung jawab atas k
Pendapat Galih akhirnya diterima oleh Pram. Shelin meminta maaf pada Sumi karena sudah merepotkan wanita itu untuk membuatnya menjaga Sheila, namun Sumi meyakinkan pada Shelin bahwa ia tidak keberatan sama sekali untuk menjaga anak temannya tersebut. Alhasil, mereka segera berangkat ke tempat di mana Pram mendapatkan informasi tentang dukun yang dimaksud. Mereka berharap, informasi itu benar, karena mereka ingin masalah bisa selesai secepatnya.Setelah menempuh perjalanan yang lumayan melelahkan lantaran terjebak macet, akhirnya mereka sampai di sebuah rumah yang dikatakan rumah di mana Ratna sering terlihat datang di waktu waktu yang tidak biasa. Saat mereka mengetuk pintu rumah tersebut, cukup lama mereka menunggu pintu itu dibuka, sampai akhirnya, seseorang membukakan pintu dan terlihat heran melihat beberapa orang berdiri di depannya seperti itu. "Ada perlu apa kalian ke sini?" tanyanya dengan wajah kurang bersahabat."Ada perlu untuk mengetahui apa yang dilakukan seseorang yan
Sang ibu terenyuh mendengar apa yang diucapkan oleh sang anak angkat, ia tidak bisa berkata-kata, meskipun ada kekhawatiran yang ia simpan di dasar hati jika nanti Prima justru kembali pada keluarga aslinya, namun wanita itu tidak bisa melarang apa yang diinginkan oleh sang anak. Karena baginya, kebahagiaan Prima yang terpenting."Jaga anakku dengan baik, Julie, apapun kesalahan yang pernah kau lakukan, aku harap kau tidak melakukannya kembali terlebih pada putraku, kalau kau menyakitinya, aku orang pertama yang sangat ingin memberikan kamu pelajaran, ingat itu."Begitu pesan ibunya Prima pada Julie sebelum akhirnya perempuan itu keluar dari ruangan untuk mengurus administrasi perawatan Prima.***"Selamat ya, aku ikut senang ternyata kalian itu berjodoh, jangan ditunda untuk menikah, kalian cocok!" Shelin bicara demikian ketika mengetahui Galih dan Sumi akhirnya resmi berpacaran dan sebentar lagi akan menikah setelah meyakini kasus Pram dan juga Shelin yang terbelit masalah berkaita
Karena terkejut dengan apa yang menimpa Prima, Julie berteriak minta tolong. Ibunya Prima yang kebetulan ada di rumah segera ke ruang tamu. Tanpa berpikir panjang, ia berteriak memanggil tukang kebun agar bisa membantunya untuk membawa Prima ke rumah sakit. Julie menawarkan bantuan untuk memakai mobilnya saja. Ibunya Prima mengiyakan, dibantu tukang kebun, mereka segera membawa Prima ke mobil milik Julie dan setelah memasukkan tubuh Prima ke mobil, Julie dan wanita itu segera masuk pula ke dalam mobil. Sesampainya di rumah sakit terdekat, mereka meminta bantuan para petugas medis untuk membawa Prima ke IGD.Wajah ibunya Prima tidak tenang meskipun anak angkatnya itu sudah ditangani oleh dokter yang bertugas. "Apa yang kau lakukan pada anakku?" tanya wanita itu pada Julie. Mereka sedang menunggu dokter yang memeriksa Prima, hingga perempuan itu memutuskan untuk mengintrogasi Julie. "Aku minta maaf, Tante. Aku tidak bermaksud membuat Prima seperti itu, aku hanya ingin meluruskan se
"Benarkah? Masalah apa itu?" Raut wajah Prima semakin terlihat penasaran mendengar apa yang diucapkan oleh perempuan berambut pirang tersebut. "Kamu benar-benar tidak ingat lagi saat masa kuliah kamu dulu?" tanya Julie hati-hati, sekedar untuk memastikan, Prima masih ingat saat ia masih kuliah atau tidak."Tidak ingat."Dia benar-benar amnesia, ingatannya dihapus menggunakan ilmu kah, sampai ia tidak bisa ingat semuanya? Hati Julie bicara demikian. "Dulu, ada seorang wanita yang memperhatikan kamu secara diam-diam...."Julie mulai bercerita. Dan Prima menyimaknya dengan baik."Wanita itu tidak bisa mendekati, karena kamu sangat selektif dengan siapapun yang dekat denganmu, entah karena apa.""Lalu?""Seiring waktu, kamu yang seperti itu makin tenggelam dalam kesendirian, kamu sibuk dengan duniamu sendiri, tidak peduli dengan orang lain, hingga saat semua sibuk berpacaran, kamu justru tidak pernah suka dengan wanita sama sekali.""Kurasa aku memang orang yang seperti itu, karena ak
"Keterlaluan! Jadi, Mama melakukan ini hanya mengejar harta dan kedudukan?" Pram benar-benar tidak bisa menahan perasaannya sekarang hingga emosinya kembali tersulut meskipun Shelin memintanya untuk sabar karena mereka harus mendengarkan secara tuntas apa yang ingin diceritakan oleh Tante Putri pada mereka."Maaf, Pram, Mama yang salah, Mama memang takut hidup kita miskin, apalagi saat kamu menikah dengan Shelin, kamu itu bangkrut, Mama semakin sulit untuk menerima semuanya, Mama-""Aku yang membuat Pram bangkrut karena aku pembawa sial?" potong Shelin. "Sebenarnya, aku juga tidak tahu pasti, itu hanya pendapatku saja, karena setelah kamu dengan Pram, hidup Pram itu berantakan, aku membencimu, Shelin, lalu aku mendengar tentang nama kalian yang tidak cocok jika bersama, disitulah aku punya cara untuk membuat Pram percaya bahwa kamu pembawa sial!""Jangan salahkan Tante Putri, khusus untuk memisahkan kalian, aku juga ikut andil, aku terobsesi dengan Pram, jadi aku menerima tawaran Ra
Apa yang dikatakan oleh Sumi disetujui oleh Galih. Meskipun sekarang tidak bisa dipungkiri ia bahagia lantaran tidak menyangka ternyata ia dan Sumi berjodoh, tapi memikirkan sahabatnya, Pram yang sekarang sedang masa terpuruk, mau tidak mau membuat kebahagiaan Galih belum lengkap.Sementara itu, Shelin, Julie, Pram dan juga Sheila sudah saling berhadapan dengan Tante Putri yang masih belum dipastikan akan masuk penjara kapan karena kasus yang melibatkan dirinya masih diselidiki secara menyeluruh.Melihat kedatangan semuanya, Tante Putri tertunduk dalam. Perempuan itu merasa terpuruk sekarang dengan apa yang sudah terjadi padanya. "Tante, untuk masalah Wira dan apa yang sudah aku terima, aku tidak akan menuntut Tante asalkan Tante mau bicara apa yang sebenarnya terjadi selama ini, aku berjanji tidak akan menuntut Tante dengan alasan karena aku korban, tapi, aku harap, Tante bisa mengatakan semuanya pada kami semuanya. Tanpa bersisa."Shelin yang lebih dulu bicara, dan Tante Putri terd