"Soal itu, Tante tidak perlu khawatir, asalkan Pram bisa menjadi milikku, apapun yang Tante mau, aku akan memberikannya."Senyum mengembang di bibir Tante Putri. Rasanya, ia tidak sabar untuk membuat anaknya bisa menikah secepatnya dengan Julie. Rumah impian. Tante Putri ingin kaya seperti saat Pram belum bangkrut. Memiliki rumah yang besar dan dikawasan tempat yang elite, hingga ia tidak dipandang remeh, itulah keinginannya, jika bukan lewat Julie, Tante Putri yakin impiannya itu tidak akan segera tercapai. Sangat sulit, itu sebabnya, Tante Putri berusaha untuk membuat keduanya cepat menikah, hingga sejumlah rencana mulai terancang di benak wanita tersebut.***Shelin akhirnya diterima menjadi tukang cuci pakaian karyawan perusahaan batu-bara yang tinggal di rumah yang disewa pemilik perusahaan untuk para karyawannya.Setiap selesai mengantar Sheila sekolah, perempuan itu langsung ke rumah tersebut untuk mengambil pakaian kotor.Sebenarnya, Shelin sungkan karena harus datang ke temp
Perempuan itu buru-buru bangkit dan mundur, namun ia terbentur dengan tubuh pria di belakangnya hingga spontan Shelin menjauhkan diri dari pria itu dengan cepat.Kini, Shelin seperti seekor mangsa yang dikelilingi oleh pemangsa, hingga membuat perasaan wanita itu tidak nyaman. "Maaf, kalian bilang apa? Saya ke sini buat kerja, bukan untuk melakukan macam-macam, tolong hargai saya, saya-""Hargai? Kamu sendiri, lho yang memancing, kamu kesepian karena kamu janda, kan? Tidak pernah dapat nafkah batin lagi? Kalau wanita yang baik, tidak mungkin hijau melihat bagian bawah perut pria, kau tadi bernafsu melihat bagian bawahku, lho!"Si pria yang ada di hadapan Shelin bicara demikian hingga membuat Shelin kesal. "Anda bicara apa? Saya tidak berpikir sekotor itu, tadi saya sudah minta tolong teman Anda untuk mengambil pakaian kotor kalian, saya tidak mau masuk, tapi teman kalian tidak mau, lalu memberikan perintah agar-""Ada apa ini?"Sebuah suara terdengar, dan semua pria yang rata rata
Mendengar apa yang diucapkan oleh mantan ibu mertuanya, Shelin membalikkan tubuhnya, dan menatap sang ibu mertua dengan tatapan mata tidak mengerti."Kenapa Tante sangat terobsesi untuk membuat saya pindah dari kota ini? Apa salah saya Tante? Saya sudah bercerai dengan anak Tante, tapi Tante tetap memperlakukan saya seperti musuh.""Tentu saja, karena kamu perusahaan anakku bangkrut! Bisnis Pram dulu sudah bagus, berkembang pesat, tapi karena kamu menikah dengan dia, Pram jadi kena sial!""Maafkan tentang hal itu, tapi rezeki, jodoh dan kematian itu hanya Tuhan yang tahu, tidak perlu disangkutpautkan dengan seseorang, karena sesuatu yang tidak nyaman itu ujian, mungkin saja dahulu ada sesuatu yang terlewat diperhatikan oleh saya dan Pram, hingga Tuhan menegur lalu memberikan ujian, kita tidak akan tahu hal itu, Tante.""Banyak bicara! Sudahlah! Kamu itu harus pergi jauh dari anakku, itu saja, pindah dari kota ini aku akan memberikan uang untuk kamu!""Sheila adalah alasan kenapa saya
"Istighfar, Bu. Jangan suka seperti itu sama orang, apa buktinya kalau Mbak Shelin pembawa sial? Dia manusia biasa seperti kita, tidak ada hal hal yang seperti Ibu bilang!" "Kamu itu tau apa? Pakai minta aku istighfar segala? Anak kemarin sore saja bilang seperti itu, buktinya? Bukti Shelin pembawa sial itu ada, kontrakan dia sudah nunggak banyak, kerja juga tidak pernah bisa diterima dengan baik, jadi apa lagi? Itu sudah ada bukti."Sumi ingin merespon perkataan sang pemilik kontrakan di mana Shelin tinggal, tapi Shelin menahan. Malu sekali rasanya ia semua orang memperhatikan mereka, itu sebabnya ia menahan Sumi agar wanita itu tidak merespon perkataan pedas yang diberikan oleh sang pemilik kontrakan."Saya masih belum bisa bayar tunggakan saya, Bu. Jadi biarkan saya tetap di sini, agar hutang saya bisa saya bayar."Setelah berusaha membujuk Sumi untuk sabar, Shelin bicara demikian pada sang pemilik kontrakan. "Tidak perlu. Aku akan meminta mantan suami kamu yang melunasi, aku ca
Lalu tanpa banyak kata Ratna membalikkan tubuhnya, dan beranjak pergi dari ruangan sempit itu untuk keluar dari kamar kontrakan milik Shelin.Ratna tidak ingin diketahui bahwa sebenarnya ia menyukai suami Shelin semenjak keduanya menjadi tetangganya tersebut. Keputusannya membantu Julie bukan hanya karena ia tergiur yang dari wanita yang dijodohkan dengan Pram itu, tapi juga karena ia terobsesi dengan suami Shelin meskipun ia sendiri sudah memiliki suami sebaik Roxy.Dikatakan baik, karena Roxy menyayangi Desi, anak semata wayangnya Ratna dari suaminya terdahulu tanpa memandang anak itu hanya anak tiri.Roxy menjelma menjadi sosok ayah yang baik bagi Desi, namun ternyata bagi Ratna pesona Pram mampu membuat hatinya buta dengan seluruh kebaikan yang dilakukan oleh Roxy."Dasar wanita aneh! Mulutnya tajam setajam warna gincu yang dipakainya, bisa aja Mbak Shelin betah tetanggaan sama dia."Sambil terus membantu Shelin, Sumi menggerutu tiada henti karena ia benar-benar sebal dengan Ratn
Shelin meminta Sumi untuk menunggu dirinya sebentar yang ingin menerima panggilan tersebut.Sumi hanya mengiyakan. Shelin lekas menerima panggilan dari sahabat Pram itu segera sembari menjauh sedikit dari posisi sang anak dan juga Sumi.{Kamu baik-baik aja? Aku dengar dari teman, katanya ada insiden kurang nyaman di mess karyawan batubara? Kamu kerja di mana? Di mess itu, kah?}Suara Galih terdengar di seberang sana dan Shelin tidak tahu, Galih sekarang berada di mana karena terdengar sangat berisik sekali situasi di belakang pria tersebut.{Alhamdulillah, aku baik-baik aja, teman kamu kenal aku, sampai bisa tahu itu aku?}Merasa bingung Galih tiba-tiba tahu tentang insiden yang dialaminya saat bekerja pertama kali menjadi tukang cuci tapi mendapatkan pengalaman tidak enak, Shelin langsung bicara demikian, sekedar ingin tahu saja.{Dia sebut ciri-ciri kamu, jadi aku curiga itu kamu, meskipun aku juga enggak yakin itu kamu, ternyata benar-benar kamu, ya....}{Iya, aku kerja jadi tukang
"Apakah ada hal semacam itu?" tanya Pram ragu."Memang seperti mustahil, akan tetapi situasi seperti itu ada, Pram. Walaupun kau yang masa kini ini tidak percaya, tapi bisa saja itu terjadi."Pram menghela napas panjang mendengar apa yang diucapkan oleh Roxy."Ibuku bilang, kesialan itu ada ketika perhitungan nama kami berbeda jauh.""Semacam perimbon?""Begitu sepertinya.""Orang tua kamu penganut adat yang kental?""Tidak terlalu juga, hanya saja untuk masalah ini, ibuku bilang demikian.""Jadi, nama kamu dan Shelin tidak cocok perhitungannya?""Ibuku yang mengatakan hal itu, aku hanya patuh karena aku merasakan sendiri aku tidak pernah beruntung sama sekali!""Termasuk saat kalian pacaran?""Tidak juga, tepatnya saat kami menikah, dan ibuku bilang kami itu sebenarnya tidak boleh menikah karena kendala itu, jika memaksakan diri menikah maka akan membuat hidup menderita, aku sudah merasakannya semua!""Ibumu paham dengan primbon?""Tidak begitu paham, ibuku punya seseorang yang paha
"Maksudmu?" Roxy semakin tidak paham dengan apa yang diucapkan oleh Gwen. Namun, di dalam hati, pria itu sudah was-was dengan kabar yang dibawa oleh Gwen karena entah kenapa ia bisa menebak apa itu namun ia tidak memiliki keberanian menyuarakannya."Begini, Roxy. Istri kamu itu pernah mendekati seorang pria di sebuah pusat perbelanjaan, dari yang aku lihat, ia bersikap sangat akrab dengan pria itu, tapi si pria ini tidak merespon sebenarnya, kalau aku boleh jujur, yang terlalu agresif itu istri kamu, belakangan setelah aku cek ricek perusahaan dan karyawan, aku baru ingat pria itu karyawan ayahku, aku cek detailnya dia baru bekerja tapi lumayan memiliki prestasi yang bagus sampai naik jabatan. Bukan hanya sekali, tapi beberapa kali di tempat yang berbeda aku melihatnya, ini membuat aku bertanya-tanya, kenapa istri kamu melakukannya? Jika hanya teman apakah harus seintim itu?"Setelah bicara panjang lebar, Gwen memeriksa ponselnya, lalu perempuan itu memperlihatkan sebuah foto yang s
Perasaan Shelin jadi tidak karuan ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Pram. Beberapa kali mantan suaminya itu bicara demikian tentang dirinya yang bukan pembawa sial, Pram selalu mengatakan, bahwa yang membawa sial itu dirinya sendiri."Masalah siapa yang sial, aku tidak mau tahu, karena bagiku, semua yang terjadi itu ada hikmahnya, kejadian buruk sekalipun, rasa trauma karena sudah membuat kehidupan orang lain jadi terpuruk membuat aku berpikir banyak tentang itu, dan yang mempermasalahkan ibu kamu....""Kita bahas ini di depan ibuku? Kamu mau?""Untuk apa?""Aku hanya ingin ibuku tahu aku yang ingin rujuk dengan kamu, bukan kamu, biar beliau tidak menyalahkan kamu."Shelin menghela napas. Ditatapnya Pram saat pria itu bicara demikian, hingga akhirnya perempuan itu setuju dengan apa yang diusulkan Pram, dan mereka melanjutkan perjalanan pulang khawatir Sheila mencari mereka karena sudah pergi terlalu lama.***"Julie?" Sumi terkejut ketika saat ia membuka pintu rumahnya, Julie
Sang ustadz menghela napas panjang mendengar isi pertanyaan Pram. Ia menatap Pram, Shelin dan Galih bergantian."Orang yang memberikan perintah pada seorang dukun untuk melakukan kejahatan, akan menerima balasannya sendiri, Nak. Jadi, lambat laun, Allah akan memberikan balasannya, kau tidak perlu repot untuk membalas.""Tidak perlu diperkarakan?" "Kamu memperkarakan dengan kondisi dia yang seperti itu, hukumannya juga tertunda, kepolisian akan membuat dia sembuh dulu baru proses dijalankan, biasanya hal-hal seperti itu tidak akan bisa sembuh kecuali ada mukjizat dari Allah dan orang itu sendiri bertobat, jika tidak entahlah....""Begitu, ya. Baiklah, terima kasih, Ustadz, kalau begitu kami pamit dulu, terima kasih sekali lagi." Pram, Shelin dan juga Galih akhirnya pamit dari hadapan ustadz tersebut. Mereka berpikir mungkin akan lebih baik ke rumah sakit untuk mengetahui bagaimana keadaan Ratna sebelum kembali ke kost Shelin. Shelin menghubungi Sumi untuk memastikan apakah sang ana
Galih, Pram dan juga Shelin manggut-manggut mendengar penjelasan pria tersebut. Lalu, mereka mempersilahkan orang itu untuk memanggil seorang ustadz terdekat agar bisa memeriksa keadaan pemilik rumah yang dibayar Ratna untuk praktik ilmu tak lazimnya. Beberapa saat kemudian, orang itu sudah kembali bersama ustadz yang dimaksud dan mereka langsung masuk ke rumah dukun yang dibayar Ratna untuk memeriksa apa yang terjadi, akan tetapi, ketika mereka baru saja sampai di ambang pintu, dukun itu berteriak agar mereka tidak masuk.Ustadz itu meminta yang lain untuk tetap di luar, karena pria pemilik rumah itu menatap tajam ke arahnya dengan mata yang merah entah karena apa."Pergilah kamu dari raga orang itu, jangan mengganggu manusia, kau punya dunia sendiri, jangan mengacaukan kehidupan manusia!"Ustadz itu bicara dan Pram, Galih, Shelin serta laki-laki yang memanggil ustadz itu memperhatikan dengan raut wajah yang demikian tegang. "Aku tidak akan pergi! Dia harus bertanggung jawab atas k
Pendapat Galih akhirnya diterima oleh Pram. Shelin meminta maaf pada Sumi karena sudah merepotkan wanita itu untuk membuatnya menjaga Sheila, namun Sumi meyakinkan pada Shelin bahwa ia tidak keberatan sama sekali untuk menjaga anak temannya tersebut. Alhasil, mereka segera berangkat ke tempat di mana Pram mendapatkan informasi tentang dukun yang dimaksud. Mereka berharap, informasi itu benar, karena mereka ingin masalah bisa selesai secepatnya.Setelah menempuh perjalanan yang lumayan melelahkan lantaran terjebak macet, akhirnya mereka sampai di sebuah rumah yang dikatakan rumah di mana Ratna sering terlihat datang di waktu waktu yang tidak biasa. Saat mereka mengetuk pintu rumah tersebut, cukup lama mereka menunggu pintu itu dibuka, sampai akhirnya, seseorang membukakan pintu dan terlihat heran melihat beberapa orang berdiri di depannya seperti itu. "Ada perlu apa kalian ke sini?" tanyanya dengan wajah kurang bersahabat."Ada perlu untuk mengetahui apa yang dilakukan seseorang yan
Sang ibu terenyuh mendengar apa yang diucapkan oleh sang anak angkat, ia tidak bisa berkata-kata, meskipun ada kekhawatiran yang ia simpan di dasar hati jika nanti Prima justru kembali pada keluarga aslinya, namun wanita itu tidak bisa melarang apa yang diinginkan oleh sang anak. Karena baginya, kebahagiaan Prima yang terpenting."Jaga anakku dengan baik, Julie, apapun kesalahan yang pernah kau lakukan, aku harap kau tidak melakukannya kembali terlebih pada putraku, kalau kau menyakitinya, aku orang pertama yang sangat ingin memberikan kamu pelajaran, ingat itu."Begitu pesan ibunya Prima pada Julie sebelum akhirnya perempuan itu keluar dari ruangan untuk mengurus administrasi perawatan Prima.***"Selamat ya, aku ikut senang ternyata kalian itu berjodoh, jangan ditunda untuk menikah, kalian cocok!" Shelin bicara demikian ketika mengetahui Galih dan Sumi akhirnya resmi berpacaran dan sebentar lagi akan menikah setelah meyakini kasus Pram dan juga Shelin yang terbelit masalah berkaita
Karena terkejut dengan apa yang menimpa Prima, Julie berteriak minta tolong. Ibunya Prima yang kebetulan ada di rumah segera ke ruang tamu. Tanpa berpikir panjang, ia berteriak memanggil tukang kebun agar bisa membantunya untuk membawa Prima ke rumah sakit. Julie menawarkan bantuan untuk memakai mobilnya saja. Ibunya Prima mengiyakan, dibantu tukang kebun, mereka segera membawa Prima ke mobil milik Julie dan setelah memasukkan tubuh Prima ke mobil, Julie dan wanita itu segera masuk pula ke dalam mobil. Sesampainya di rumah sakit terdekat, mereka meminta bantuan para petugas medis untuk membawa Prima ke IGD.Wajah ibunya Prima tidak tenang meskipun anak angkatnya itu sudah ditangani oleh dokter yang bertugas. "Apa yang kau lakukan pada anakku?" tanya wanita itu pada Julie. Mereka sedang menunggu dokter yang memeriksa Prima, hingga perempuan itu memutuskan untuk mengintrogasi Julie. "Aku minta maaf, Tante. Aku tidak bermaksud membuat Prima seperti itu, aku hanya ingin meluruskan se
"Benarkah? Masalah apa itu?" Raut wajah Prima semakin terlihat penasaran mendengar apa yang diucapkan oleh perempuan berambut pirang tersebut. "Kamu benar-benar tidak ingat lagi saat masa kuliah kamu dulu?" tanya Julie hati-hati, sekedar untuk memastikan, Prima masih ingat saat ia masih kuliah atau tidak."Tidak ingat."Dia benar-benar amnesia, ingatannya dihapus menggunakan ilmu kah, sampai ia tidak bisa ingat semuanya? Hati Julie bicara demikian. "Dulu, ada seorang wanita yang memperhatikan kamu secara diam-diam...."Julie mulai bercerita. Dan Prima menyimaknya dengan baik."Wanita itu tidak bisa mendekati, karena kamu sangat selektif dengan siapapun yang dekat denganmu, entah karena apa.""Lalu?""Seiring waktu, kamu yang seperti itu makin tenggelam dalam kesendirian, kamu sibuk dengan duniamu sendiri, tidak peduli dengan orang lain, hingga saat semua sibuk berpacaran, kamu justru tidak pernah suka dengan wanita sama sekali.""Kurasa aku memang orang yang seperti itu, karena ak
"Keterlaluan! Jadi, Mama melakukan ini hanya mengejar harta dan kedudukan?" Pram benar-benar tidak bisa menahan perasaannya sekarang hingga emosinya kembali tersulut meskipun Shelin memintanya untuk sabar karena mereka harus mendengarkan secara tuntas apa yang ingin diceritakan oleh Tante Putri pada mereka."Maaf, Pram, Mama yang salah, Mama memang takut hidup kita miskin, apalagi saat kamu menikah dengan Shelin, kamu itu bangkrut, Mama semakin sulit untuk menerima semuanya, Mama-""Aku yang membuat Pram bangkrut karena aku pembawa sial?" potong Shelin. "Sebenarnya, aku juga tidak tahu pasti, itu hanya pendapatku saja, karena setelah kamu dengan Pram, hidup Pram itu berantakan, aku membencimu, Shelin, lalu aku mendengar tentang nama kalian yang tidak cocok jika bersama, disitulah aku punya cara untuk membuat Pram percaya bahwa kamu pembawa sial!""Jangan salahkan Tante Putri, khusus untuk memisahkan kalian, aku juga ikut andil, aku terobsesi dengan Pram, jadi aku menerima tawaran Ra
Apa yang dikatakan oleh Sumi disetujui oleh Galih. Meskipun sekarang tidak bisa dipungkiri ia bahagia lantaran tidak menyangka ternyata ia dan Sumi berjodoh, tapi memikirkan sahabatnya, Pram yang sekarang sedang masa terpuruk, mau tidak mau membuat kebahagiaan Galih belum lengkap.Sementara itu, Shelin, Julie, Pram dan juga Sheila sudah saling berhadapan dengan Tante Putri yang masih belum dipastikan akan masuk penjara kapan karena kasus yang melibatkan dirinya masih diselidiki secara menyeluruh.Melihat kedatangan semuanya, Tante Putri tertunduk dalam. Perempuan itu merasa terpuruk sekarang dengan apa yang sudah terjadi padanya. "Tante, untuk masalah Wira dan apa yang sudah aku terima, aku tidak akan menuntut Tante asalkan Tante mau bicara apa yang sebenarnya terjadi selama ini, aku berjanji tidak akan menuntut Tante dengan alasan karena aku korban, tapi, aku harap, Tante bisa mengatakan semuanya pada kami semuanya. Tanpa bersisa."Shelin yang lebih dulu bicara, dan Tante Putri terd