"Tapi, yang jadi masalah itu, Julie sekarang tidak mau memberikan biaya, Ratna, bagaimana dong? Dukun kamu juga, kenapa tidak bisa memberikan apa yang dia mau? Pram sama dia itu semakin jauh malah, aneh!""Aneh apa? Itu karena anak Tante tidak mau patuh, dia melanggar larangannya, makanya tidak bisa manjur, coba dia tidak melanggar larangan, pasti juga ilmunya mempan, kok!"Ratna tidak terima dukunnya dikatakan tidak manjur oleh Tante Putri, hingga wanita itu membantah pernyataan Tante Putri yang mengatakan kalau dukunnya tidak bisa diandalkan."Tapi, Ratna, kami itu sudah keluar uang banyak, semestinya kalau gagal seperti ini bisa diulang tanpa dikenakan biaya, sekarang kamu minta biaya lagi, Julie tidak mau memberikan karena merasa uang yang dia keluarkan sia-sia.""Apa yang kalian bicarakan selarut ini?" Sebuah suara membuat Tante Putri dan Ratna berbalik ingin tahu siapa yang tadi melontarkan pertanyaan seperti itu.Ratna dan Tante Putri sama-sama terkejut ketika melihat pemilik
"Terlalu banyak rahasia mama, Pa, apakah Papa juga sama seperti aku, atau malah Papa juga bersekutu dengan mama?""Bersekutu apa? Papa tidak mengerti.""Tentang Prima, apakah benar ada orang pintar yang mengatakan Prima masih hidup tapi kalian tidak mau percaya semua itu?""Apa?""Papa tidak tahu?""Tidak, yang Papa tahu, pemberitaan di media membuat kami merasa terpukul hingga kami sepakat untuk meminta mereka untuk tidak lagi memberitakan, masalah orang pintar, kami tidak pernah minta bantuan orang pintar, tidak juga didatangi orang pintar, karena banyak sekali orang yang mengaku pintar dan minta sejumlah uang untuk menyelidiki masalah Prima dengan memakai kekuatan mereka."Sepertinya, ayah memang tidak tahu masalah ini, berarti mama yang menjadi tersangka utama kejadian ini, kejadian Prima, dan juga Shelin, ya Allah, apa yang harus aku lakukan sekarang? Bagaimana kalau ternyata mama juga yang melakukan sesuatu padaku agar aku bisa benci dengan Shelin dengan alasan perhitungan nama
Gwen langsung mengiyakan permintaan tolong Roxy. Meminta Roxy menunggu dahulu dan Gwen mengatakan bahwa ia akan segera datang. Mendengar kesanggupan Gwen, Roxy sudah merasa lega, setidaknya ada yang bisa ia harapkan dan ia tunggu untuk membawa sang anak sambung ke rumah sakit. Ia berjongkok ke arah sang anak memijit tengkuk Desi agar anak itu bisa mengatasi rasa mualnya. Sekitar beberapa menit menunggu, mobil Gwen sudah tiba di depan kost Roxy. Roxy langsung menggendong Desi untuk di bawa ke mobil milik Gwen dan beberapa saat kemudian, mereka sudah berada di mobil yang langsung dibawa Gwen menuju rumah sakit.Sementara itu, Ratna tetap nekat ke rumah Pram tanpa berpikir bahwa jam sudah sangat larut. Pram yang sedang membantu ayahnya berbaring lagi di kamar ketika melihat sang ayah shock karena melihat istrinya ditangkap keluar dari kamar sang ayah saat mendengar pintu di depan ada yang mengetuk. Siapa yang bertamu malam-malam begini? Begitu pikir Pram, sambil melangkah ke arah p
Setelah bicara demikian, Ratna berpindah duduk di samping Pram, namun sebelum bokong Ratna menyentuh permukaan sofa yang ada di samping Pram, Pram sudah bangkit berdiri dan melotot ke arah Ratna namun ia tidak bisa mengabaikan juga kehadiran bayangan hitam yang menatapnya dengan sorot mata ingin membuat Pram patuh."Keluar kau! Berani kau melakukan itu, aku akan bertindak kasar padamu!" tegas Pram masih berusaha untuk menahan suaranya agar tidak mengganggu sang ayah yang ada di kamarnya. Ratna yang tadinya ingin duduk di samping Pram berdiri di hadapan Pram dan menatap pria itu tajam."Aku ingin menyelamatkan kamu? Kau melihat bayangan hitam itu? Mereka akan membunuh kamu kalau kamu tidak mematahkan kekuatan yang diminta ibumu dan juga Julie!""Kenapa harus kamu yang melakukannya? Itu cuma akal-akalan kamu saja, kan?""Tidak, Pram! Ini memang aturan yang berlaku, Julie meminta orang pintar untuk membuat kamu suka padanya, ilmu seperti itu harus dipatahkan wanita lain, jadi wanita it
Pram memperhatikan Ratna yang berteriak dan menutup wajahnya seketika, kesempatan itu digunakan oleh Pram untuk meloloskan diri dari cengkraman brutal Ratna, lalu membereskan pakaiannya yang tadi sempat dibuka oleh Ratna. Ia melihat Ratna seperti orang yang sedang kesakitan, namun Pram tetap melanjutkan dirinya membaca doa meskipun sekarang ia sangat merasa terkejut dengan apa yang dialami oleh Ratna. Seiring Pram yang terus membaca doa, bau hangus itu terus saja tercium menyebar ke penjuru kamar Pram. Entahlah, Pram juga tidak tahu apa yang sedang terjadi, yang jelas, ia terus membaca doa dan Ratna juga semakin berteriak tidak karuan sambil berusaha untuk memakai pakaiannya kembali. Teriakan Ratna membuat ayah Pram keluar dari kamar ingin tahu apa yang sedang terjadi, meskipun saat sekarang pria itu sedang sakit lantaran shock karena sang istri ditangkap polisi, namun karena mendengar teriakannya Ratna, pria itu jadi heran dan keluar dari kamar untuk mencari tahu apa yang sedang t
"Apa? Kulitku tidak bisa disembuhkan? Yang benar saja, mana bisa begitu? Apa yang harus aku lakukan? Mana bisa aku ke mana-mana dengan kulit seperti ini!""Itulah efek dari apa yang kau inginkan, aku sudah mengatakannya, kau tidak mau tahu, sekarang, aku tidak bisa banyak membantu, Ratna.""Tidak! Kulitku harus kembali seperti sediakala, aku tidak mau kalau seperti ini, Pak! Kau harus membantuku untuk membuat kulitku kembali seperti sediakala!"Ratna berusaha untuk mendesak sang dukun, agar mau melakukan apa yang ia inginkan, dan tetap saja, sang dukun tidak bisa melakukan banyak hal karena semua itu percuma, lantaran dua makhluk astral yang sudah ia tugaskan untuk membantu Ratna kini hangus terbakar."Bagaimana? Apakah kau masih mau melanjutkan apa yang kau inginkan?" tanya sang dukun setelah beberapa kali mengatakan bahwa ia tidak bisa membantu Ratna dengan banyak. "Aku tetap harus melanjutkan, tapi aku ingin kau mengobati wajah dan kulitku yang melepuh ini, Pak!" kata Ratna untuk
Pram yang mendengar bahwa anak Roxy sedang kritis terkejut. Ia pun mengakhiri panggilan karena tidak mau mengganggu Roxy, dan berjanji akan menjelaskan apa yang terjadi lain kali sembari mengatakan agar anak Roxy cepat sembuh. Roxy hanya mengiyakan, sambil mengucapkan terima kasih atas doa Pram. Gwen menatap pria itu seolah tidak paham dengan apa yang sudah terjadi sampai wajah pria itu sekarang berubah."Ada apa?" tanyanya hati-hati.Mendengar pertanyaan Gwen, Roxy menarik napas."Pram bilang, Ratna sedang melakukan hal tidak lazim di luar bersekutu dengan ibunya, dan sekarang, situasi sedang kacau.""Tidak lazim itu semacam, dukun?"Roxy mengangguk."Pantas....""Pantas? Maksud kamu?" Kini ganti Roxy yang tidak paham dengan apa yang dimaksud Gwen."Lihat anak kamu, kan?"Roxy menganggukkan kepalanya. "Dia itu seperti melihat sesuatu yang tidak terlihat, coba kamu dekati tanyakan apa yang ia lihat, kamu ayahnya, suster pasti mengizinkan."Roxy menganggukkan kepalanya kembali lalu
Roxy langsung bicara demikian karena ia mendengar apa yang diucapkan oleh Ratna tadi pada Gwen.Ratna berbalik dan menatap wajah suaminya dengan bibir tersenyum miring."Kamu dan dia emang dekat, kan? Dia selalu perhatian sama kamu, jadi ya, udah mungkin kalian cocok, tapi karena aku merasa dirugikan, aku mau Gwen bayar aku! Aku perlu duit untuk berobat, Roxy! Muka sama tubuh aku ini harus diobati, kamu lihat ini, sudah parah!""Kamu tidak melihat anakmu sekarang bagaimana? Dia kritis, Ratna! Kamu sama sekali tidak kasihan sama dia?""Yang penting sekarang dia sudah ditangani dokter, kan? Buat apa lagi dirisaukan? Aku yang harus bagaimana? Aku bagaimana dengan kondisi wajah seperti ini!""Sekarang aku tanya, kenapa wajah dan tubuh kamu sampai parah seperti itu? Kamu pasti melakukan hal-hal yang tidak lazim sampai kamu seperti itu, kan?""Enggak! Ini semua karena ibunya Pram! Dia yang minta aku untuk cariin dukun buat bikin Pram cepat nikah sama Julie, tapi karena Pram baca doa, makhlu
Perasaan Shelin jadi tidak karuan ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Pram. Beberapa kali mantan suaminya itu bicara demikian tentang dirinya yang bukan pembawa sial, Pram selalu mengatakan, bahwa yang membawa sial itu dirinya sendiri."Masalah siapa yang sial, aku tidak mau tahu, karena bagiku, semua yang terjadi itu ada hikmahnya, kejadian buruk sekalipun, rasa trauma karena sudah membuat kehidupan orang lain jadi terpuruk membuat aku berpikir banyak tentang itu, dan yang mempermasalahkan ibu kamu....""Kita bahas ini di depan ibuku? Kamu mau?""Untuk apa?""Aku hanya ingin ibuku tahu aku yang ingin rujuk dengan kamu, bukan kamu, biar beliau tidak menyalahkan kamu."Shelin menghela napas. Ditatapnya Pram saat pria itu bicara demikian, hingga akhirnya perempuan itu setuju dengan apa yang diusulkan Pram, dan mereka melanjutkan perjalanan pulang khawatir Sheila mencari mereka karena sudah pergi terlalu lama.***"Julie?" Sumi terkejut ketika saat ia membuka pintu rumahnya, Julie
Sang ustadz menghela napas panjang mendengar isi pertanyaan Pram. Ia menatap Pram, Shelin dan Galih bergantian."Orang yang memberikan perintah pada seorang dukun untuk melakukan kejahatan, akan menerima balasannya sendiri, Nak. Jadi, lambat laun, Allah akan memberikan balasannya, kau tidak perlu repot untuk membalas.""Tidak perlu diperkarakan?" "Kamu memperkarakan dengan kondisi dia yang seperti itu, hukumannya juga tertunda, kepolisian akan membuat dia sembuh dulu baru proses dijalankan, biasanya hal-hal seperti itu tidak akan bisa sembuh kecuali ada mukjizat dari Allah dan orang itu sendiri bertobat, jika tidak entahlah....""Begitu, ya. Baiklah, terima kasih, Ustadz, kalau begitu kami pamit dulu, terima kasih sekali lagi." Pram, Shelin dan juga Galih akhirnya pamit dari hadapan ustadz tersebut. Mereka berpikir mungkin akan lebih baik ke rumah sakit untuk mengetahui bagaimana keadaan Ratna sebelum kembali ke kost Shelin. Shelin menghubungi Sumi untuk memastikan apakah sang ana
Galih, Pram dan juga Shelin manggut-manggut mendengar penjelasan pria tersebut. Lalu, mereka mempersilahkan orang itu untuk memanggil seorang ustadz terdekat agar bisa memeriksa keadaan pemilik rumah yang dibayar Ratna untuk praktik ilmu tak lazimnya. Beberapa saat kemudian, orang itu sudah kembali bersama ustadz yang dimaksud dan mereka langsung masuk ke rumah dukun yang dibayar Ratna untuk memeriksa apa yang terjadi, akan tetapi, ketika mereka baru saja sampai di ambang pintu, dukun itu berteriak agar mereka tidak masuk.Ustadz itu meminta yang lain untuk tetap di luar, karena pria pemilik rumah itu menatap tajam ke arahnya dengan mata yang merah entah karena apa."Pergilah kamu dari raga orang itu, jangan mengganggu manusia, kau punya dunia sendiri, jangan mengacaukan kehidupan manusia!"Ustadz itu bicara dan Pram, Galih, Shelin serta laki-laki yang memanggil ustadz itu memperhatikan dengan raut wajah yang demikian tegang. "Aku tidak akan pergi! Dia harus bertanggung jawab atas k
Pendapat Galih akhirnya diterima oleh Pram. Shelin meminta maaf pada Sumi karena sudah merepotkan wanita itu untuk membuatnya menjaga Sheila, namun Sumi meyakinkan pada Shelin bahwa ia tidak keberatan sama sekali untuk menjaga anak temannya tersebut. Alhasil, mereka segera berangkat ke tempat di mana Pram mendapatkan informasi tentang dukun yang dimaksud. Mereka berharap, informasi itu benar, karena mereka ingin masalah bisa selesai secepatnya.Setelah menempuh perjalanan yang lumayan melelahkan lantaran terjebak macet, akhirnya mereka sampai di sebuah rumah yang dikatakan rumah di mana Ratna sering terlihat datang di waktu waktu yang tidak biasa. Saat mereka mengetuk pintu rumah tersebut, cukup lama mereka menunggu pintu itu dibuka, sampai akhirnya, seseorang membukakan pintu dan terlihat heran melihat beberapa orang berdiri di depannya seperti itu. "Ada perlu apa kalian ke sini?" tanyanya dengan wajah kurang bersahabat."Ada perlu untuk mengetahui apa yang dilakukan seseorang yan
Sang ibu terenyuh mendengar apa yang diucapkan oleh sang anak angkat, ia tidak bisa berkata-kata, meskipun ada kekhawatiran yang ia simpan di dasar hati jika nanti Prima justru kembali pada keluarga aslinya, namun wanita itu tidak bisa melarang apa yang diinginkan oleh sang anak. Karena baginya, kebahagiaan Prima yang terpenting."Jaga anakku dengan baik, Julie, apapun kesalahan yang pernah kau lakukan, aku harap kau tidak melakukannya kembali terlebih pada putraku, kalau kau menyakitinya, aku orang pertama yang sangat ingin memberikan kamu pelajaran, ingat itu."Begitu pesan ibunya Prima pada Julie sebelum akhirnya perempuan itu keluar dari ruangan untuk mengurus administrasi perawatan Prima.***"Selamat ya, aku ikut senang ternyata kalian itu berjodoh, jangan ditunda untuk menikah, kalian cocok!" Shelin bicara demikian ketika mengetahui Galih dan Sumi akhirnya resmi berpacaran dan sebentar lagi akan menikah setelah meyakini kasus Pram dan juga Shelin yang terbelit masalah berkaita
Karena terkejut dengan apa yang menimpa Prima, Julie berteriak minta tolong. Ibunya Prima yang kebetulan ada di rumah segera ke ruang tamu. Tanpa berpikir panjang, ia berteriak memanggil tukang kebun agar bisa membantunya untuk membawa Prima ke rumah sakit. Julie menawarkan bantuan untuk memakai mobilnya saja. Ibunya Prima mengiyakan, dibantu tukang kebun, mereka segera membawa Prima ke mobil milik Julie dan setelah memasukkan tubuh Prima ke mobil, Julie dan wanita itu segera masuk pula ke dalam mobil. Sesampainya di rumah sakit terdekat, mereka meminta bantuan para petugas medis untuk membawa Prima ke IGD.Wajah ibunya Prima tidak tenang meskipun anak angkatnya itu sudah ditangani oleh dokter yang bertugas. "Apa yang kau lakukan pada anakku?" tanya wanita itu pada Julie. Mereka sedang menunggu dokter yang memeriksa Prima, hingga perempuan itu memutuskan untuk mengintrogasi Julie. "Aku minta maaf, Tante. Aku tidak bermaksud membuat Prima seperti itu, aku hanya ingin meluruskan se
"Benarkah? Masalah apa itu?" Raut wajah Prima semakin terlihat penasaran mendengar apa yang diucapkan oleh perempuan berambut pirang tersebut. "Kamu benar-benar tidak ingat lagi saat masa kuliah kamu dulu?" tanya Julie hati-hati, sekedar untuk memastikan, Prima masih ingat saat ia masih kuliah atau tidak."Tidak ingat."Dia benar-benar amnesia, ingatannya dihapus menggunakan ilmu kah, sampai ia tidak bisa ingat semuanya? Hati Julie bicara demikian. "Dulu, ada seorang wanita yang memperhatikan kamu secara diam-diam...."Julie mulai bercerita. Dan Prima menyimaknya dengan baik."Wanita itu tidak bisa mendekati, karena kamu sangat selektif dengan siapapun yang dekat denganmu, entah karena apa.""Lalu?""Seiring waktu, kamu yang seperti itu makin tenggelam dalam kesendirian, kamu sibuk dengan duniamu sendiri, tidak peduli dengan orang lain, hingga saat semua sibuk berpacaran, kamu justru tidak pernah suka dengan wanita sama sekali.""Kurasa aku memang orang yang seperti itu, karena ak
"Keterlaluan! Jadi, Mama melakukan ini hanya mengejar harta dan kedudukan?" Pram benar-benar tidak bisa menahan perasaannya sekarang hingga emosinya kembali tersulut meskipun Shelin memintanya untuk sabar karena mereka harus mendengarkan secara tuntas apa yang ingin diceritakan oleh Tante Putri pada mereka."Maaf, Pram, Mama yang salah, Mama memang takut hidup kita miskin, apalagi saat kamu menikah dengan Shelin, kamu itu bangkrut, Mama semakin sulit untuk menerima semuanya, Mama-""Aku yang membuat Pram bangkrut karena aku pembawa sial?" potong Shelin. "Sebenarnya, aku juga tidak tahu pasti, itu hanya pendapatku saja, karena setelah kamu dengan Pram, hidup Pram itu berantakan, aku membencimu, Shelin, lalu aku mendengar tentang nama kalian yang tidak cocok jika bersama, disitulah aku punya cara untuk membuat Pram percaya bahwa kamu pembawa sial!""Jangan salahkan Tante Putri, khusus untuk memisahkan kalian, aku juga ikut andil, aku terobsesi dengan Pram, jadi aku menerima tawaran Ra
Apa yang dikatakan oleh Sumi disetujui oleh Galih. Meskipun sekarang tidak bisa dipungkiri ia bahagia lantaran tidak menyangka ternyata ia dan Sumi berjodoh, tapi memikirkan sahabatnya, Pram yang sekarang sedang masa terpuruk, mau tidak mau membuat kebahagiaan Galih belum lengkap.Sementara itu, Shelin, Julie, Pram dan juga Sheila sudah saling berhadapan dengan Tante Putri yang masih belum dipastikan akan masuk penjara kapan karena kasus yang melibatkan dirinya masih diselidiki secara menyeluruh.Melihat kedatangan semuanya, Tante Putri tertunduk dalam. Perempuan itu merasa terpuruk sekarang dengan apa yang sudah terjadi padanya. "Tante, untuk masalah Wira dan apa yang sudah aku terima, aku tidak akan menuntut Tante asalkan Tante mau bicara apa yang sebenarnya terjadi selama ini, aku berjanji tidak akan menuntut Tante dengan alasan karena aku korban, tapi, aku harap, Tante bisa mengatakan semuanya pada kami semuanya. Tanpa bersisa."Shelin yang lebih dulu bicara, dan Tante Putri terd