"Mereka berhubungan? Maksud gue, mereka pacaran?""Entahlah, tapi gue rasa mereka itu dekat."Telapak tangan Pram mengepal mendengar kesimpulan yang diucapkan oleh Galih.Ia sudah pernah melihat Shelin akrab dengan pria tersebut, sekarang, Galih pun bicara demikian, bagaimana ia tidak kesal? "Apa yang akan gue lakukan kalau ternyata nyokap gue orang yang ada di balik ini semua?"Setelah beberapa saat terdiam, Pram bicara demikian dan Galih meliriknya spontan."Lu masih cinta sama Shelin kagak?" tanya Galih serius."Sejujurnya, iya.""Gue udah tau.""Apa?""Ya, dari awal lu juga udah keliatan masih cinta, kenapa nurut aja diminta cerai?""Entahlah, gue juga kagak ngerti, gue menurut aja dengan semua yang dikatakan oleh nyokap gue waktu itu.""Karena lu marah, Shelin bikin lu sial?""Mungkin.""Sekarang? Lu udah melakukan apa yang diminta ustadz terus, kan? Perasaan lu gimana? Ada perbedaan?""Ada, yang paling pertama terasa itu bayangan hitam itu udah jarang muncul, meskipun kagak hi
Ratna bicara seperti itu sambil melangkah keluar dari persembunyiannya. Setelah yakin Pram sudah pergi, wanita itu menghampiri Julie yang sedikit terkejut dengan kedatangannya."Aku pikir, kamu enggak datang, aku kan sudah membatalkan pertemuan kita? Ntar Pram melihat bahaya."Julie langsung bicara demikian dengan nada datar karena akibat ucapan Pram tadi perasaannya jadi bercampur aduk dan membuat moodnya jadi tidak baik."Aku sudah terlanjur datang waktu Mbak batalin janji!" kata Ratna.Akhirnya, mereka berdua mengambil tempat duduk di ruang cafe itu setelah yakin Pram benar-benar sudah pergi."Ya, udah. Sekalian aja, apa yang bisa kamu sampaikan? Sudah ketemu sama orang pintar kamu itu? Apa katanya?"Setelah memesan minuman, Julie melontarkan pertanyaan itu pada Ratna, dengan tatapan mata menyelidik."Iya, karena pantangan sudah dilakukan, efek ilmu itu sudah mulai luntur, kalau Mbak Julie mau ada peningkatan, aku diminta untuk ambil barang pribadi Mbak, biar orang pintar itu melak
Akhirnya, keduanya sudah mencapai kesepakatan. Julie menunggu hasil, sementara Ratna mulai mengatur rencana untuk menemui Tante Putri.Banyak sekali hal yang ingin dilakukan oleh Ratna, untuk merealisasikan keinginannya, hingga ia sangat bersemangat karena yakin akan berhasil.Ratna dan Julie akhirnya meninggalkan cafe itu, dengan pikiran mereka masing-masing, tapi satu hal yang sama ada di otak mereka, sama-sama memikirkan Pram, hingga dua perempuan itu benar-benar sangat bersemangat sekali.***Setelah berhasil menemui Julie dan meminta sesuatu yang diinginkan oleh sang dukun, Ratna langsung membuat janji dengan Tante Putri.Karena terobsesi ingin agar anaknya cepat menikah dengan Julie lalu bisa mendesak Julie untuk membelikan rumah mewah yang diinginkannya, Tante Putri langsung menyebutkan tempat di mana mereka akan bertemu.Sekarang, setelah beberapa saat memerlukan waktu untuk perjalanan dan menunggu, mereka akhirnya bertemu.Ratna langsung menceritakan perihal pertemuannya den
Ibu Ani bicara demikian ketika melihat Sumi menggandeng tangan Sheila. Belum lagi Sumi bicara untuk minta izin, perempuan itu sudah lebih dulu mengatakan hal yang ingin dikatakan oleh Sumi."Tapi, Bu. Kesian, gang sebelah itu kenceng-kenceng motornya, nanti bahaya kalau Sheila pergi sekolah sendiri.""Cuma di gang aja lho, masa tidak bisa, sudahlah! Anak itu jangan dimanja, biar bisa mandiri sedikit, sekolahnya juga di gang sebelah, kan? Tidak jauh!" tegas Ibu Ani hingga membuat Sheila mengeratkan pegangannya pada telapak tangannya pertanda ia tidak mau jika Sumi tidak mengantar dirinya."Tapi kata mama halus diantal...."Bocah itu bicara, mengatakan bahwa, kata sang ibu harus diantar.Ibu Ani melotot mendengar perkataan bocah tersebut."Siapa yang bilang harus? Enak saja! Siapa yang mau antar? Semua kerja, kamu jadi anak jangan cengeng, jangan manja, harus mandiri!" semprot perempuan itu dengan nada meninggi.Sumi geleng-geleng kepala. Karena ia tahu apa yang dikhawatirkan oleh Sheli
"Iya, saya papanya Sheila, kata Sheila, Shelin sedang sakit, boleh saya menengok?" kata Pram dengan nada yang sopan.Kagak boleh! Enak aja, main dateng, mumpung Shelin sakit itu bagian gue, kagak mau gue kalo orang ini ikutan muncul segala!Hati Wira bicara demikian menanggapi permintaan Pram yang menginginkan dirinya diizinkan untuk menengok Shelin.Sementara Ibu Ani menatap barang belanjaan milik Pram yang begitu banyak. Sadar diperhatikan, Pram menyerahkan satu kantong plastik berisi buah untuk Ibu Ani. Kebetulan, ia memang membelikan untuk Shelin dan tuan rumah, karena ia sadar Shelin menumpang di rumah orang lain dan apa yang ia beri hanya sekedar supaya Ibu Ani tahu ia berterima kasih Shelin sudah dibiarkan tinggal di rumah tersebut.Wajah jutek Ibu Ani perlahan memudar ketika menerima bingkisan dari Pram. Lumayan, pikirnya."Ya, sudah. Masuk. Tapi, jangan terlalu lama, karena akan mengganggu Shelin yang sedang istirahat, aku sudah memberikan dia obat dan makan, semoga saja dia
Pram terdiam untuk sesaat ketika mendengar pertanyaan sang mantan isteri. Ingin membantah, faktanya ia pernah bicara tentang kesialan Shelin pada Wira, tidak membantah, rasanya ia juga merasa tidak mau Shelin berpikiran buruk padanya."Enggak papa sih, kalau itu bikin kamu lega, karena menikah dengan aku, kamu memang begitu terpuruk, sekarang kehidupan kamu sudah mulai membaik, lebih baik kamu juga memperbaiki segalanya, aku sudah pernah bilang, kan? Jalani masa depan kamu dengan baik, enggak usah mikirin gimana-gimana, aku mau masalah kita enggak bikin Sheila terpuruk jadi enggak usah bahas itu lagi."Karena Pram tidak kunjung bicara juga, akhirnya, Shelin yang berinisiatif untuk melanjutkan kata-katanya. "Aku minta maaf, tapi aku menyesal sudah mengatakan itu pada seseorang, dan kamu harus percaya, aku cuma mengatakan hal itu pada satu orang aja, tidak lebih, kalau jadi menyebar, aku juga tidak tahu salahnya di mana. Aku juga mengatakan itu karena aku punya alasan...."Untuk sesa
Melihat foto yang dikirim oleh Ratna padanya, emosi bercampur rasa cemburu Julie berkobar. Tanpa pikir panjang, gadis itu mematikan panggilan Ratna dan bersiap untuk ke catering milik Ibu Ani, ia juga meminta pada Ratna untuk terus mengawasi pergerakan Pram, dan Ratna tersenyum puas karena berhasil memancing Julie.Lumayan, bukan dirinya yang mendamprat Pram bertemu Shelin, begitu pikir Ratna.Tentu saja Ratna tidak mau dicap buruk oleh Pram jika ia yang mendamprat pria itu, meskipun ia ingin melakukannya.Ratna harus memanfaatkan kemarahan Julie biar Pram memberikan cap buruk hanya pada gadis berambut pirang tersebut.Sekarang, yang harus ia lakukan hanya satu, mengawasi pergerakan Pram sesuai perintah Julie agar nanti saat Julie datang, Julie tidak salah sasaran.Di waktu yang sama, di dalam gudang, situasi di gudang berubah jadi berbeda atmosfernya ketika Pram mengatakan ia menyesal sudah mengakhiri hubungan mereka berdua.Untuk beberapa saat, Shelin tidak mampu berkata-kata. Rasa
"Eh, aku juga? Aku juga harus keluar?"Wira sangat terkejut dengan ucapan yang dilontarkan oleh Shelin karena ia merasa yang harus keluar itu bukan dirinya tapi Pram."Iya, kamu juga. Aku mau sendiri."Shelin menyahut tanpa menatap Wira. Namun, Wira tetap tidak bergeming meskipun sudah diminta ikut keluar pula oleh Shelin."Aku khawatir sama kamu, Shelin, aku bawa ke dokter, ya?" Wira ikut-ikutan dengan tawaran yang tadi dikatakan oleh Pram untuk membawa Shelin ke dokter. Tetapi Shelin tidak merubah keputusannya, ia tetap meminta Wira untuk segera keluar karena sekarang ia benar-benar ingin sendiri.Alhasil, Wira tidak bisa berbuat banyak selain menuruti apa yang diinginkan oleh Shelin. Keluar dari ruangan itu meninggalkan Shelin seorang diri di sana. Kesempatan untuk memberikan perhatian pada perempuan satu anak itu musnah oleh penolakan Shelin, Wira sebal.Di waktu yang sama, Pram menyeret Julie yang masih membabi buta karena marah melihat Pram bertemu dengan Shelin. Kekacauan y
Perasaan Shelin jadi tidak karuan ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Pram. Beberapa kali mantan suaminya itu bicara demikian tentang dirinya yang bukan pembawa sial, Pram selalu mengatakan, bahwa yang membawa sial itu dirinya sendiri."Masalah siapa yang sial, aku tidak mau tahu, karena bagiku, semua yang terjadi itu ada hikmahnya, kejadian buruk sekalipun, rasa trauma karena sudah membuat kehidupan orang lain jadi terpuruk membuat aku berpikir banyak tentang itu, dan yang mempermasalahkan ibu kamu....""Kita bahas ini di depan ibuku? Kamu mau?""Untuk apa?""Aku hanya ingin ibuku tahu aku yang ingin rujuk dengan kamu, bukan kamu, biar beliau tidak menyalahkan kamu."Shelin menghela napas. Ditatapnya Pram saat pria itu bicara demikian, hingga akhirnya perempuan itu setuju dengan apa yang diusulkan Pram, dan mereka melanjutkan perjalanan pulang khawatir Sheila mencari mereka karena sudah pergi terlalu lama.***"Julie?" Sumi terkejut ketika saat ia membuka pintu rumahnya, Julie
Sang ustadz menghela napas panjang mendengar isi pertanyaan Pram. Ia menatap Pram, Shelin dan Galih bergantian."Orang yang memberikan perintah pada seorang dukun untuk melakukan kejahatan, akan menerima balasannya sendiri, Nak. Jadi, lambat laun, Allah akan memberikan balasannya, kau tidak perlu repot untuk membalas.""Tidak perlu diperkarakan?" "Kamu memperkarakan dengan kondisi dia yang seperti itu, hukumannya juga tertunda, kepolisian akan membuat dia sembuh dulu baru proses dijalankan, biasanya hal-hal seperti itu tidak akan bisa sembuh kecuali ada mukjizat dari Allah dan orang itu sendiri bertobat, jika tidak entahlah....""Begitu, ya. Baiklah, terima kasih, Ustadz, kalau begitu kami pamit dulu, terima kasih sekali lagi." Pram, Shelin dan juga Galih akhirnya pamit dari hadapan ustadz tersebut. Mereka berpikir mungkin akan lebih baik ke rumah sakit untuk mengetahui bagaimana keadaan Ratna sebelum kembali ke kost Shelin. Shelin menghubungi Sumi untuk memastikan apakah sang ana
Galih, Pram dan juga Shelin manggut-manggut mendengar penjelasan pria tersebut. Lalu, mereka mempersilahkan orang itu untuk memanggil seorang ustadz terdekat agar bisa memeriksa keadaan pemilik rumah yang dibayar Ratna untuk praktik ilmu tak lazimnya. Beberapa saat kemudian, orang itu sudah kembali bersama ustadz yang dimaksud dan mereka langsung masuk ke rumah dukun yang dibayar Ratna untuk memeriksa apa yang terjadi, akan tetapi, ketika mereka baru saja sampai di ambang pintu, dukun itu berteriak agar mereka tidak masuk.Ustadz itu meminta yang lain untuk tetap di luar, karena pria pemilik rumah itu menatap tajam ke arahnya dengan mata yang merah entah karena apa."Pergilah kamu dari raga orang itu, jangan mengganggu manusia, kau punya dunia sendiri, jangan mengacaukan kehidupan manusia!"Ustadz itu bicara dan Pram, Galih, Shelin serta laki-laki yang memanggil ustadz itu memperhatikan dengan raut wajah yang demikian tegang. "Aku tidak akan pergi! Dia harus bertanggung jawab atas k
Pendapat Galih akhirnya diterima oleh Pram. Shelin meminta maaf pada Sumi karena sudah merepotkan wanita itu untuk membuatnya menjaga Sheila, namun Sumi meyakinkan pada Shelin bahwa ia tidak keberatan sama sekali untuk menjaga anak temannya tersebut. Alhasil, mereka segera berangkat ke tempat di mana Pram mendapatkan informasi tentang dukun yang dimaksud. Mereka berharap, informasi itu benar, karena mereka ingin masalah bisa selesai secepatnya.Setelah menempuh perjalanan yang lumayan melelahkan lantaran terjebak macet, akhirnya mereka sampai di sebuah rumah yang dikatakan rumah di mana Ratna sering terlihat datang di waktu waktu yang tidak biasa. Saat mereka mengetuk pintu rumah tersebut, cukup lama mereka menunggu pintu itu dibuka, sampai akhirnya, seseorang membukakan pintu dan terlihat heran melihat beberapa orang berdiri di depannya seperti itu. "Ada perlu apa kalian ke sini?" tanyanya dengan wajah kurang bersahabat."Ada perlu untuk mengetahui apa yang dilakukan seseorang yan
Sang ibu terenyuh mendengar apa yang diucapkan oleh sang anak angkat, ia tidak bisa berkata-kata, meskipun ada kekhawatiran yang ia simpan di dasar hati jika nanti Prima justru kembali pada keluarga aslinya, namun wanita itu tidak bisa melarang apa yang diinginkan oleh sang anak. Karena baginya, kebahagiaan Prima yang terpenting."Jaga anakku dengan baik, Julie, apapun kesalahan yang pernah kau lakukan, aku harap kau tidak melakukannya kembali terlebih pada putraku, kalau kau menyakitinya, aku orang pertama yang sangat ingin memberikan kamu pelajaran, ingat itu."Begitu pesan ibunya Prima pada Julie sebelum akhirnya perempuan itu keluar dari ruangan untuk mengurus administrasi perawatan Prima.***"Selamat ya, aku ikut senang ternyata kalian itu berjodoh, jangan ditunda untuk menikah, kalian cocok!" Shelin bicara demikian ketika mengetahui Galih dan Sumi akhirnya resmi berpacaran dan sebentar lagi akan menikah setelah meyakini kasus Pram dan juga Shelin yang terbelit masalah berkaita
Karena terkejut dengan apa yang menimpa Prima, Julie berteriak minta tolong. Ibunya Prima yang kebetulan ada di rumah segera ke ruang tamu. Tanpa berpikir panjang, ia berteriak memanggil tukang kebun agar bisa membantunya untuk membawa Prima ke rumah sakit. Julie menawarkan bantuan untuk memakai mobilnya saja. Ibunya Prima mengiyakan, dibantu tukang kebun, mereka segera membawa Prima ke mobil milik Julie dan setelah memasukkan tubuh Prima ke mobil, Julie dan wanita itu segera masuk pula ke dalam mobil. Sesampainya di rumah sakit terdekat, mereka meminta bantuan para petugas medis untuk membawa Prima ke IGD.Wajah ibunya Prima tidak tenang meskipun anak angkatnya itu sudah ditangani oleh dokter yang bertugas. "Apa yang kau lakukan pada anakku?" tanya wanita itu pada Julie. Mereka sedang menunggu dokter yang memeriksa Prima, hingga perempuan itu memutuskan untuk mengintrogasi Julie. "Aku minta maaf, Tante. Aku tidak bermaksud membuat Prima seperti itu, aku hanya ingin meluruskan se
"Benarkah? Masalah apa itu?" Raut wajah Prima semakin terlihat penasaran mendengar apa yang diucapkan oleh perempuan berambut pirang tersebut. "Kamu benar-benar tidak ingat lagi saat masa kuliah kamu dulu?" tanya Julie hati-hati, sekedar untuk memastikan, Prima masih ingat saat ia masih kuliah atau tidak."Tidak ingat."Dia benar-benar amnesia, ingatannya dihapus menggunakan ilmu kah, sampai ia tidak bisa ingat semuanya? Hati Julie bicara demikian. "Dulu, ada seorang wanita yang memperhatikan kamu secara diam-diam...."Julie mulai bercerita. Dan Prima menyimaknya dengan baik."Wanita itu tidak bisa mendekati, karena kamu sangat selektif dengan siapapun yang dekat denganmu, entah karena apa.""Lalu?""Seiring waktu, kamu yang seperti itu makin tenggelam dalam kesendirian, kamu sibuk dengan duniamu sendiri, tidak peduli dengan orang lain, hingga saat semua sibuk berpacaran, kamu justru tidak pernah suka dengan wanita sama sekali.""Kurasa aku memang orang yang seperti itu, karena ak
"Keterlaluan! Jadi, Mama melakukan ini hanya mengejar harta dan kedudukan?" Pram benar-benar tidak bisa menahan perasaannya sekarang hingga emosinya kembali tersulut meskipun Shelin memintanya untuk sabar karena mereka harus mendengarkan secara tuntas apa yang ingin diceritakan oleh Tante Putri pada mereka."Maaf, Pram, Mama yang salah, Mama memang takut hidup kita miskin, apalagi saat kamu menikah dengan Shelin, kamu itu bangkrut, Mama semakin sulit untuk menerima semuanya, Mama-""Aku yang membuat Pram bangkrut karena aku pembawa sial?" potong Shelin. "Sebenarnya, aku juga tidak tahu pasti, itu hanya pendapatku saja, karena setelah kamu dengan Pram, hidup Pram itu berantakan, aku membencimu, Shelin, lalu aku mendengar tentang nama kalian yang tidak cocok jika bersama, disitulah aku punya cara untuk membuat Pram percaya bahwa kamu pembawa sial!""Jangan salahkan Tante Putri, khusus untuk memisahkan kalian, aku juga ikut andil, aku terobsesi dengan Pram, jadi aku menerima tawaran Ra
Apa yang dikatakan oleh Sumi disetujui oleh Galih. Meskipun sekarang tidak bisa dipungkiri ia bahagia lantaran tidak menyangka ternyata ia dan Sumi berjodoh, tapi memikirkan sahabatnya, Pram yang sekarang sedang masa terpuruk, mau tidak mau membuat kebahagiaan Galih belum lengkap.Sementara itu, Shelin, Julie, Pram dan juga Sheila sudah saling berhadapan dengan Tante Putri yang masih belum dipastikan akan masuk penjara kapan karena kasus yang melibatkan dirinya masih diselidiki secara menyeluruh.Melihat kedatangan semuanya, Tante Putri tertunduk dalam. Perempuan itu merasa terpuruk sekarang dengan apa yang sudah terjadi padanya. "Tante, untuk masalah Wira dan apa yang sudah aku terima, aku tidak akan menuntut Tante asalkan Tante mau bicara apa yang sebenarnya terjadi selama ini, aku berjanji tidak akan menuntut Tante dengan alasan karena aku korban, tapi, aku harap, Tante bisa mengatakan semuanya pada kami semuanya. Tanpa bersisa."Shelin yang lebih dulu bicara, dan Tante Putri terd