"Eh, aku juga? Aku juga harus keluar?"Wira sangat terkejut dengan ucapan yang dilontarkan oleh Shelin karena ia merasa yang harus keluar itu bukan dirinya tapi Pram."Iya, kamu juga. Aku mau sendiri."Shelin menyahut tanpa menatap Wira. Namun, Wira tetap tidak bergeming meskipun sudah diminta ikut keluar pula oleh Shelin."Aku khawatir sama kamu, Shelin, aku bawa ke dokter, ya?" Wira ikut-ikutan dengan tawaran yang tadi dikatakan oleh Pram untuk membawa Shelin ke dokter. Tetapi Shelin tidak merubah keputusannya, ia tetap meminta Wira untuk segera keluar karena sekarang ia benar-benar ingin sendiri.Alhasil, Wira tidak bisa berbuat banyak selain menuruti apa yang diinginkan oleh Shelin. Keluar dari ruangan itu meninggalkan Shelin seorang diri di sana. Kesempatan untuk memberikan perhatian pada perempuan satu anak itu musnah oleh penolakan Shelin, Wira sebal.Di waktu yang sama, Pram menyeret Julie yang masih membabi buta karena marah melihat Pram bertemu dengan Shelin. Kekacauan y
"Kamu ngomong apa sih? Jelas aku enggak kenal, lho. Masa aku temenan sama wanita kayak dia?"Mendengar apa yang dikatakan Julie, seketika Ratna tersinggung. Namun jika ia mengatakan bahwa ia tersinggung, Ratna khawatir perempuan yang sering terlihat bersama Shelin itu akan curiga padanya. Itu sebabnya, Ratna memilih menggerutu saja di dalam hati.Wanita seperti aku? Memangnya aku kenapa? Awas aja kamu, akan aku buat kamu menyesali ucapan kamu sendiri!Hati Ratna bicara demikian dengan wajah yang sedikit merah karena menahan emosi.Sumi memperhatikan ekspresi Ratna, ia bisa melihat wajah perempuan itu kesal mendengar ucapan Julie tadi, ini membuat ia semakin yakin, Ratna pasti ada sesuatu yang bukan hanya menyapa biasa saja berinteraksi dengan Julie."Kamu bisa tinggalkan kami berdua aja enggak?" Sumi bicara demikian pada Ratna dengan nada datar, karena ia mulai curiga dengan tetangga Shelin tersebut.Ratna menganggukkan kepalanya. Meskipun kesal karena masih ada hal yang ingin ia run
Mendengar apa yang diucapkan oleh Sumi, Julie semakin tenggelam dalam kesedihan, perempuan itu menutup wajahnya dengan telapak tangan. Membuat Sumi mengusap punggung temannya itu karena merasa prihatin dengan apa yang dialami oleh Julie."Aku benar-benar cinta sama Pram, Sumi, lagian dia juga udah cerai sama istrinya itu tapi masih aja aku enggak bisa mendapatkan perhatian dia. Terus tadi dia mukul aku segala lagi, di depan orang! Aku malu dan sakit hati!"Julie bicara sambil terisak. Masih menutupi wajahnya dengan telapak tangan, hingga Julie geleng-geleng kepala."Itu karena kamu mengamuk kayak orang kesurupan, dia juga malu karena perbuatan kamu, lagian kamu juga enggak boleh mengamuk di tempat orang kayak tadi, dia menengok mantan istri dan mengantarkan anaknya pulang sekolah, apa itu salah? Enggak, kan?"Tentu aja salah. Semakin sering dia ketemu Shelin dan anaknya itu semakin sulit dia aku pisahkan mereka, kamu enggak akan paham hal ini, Sumi!Perkataan Sumi hanya direspon Juli
"Tenang, biar Tante yang urus itu, kamu sedia biaya saja, bagaimanapun kita sudah banyak mengeluarkan uang, tidak boleh mundur begitu saja, nanti Tante yang coba bicara dengan Ratna, dia harus lebih serius membantu kita harus lebih keras lagi!"Tante Putri berusaha untuk menenangkan hati Julie, namun, Julie tetap saja tidak bisa tenang karena pikirannya sekarang sudah penuh belum lagi melihat perubahan yang dilakukan Pram. Sebenarnya mengapa Pram bisa sangat melawan sekarang? Tidak seperti sebelumnya yang memang sangat patuh oleh aturan yang diberlakukan oleh Tante Putri dari Ratna atas nama orang pintar yang sudah mereka percaya mampu membuat dirinya bisa memiliki pria itu dengan cepat. "Aku sudah keluar uang banyak, Tante. Kalau sampai ini gagal, aku akan meminta ganti rugi, Tante harus lebih keras lagi menasihati Pram, dia sudah berani menampar aku demi Shelin itu!""Ini karena Shelin, Julie, Pram pasti mendengar kata-kata mantan istrinya itu hingga sekarang jadi sulit diatur. Te
"Ah, Tante serius?" tanya Wira masih tidak percaya dengan apa yang ia dengar."Ya, serius, bagaimana?""Apa yang harus gue lakukan?"Tante Putri tersenyum puas mendengar Wira yang terlihat tertarik dengan tawaran yang diberikan olehnya.Ia langsung memberitahukan hal apa yang harus dilakukan oleh Wira untuk membuat rencana mereka berhasil. Wira manggut-manggut. Karena merasa kesal pendekatannya tidak pernah membuahkan hasil, Wira akhirnya menerima tawaran bekerjasama yang dilayangkan oleh ibunya Pram tersebut. Puas sekali ia rasanya karena mendapatkan kesempatan yang sangat baik bekerjasama dengan ibunya saingannya dalam mendapatkan hati Shelin.Wira yakin ia akan berhasil, bukankah Pram tidak didukung oleh ibunya sendiri? Wira sangat berani bertaruh bahwa pria mantan suami Shelin itu tidak lagi bisa mendapatkan cara untuk membuat Shelin dimilikinya kembali.Shelin harus menjadi miliknya, begitu tekad Wira.Setelah kesepakatan sudah diatur, mereka akhirnya berpisah. Tante Putri men
Pram terdiam membaca pesan yang ditulis oleh Sumi. Pikirannya jadi tertuju pada Julie dan juga ibunya, apakah itu rekayasa mereka berdua?Alhasil, Pram mengakhiri percakapan berjanji untuk membicarakan masalah itu dengan ibunya, dan kali ini Pram serius untuk meminta ibunya agar jujur padanya. Tidak mau membuang waktu dengan mendengarkan alasan yang dibeberkan oleh sang ibu lagi seperti yang sudah-sudah.Pram keluar kamar dan mencari ibunya yang sedang di dapur, entah bicara dengan siapa di ponsel. Melihat Pram, buru-buru wanita itu menghentikan apa yang ia perbuat sejak tadi di dapur."Ma, sebenarnya apa yang Mama lakukan padaku dan Shelin? Kenapa Mama terlihat sibuk belakangan ini dan jarang di rumah menjaga papa?"Mendengar pertanyaan Pram, ibunya buru-buru mendekati dan berhenti tepat di hadapan sang anak. "Mama memang sedang sibuk belakangan ini, biasa ibu-ibu arisan, memangnya apa yang Mama lakukan pada kalian? Tidak ada. Tidak ada yang Mama lakukan. Apa yang Mama lakukan?"Ta
Melihat kecelakaan tersebut, pria bertopeng itu menyembunyikan diri, khawatir dijadikan tersangka karena orang yang dikejar mengalami kecelakaan, tapi juga khawatir dengan keadaan Shelin dan Sheila. Ia memperhatikan mobil yang menabrak keduanya itu dengan benar seolah pernah melihat mobil itu sebelumnya.Sementara itu, pemilik mobil yang tidak lain adalah Prima segera keluar dari mobil dan buru-buru memeriksa orang yang tadi tertabrak mobilnya. Melihat siapa yang ia tabrak, Prima sangat terkejut apalagi saat ia melihat pakaian Shelin juga tidak karuan karena tidak terkancing dengan benar setelah dibuka paksa oleh pria yang ingin memperkosa dirinya tadi. Prima melepas jas yang ia pakai dan segera menutupi tubuh Shelin yang tergeletak lemah di depan mobilnya. Beruntung, Sheila hanya menderita luka lecet di kaki dan tangannya karena terkena benturan aspal, sedangkan sang ibu sedikit parah karena melindungi sang anak ketika insiden itu terjadi.Sheila menangis tanpa bersuara, antara s
Ucapan Wira membuat Tante Putri penasaran rencana apa yang sebenarnya akan dilakukan oleh pria tersebut. Wanita itu bertanya, dan Wira terpaksa membeberkan agar ia tidak dianggap tidak serius. Saat mendengar apa yang dikatakan oleh Wira, Tante Putri berpikir sejenak. Seolah sedikit keberatan dengan apa yang diusulkan oleh Wira.{Kenapa harus melibatkan Pram? Ini tugas kamu, bukan tugas dia, kenapa harus melibatkan anakku?}{Tante mau Pram benci dengan Shelin, kan? Maka inilah yang harus Tante lakukan, nanti gue kirim jam biar kagak selisih waktu}Wira mengakhiri percakapan, ia tidak peduli alasan apa lagi yang akan diajukan oleh Tante Putri, yang jelas, keputusannya sudah bulat, cara terakhir akan ia lakukan, dan Wira optimis cara itu akan berhasil. ***Sumi yang mendapatkan kabar bahwa Shelin di rumah sakit langsung ke rumah sakit sesuai apa yang dikatakan oleh Ibu Ani. Sesampainya di depan ruang rawat inap Shelin, ia melihat Prima sedang bersama dengan Sheila. Hal ini membuat S
Perasaan Shelin jadi tidak karuan ketika mendengar apa yang diucapkan oleh Pram. Beberapa kali mantan suaminya itu bicara demikian tentang dirinya yang bukan pembawa sial, Pram selalu mengatakan, bahwa yang membawa sial itu dirinya sendiri."Masalah siapa yang sial, aku tidak mau tahu, karena bagiku, semua yang terjadi itu ada hikmahnya, kejadian buruk sekalipun, rasa trauma karena sudah membuat kehidupan orang lain jadi terpuruk membuat aku berpikir banyak tentang itu, dan yang mempermasalahkan ibu kamu....""Kita bahas ini di depan ibuku? Kamu mau?""Untuk apa?""Aku hanya ingin ibuku tahu aku yang ingin rujuk dengan kamu, bukan kamu, biar beliau tidak menyalahkan kamu."Shelin menghela napas. Ditatapnya Pram saat pria itu bicara demikian, hingga akhirnya perempuan itu setuju dengan apa yang diusulkan Pram, dan mereka melanjutkan perjalanan pulang khawatir Sheila mencari mereka karena sudah pergi terlalu lama.***"Julie?" Sumi terkejut ketika saat ia membuka pintu rumahnya, Julie
Sang ustadz menghela napas panjang mendengar isi pertanyaan Pram. Ia menatap Pram, Shelin dan Galih bergantian."Orang yang memberikan perintah pada seorang dukun untuk melakukan kejahatan, akan menerima balasannya sendiri, Nak. Jadi, lambat laun, Allah akan memberikan balasannya, kau tidak perlu repot untuk membalas.""Tidak perlu diperkarakan?" "Kamu memperkarakan dengan kondisi dia yang seperti itu, hukumannya juga tertunda, kepolisian akan membuat dia sembuh dulu baru proses dijalankan, biasanya hal-hal seperti itu tidak akan bisa sembuh kecuali ada mukjizat dari Allah dan orang itu sendiri bertobat, jika tidak entahlah....""Begitu, ya. Baiklah, terima kasih, Ustadz, kalau begitu kami pamit dulu, terima kasih sekali lagi." Pram, Shelin dan juga Galih akhirnya pamit dari hadapan ustadz tersebut. Mereka berpikir mungkin akan lebih baik ke rumah sakit untuk mengetahui bagaimana keadaan Ratna sebelum kembali ke kost Shelin. Shelin menghubungi Sumi untuk memastikan apakah sang ana
Galih, Pram dan juga Shelin manggut-manggut mendengar penjelasan pria tersebut. Lalu, mereka mempersilahkan orang itu untuk memanggil seorang ustadz terdekat agar bisa memeriksa keadaan pemilik rumah yang dibayar Ratna untuk praktik ilmu tak lazimnya. Beberapa saat kemudian, orang itu sudah kembali bersama ustadz yang dimaksud dan mereka langsung masuk ke rumah dukun yang dibayar Ratna untuk memeriksa apa yang terjadi, akan tetapi, ketika mereka baru saja sampai di ambang pintu, dukun itu berteriak agar mereka tidak masuk.Ustadz itu meminta yang lain untuk tetap di luar, karena pria pemilik rumah itu menatap tajam ke arahnya dengan mata yang merah entah karena apa."Pergilah kamu dari raga orang itu, jangan mengganggu manusia, kau punya dunia sendiri, jangan mengacaukan kehidupan manusia!"Ustadz itu bicara dan Pram, Galih, Shelin serta laki-laki yang memanggil ustadz itu memperhatikan dengan raut wajah yang demikian tegang. "Aku tidak akan pergi! Dia harus bertanggung jawab atas k
Pendapat Galih akhirnya diterima oleh Pram. Shelin meminta maaf pada Sumi karena sudah merepotkan wanita itu untuk membuatnya menjaga Sheila, namun Sumi meyakinkan pada Shelin bahwa ia tidak keberatan sama sekali untuk menjaga anak temannya tersebut. Alhasil, mereka segera berangkat ke tempat di mana Pram mendapatkan informasi tentang dukun yang dimaksud. Mereka berharap, informasi itu benar, karena mereka ingin masalah bisa selesai secepatnya.Setelah menempuh perjalanan yang lumayan melelahkan lantaran terjebak macet, akhirnya mereka sampai di sebuah rumah yang dikatakan rumah di mana Ratna sering terlihat datang di waktu waktu yang tidak biasa. Saat mereka mengetuk pintu rumah tersebut, cukup lama mereka menunggu pintu itu dibuka, sampai akhirnya, seseorang membukakan pintu dan terlihat heran melihat beberapa orang berdiri di depannya seperti itu. "Ada perlu apa kalian ke sini?" tanyanya dengan wajah kurang bersahabat."Ada perlu untuk mengetahui apa yang dilakukan seseorang yan
Sang ibu terenyuh mendengar apa yang diucapkan oleh sang anak angkat, ia tidak bisa berkata-kata, meskipun ada kekhawatiran yang ia simpan di dasar hati jika nanti Prima justru kembali pada keluarga aslinya, namun wanita itu tidak bisa melarang apa yang diinginkan oleh sang anak. Karena baginya, kebahagiaan Prima yang terpenting."Jaga anakku dengan baik, Julie, apapun kesalahan yang pernah kau lakukan, aku harap kau tidak melakukannya kembali terlebih pada putraku, kalau kau menyakitinya, aku orang pertama yang sangat ingin memberikan kamu pelajaran, ingat itu."Begitu pesan ibunya Prima pada Julie sebelum akhirnya perempuan itu keluar dari ruangan untuk mengurus administrasi perawatan Prima.***"Selamat ya, aku ikut senang ternyata kalian itu berjodoh, jangan ditunda untuk menikah, kalian cocok!" Shelin bicara demikian ketika mengetahui Galih dan Sumi akhirnya resmi berpacaran dan sebentar lagi akan menikah setelah meyakini kasus Pram dan juga Shelin yang terbelit masalah berkaita
Karena terkejut dengan apa yang menimpa Prima, Julie berteriak minta tolong. Ibunya Prima yang kebetulan ada di rumah segera ke ruang tamu. Tanpa berpikir panjang, ia berteriak memanggil tukang kebun agar bisa membantunya untuk membawa Prima ke rumah sakit. Julie menawarkan bantuan untuk memakai mobilnya saja. Ibunya Prima mengiyakan, dibantu tukang kebun, mereka segera membawa Prima ke mobil milik Julie dan setelah memasukkan tubuh Prima ke mobil, Julie dan wanita itu segera masuk pula ke dalam mobil. Sesampainya di rumah sakit terdekat, mereka meminta bantuan para petugas medis untuk membawa Prima ke IGD.Wajah ibunya Prima tidak tenang meskipun anak angkatnya itu sudah ditangani oleh dokter yang bertugas. "Apa yang kau lakukan pada anakku?" tanya wanita itu pada Julie. Mereka sedang menunggu dokter yang memeriksa Prima, hingga perempuan itu memutuskan untuk mengintrogasi Julie. "Aku minta maaf, Tante. Aku tidak bermaksud membuat Prima seperti itu, aku hanya ingin meluruskan se
"Benarkah? Masalah apa itu?" Raut wajah Prima semakin terlihat penasaran mendengar apa yang diucapkan oleh perempuan berambut pirang tersebut. "Kamu benar-benar tidak ingat lagi saat masa kuliah kamu dulu?" tanya Julie hati-hati, sekedar untuk memastikan, Prima masih ingat saat ia masih kuliah atau tidak."Tidak ingat."Dia benar-benar amnesia, ingatannya dihapus menggunakan ilmu kah, sampai ia tidak bisa ingat semuanya? Hati Julie bicara demikian. "Dulu, ada seorang wanita yang memperhatikan kamu secara diam-diam...."Julie mulai bercerita. Dan Prima menyimaknya dengan baik."Wanita itu tidak bisa mendekati, karena kamu sangat selektif dengan siapapun yang dekat denganmu, entah karena apa.""Lalu?""Seiring waktu, kamu yang seperti itu makin tenggelam dalam kesendirian, kamu sibuk dengan duniamu sendiri, tidak peduli dengan orang lain, hingga saat semua sibuk berpacaran, kamu justru tidak pernah suka dengan wanita sama sekali.""Kurasa aku memang orang yang seperti itu, karena ak
"Keterlaluan! Jadi, Mama melakukan ini hanya mengejar harta dan kedudukan?" Pram benar-benar tidak bisa menahan perasaannya sekarang hingga emosinya kembali tersulut meskipun Shelin memintanya untuk sabar karena mereka harus mendengarkan secara tuntas apa yang ingin diceritakan oleh Tante Putri pada mereka."Maaf, Pram, Mama yang salah, Mama memang takut hidup kita miskin, apalagi saat kamu menikah dengan Shelin, kamu itu bangkrut, Mama semakin sulit untuk menerima semuanya, Mama-""Aku yang membuat Pram bangkrut karena aku pembawa sial?" potong Shelin. "Sebenarnya, aku juga tidak tahu pasti, itu hanya pendapatku saja, karena setelah kamu dengan Pram, hidup Pram itu berantakan, aku membencimu, Shelin, lalu aku mendengar tentang nama kalian yang tidak cocok jika bersama, disitulah aku punya cara untuk membuat Pram percaya bahwa kamu pembawa sial!""Jangan salahkan Tante Putri, khusus untuk memisahkan kalian, aku juga ikut andil, aku terobsesi dengan Pram, jadi aku menerima tawaran Ra
Apa yang dikatakan oleh Sumi disetujui oleh Galih. Meskipun sekarang tidak bisa dipungkiri ia bahagia lantaran tidak menyangka ternyata ia dan Sumi berjodoh, tapi memikirkan sahabatnya, Pram yang sekarang sedang masa terpuruk, mau tidak mau membuat kebahagiaan Galih belum lengkap.Sementara itu, Shelin, Julie, Pram dan juga Sheila sudah saling berhadapan dengan Tante Putri yang masih belum dipastikan akan masuk penjara kapan karena kasus yang melibatkan dirinya masih diselidiki secara menyeluruh.Melihat kedatangan semuanya, Tante Putri tertunduk dalam. Perempuan itu merasa terpuruk sekarang dengan apa yang sudah terjadi padanya. "Tante, untuk masalah Wira dan apa yang sudah aku terima, aku tidak akan menuntut Tante asalkan Tante mau bicara apa yang sebenarnya terjadi selama ini, aku berjanji tidak akan menuntut Tante dengan alasan karena aku korban, tapi, aku harap, Tante bisa mengatakan semuanya pada kami semuanya. Tanpa bersisa."Shelin yang lebih dulu bicara, dan Tante Putri terd