Sedang berada di jalan menuju lokasi syuting, ponsel milik Clara berdering."Iya, Mas," sahut Clara pada panggilan masuk dari Mas Rian."Kamu bisa gak mampir di toko kue, beliin kue ulang tahun. Beli yang jadi aja," kata Mas Rian."Bisa Mas. Buat siapa, Mas?" tanya Clara."Cameraman kita hari ini ulang tahun. Buat seru-seruan kita di lokasi," kata Mas Rian lagi."Oke deh, Mas." Clara menutup teleponnya.Ia lalu memberitahu Azka untuk mampir di toko kue yang mungkin ada di sepanjang jalan yang mereka lalui."Nah itu aja," ucap Clara saat melihat papan nama sebuah toko kue dari kejauhan.Menepikan mobilnya, mereka turun dari mobil dan masuk ke dalam toko kue itu.Berjejer beberapa kue ulang tahun dengan berbagai macam topping di dalam etalase."Coklat atau keju ya?" gumam Clara di depan etalase.'Keduanya aja. Coklat untuk dilokasi, keju buat kamu," celetuk Azka yang kemudian langsung bertanya pada karyawan toko kue yang melayani mereka,"Kalau yang Mas tunjuk tadi, sudah di pesan. Untuk
"Jadi aku gak anter jemput kamu lagi, Cla?" tanya Lisa. Clara memasang speaker di ponselnya untuk menjawab panggilan dari Lisa."Iya. Azka nanti," sahut Clara."Cie, udah antar jemput aja. Kalian sudah jadian ya?" tanya Lisa dibalik telponnya."Jadian apa? Kita kan satu lokasi syuting. Kamu Jangan mulai ya," sahut Clara."Iya. Iya. Oke deh, kalau ada apa-apa hubungi aku ya. Dah."Clara mengemasi barangnya lalu keluar dari kamar. Berjalan menuju ruang tamu untuk meletakkan tasnya, ternyata Azka sudah datang."Kamu sudah lama di sini?" tanya Clara kaget. Beberapa detik kemudian Bu Iin datang membawakan minum."Gak juga. Baru sampai kok, Cla," sahut Azka.Tiba-tiba saja saat Clara hendak duduk di samping Azka, ia merasakan seperti ada angin yang berputar dalam perutnya."Bentar ya," kata Clara beranjak dari ruang tamu sambil memegangi perutnya.Masuk ke kamar mandi, buang air. Baru saja keluar perutnya kembali seperti awal."Cla, kamu kenapa?" Azka mengetuk-ngetuk pintu.Beberapa saat ke
Setelah satu hari penuh beristirahat, Clara mulai merasa baikan. Apalagi ditambah, ini adalah hari libur syuting."Eh, Azka missed call," ucap Clara sambil mengerikan rambutnya dengan handuk. Ia baru selesai mandi setelah satu ja penuh berolahraga."Aku tunggu dia telepon lagi aja," ucap Clara kembali meletakkan ponselnya di meja. Sesekali matanya melirik ke arah ponsel yang layarnya masih gelap. Ia memantulkan bibirnya karena Azka belum juga menelpon balik. Tak berselang lama, Clara kembali mengumbar senyum. Ia meraih ponselnya yang berdering."Masih tidur ya?" tanya Azka."Baru selesai mandi. Ada apa kamu telepon?""Perutnya masih sakit?""Enggak. Udah enakan kok," sahut Clara."Karena hari ini libur syuting, gimana kalau kita jalan?" ajak Azka, "kamu gak lagi sibuk kan? Atau sudah janji dengan orang lain?""Rencananya aku mau ke bengkel Papa," sahut Clara."Pas banget. Aku juga mau ke bengkel Papa kamu. Kalau gitu aku jemput sekarang ya. Sekitar sepuluh menit lagi aku sampai ya,"
Pemutaran perdana series yang dibintangi oleh Clara dan Azka begitu membuat seluruh tim produksi bahagia. Bagaimana tidak, series yang diputar di salah satu stasiun tivi itu mendapat apresiasi yang baik dari para penonton. Terbukti dengan banyaknya komentar di akun sosial media resmi rumah produksi Mas Punja, meminta agar episode selanjutnya dengan durasi yang panjang. Secara khusus Mas Punja mengirimkan pesan pada Clara dan Azka mengucapkan terima kasih.Pukul setengah sebelas Clara dan Azka baru saja selesai take. Karena memang sudah malam dan cukup lelah dengan adegan mereka hari ini, Clara dan Azka langsung berpamitan pulang meski yang lain masih terlihat santai menghabiskan waktu di lokasi."Makasih ya, Az. Hati-hati di jalan," ucap Clara seraya membuka sabuk pengaman begitu mobil Azka berhenti di depan rumah."Selamat malam, Cla. Jangan lupa mimpiin aku ya," goda Azka."Apaan sih?" Clara memukul lengan Azka pelan. Tersipu malu."Aku masuk dulu." Clara turun dari mobil bergegas m
Sedang asyik duduk santai nunggu giliran, tiba-tiba saja terdengar suara gaduh dari arah gazebo."Astaga, ini beneran!" seru mereka yang duduk di gazebo terdengar begitu nyaring.Clara memasang telinga lebih seksama."Gak nyangka ya, ternyata dia kena kasus prostitusi online.""Iya. Padahal dia sering banget film, iklan juga banyak.""Gaya hidup mungkin. Semua barang dia kan branded.""Eh, dia kan baru beli mobil sport."Itu sekilas percakapan yang Clara dengar sebelum Azka datang dan duduk di sampingnya."Kamu ngapain? Serius gitu mukanya," ucap Azka."Itu, mereka lagi pada ngomongin apa sih?" tanya Clara."Nih." Azka menunjukkan layar ponselnya.'Artis inisial S ditangkap di sebuah hotel terkait jaringan prostitusi online' gumam Clara. Ia lalu menerka-nerka siapa inisial S yang dimaksud oleh akun gosip di sosial media itu.'Kayaknya, Siska deh ini' gumam Clara lagi."Halo? Kenapa jadi ngelamun kamu, Cla?" tanya Azka melambaikan kedua tangannya tepat di depan wajah Clara."Eh, enggak
Azka yang tak tahu bahwa Clara tidak ada di rumah, harus putar balik saat Bu Iin memberitahu kalau Clara semalam menginap di rumah Papa. Untung saja ia tahu jalan tikus agar bisa lebih cepat sampai di rumah Papa. Dengan penuh percaya diri, Azka keluar dari mobil lalu berjalan mengetuk pintu depan rumah."Masuk, Mas," sapa Bi Asih ramah seraya mempersilahkan Azka duduk di ruang tamu.Bi Asih lalu memberitahukan kedatangan Azka pada Clara yang sedang sarapan pagi bersama Papa."Suruh ke sini aja, Bi," sahut Papa duluan."Baik, Pak." Bi Asih kembali lagi ke depan kemudian mengajak Azka ke ruang makan.Azka menyapa ramah Papa lalu duduk di depan Clara."Tadi saya ke rumah Clara, kata Bu Iin Claranya nginep disini. Nginap di rumah Om.""Iya," sahut Papa, "ayo kamu sambil makan. Cla, kamu ambil piring buat Azka."Tak ada bantahan, Clara beranjak dari kursinya dan mengambilkan piring untuk Azka."Mau nasi goreng?" tanya Clara."Boleh," sahut Azka.Meletakkan beberapa sendok nasi goreng serta
'Tau semua tentang aku' gumam Clara mengingat ucapan Azka kemarin. Ia sedang duduk santai di kursi teras samping sambil menatap birunya langit. Hari ini ia tak ada jadwal apa-apa, syuting maupun yang lainnya. Bu Iin kemudian datang menghampirinya dan meminta izin untuk keluar rumah sebentar menghadapi acara keluarga."Eh kenapa gak bilang, Bu? Biar saya bisa suruh orang buat ngantar Bu Iin," kata Clara."Gak usah, Mbak. Ngerepotin. Saya naik angkutan umum aja.""Oh ya udah. Bu Iin hati-hati ya," pesan Clara pada Bu Iin.Bersantai di teras samping tanpa ponsel membuat Clara merasa tak memiliki beban. Ia sengaja meninggalkan ponselnya di kamar karena tak ingin diganggu.Sementara itu, Azka yang dari tadi menghubungi Clara tapi tak mendapat respon malah jadi khawatir. Takut Clara kenapa-napa. Ia kemudian memutuskan untuk mengecek langsung kepada Clara ke rumah.Clara baru saja selesai mandi dan berniat untuk membuat sarapan yang ke sedikit kesiangan. Meski sebenarnya Bu Iin telah masak,
Semenjak kejadian itu, hubungan Azka dan Clara bisa dibilang makin hari makin dekat. Meski tak ada kata jadian, tapi sikap dan tingkah yang mereka tunjukkan dapat dikatakan layaknya seperti orang pacaran."Az, aku mau nasi goreng kamu," kata Clara manja pada Azka yang sedang menyantap nasi goreng seafood di sela-sela break syuting mereka."Nih," sahut Azka seraya menyuapkan nasi goreng yang sedang ia nikmat.Beberapa pemeran yang lain langsung mendekat melihat kemesraan yang Azka dan Clara tunjukkan."Ada yang cinlok nih," ucap mereka kompak sambil bertepuk tangan membuat adegan suap menyuap itu berhenti."Cinlok apa? Cuma makan sama-sama masa dikatain cinlok," kata Clara mengelak."Iya. Kita gak ada cinlok kok," sambung Azka menimpali."Kompak banget kalian berdua ini ya. Ckckckck," komentar yang lain geleng-geleng kepala."Emang gak cinlok," ucap Azka dan Clara bersamaan."Iya iya." Yang lain pasrah dan mengiyakan saja.Clara dan Azka masih bisa bersantai sejenak sambil menunggu gil
Hampir setiap hari melihat kemesraan Clara dan Azka di media sosial dan media elektronik, membuat mood Ibu jadi naik turun. Tak bisa salah sedikit, ia akan langsung marah. Seperti saat ini, ia baru saja menyaksikan liputan keseharian Clara dan Azka."Ret, serius amat?" Suara dari arah pintu mengalihkan pandangannya. Beberapa saudaranya datang.Wajah Ibu masih tak berubah."Kenapa sih, Mbak? Azka udah mau nikah tapi Mbak Retno masih diam-diam aja," ucap Wulan, adiknya paling kecil."Mau nikah apa?" tanya Ibu dengan wajah kesal."Itu di tivi, setiap hari isi beritanya tentang Azka sama pacarnya," timpal yang lain."Iya, Mbak. Udah fitting baju pengantin juga. Jadi nikahnya di Jakarta atau di Yogyakarta, Mbak?" tanya Wulan lagi."Kalian kalau kesini cuma mau ngomong gak jelas, lebih baik gak usah," sahut Ibu ketus."Loh? Kenapa Mbak marah? Kita ke sini kan mau dukung rencana pernikahannya Azka. Wong pacar Azka itu artis baik kok. Prestasinya gak kalah dari Azka. Kena berita negatif juga
Mengikuti apa kata Ayu, Azka dan Clara makin sering terlihat bersama di ruang publik. Melayani setiap permintaan wawancara dari wartawan. Mereka juga tak segan terlihat mesra, apalagi Azka. Ia sangat memperlihatkan kecintaannya pada Clara."Apa tadi itu gak terlalu berlebihan, Az? Bilang dalam waktu dekat ini kita akan menggelar acara pernikahan," tukas Clara begitu mereka meninggalkan tempat ulang tahun salah satu anak artis."Berlebihan? Gak dong. Apa yang aku katakan itu adalah doa. Aku berharap bisa secepatnya menikah dengan kamu, Cla," ucap Azka meraih tangan Clara. Menggenggamnya begitu erat kemudian melepaskannya.Clara menatap Azka. Semakin hari ia merasa Azka semakin menunjukkan perubahan sikap. Ia menjadi sangat perhatian dan romantis. Meski merasa tak biasa, Clara juga tak bisa menolak kalau hati kecilnya begitu bahagia dengan perlakuan yang diberikan oleh Azka.Semua itu Azka lakukan memang dari hatinya dan atas saran dari Ayu. Adik perempuannya itu memberi saran pada Azka
Azka tak membiarkan Clara lepas dari pelukan meski Clara telah mengatakan kalau ia sulit bernafas karena eratnya pelukan Azka."Kamu harus tau rasanya jadi aku yang kangen banget sama kamu, Cla," ucap Azka dengan mata berkaca-kaca."Iya aku juga kangen sama kamu, Az. Tapi ini aku gak bisa nafas," kata Clara lagi.Perlahan Azka melepaskan pelukannya dan mengajaknya untuk bicara di ruang tamu."Astaga, Bima," decak Azka melihat ruang tamunya yang berantakan."Kamu duduk aja. Sebentar aku beresin," ucap Clara langsung meraih bungkus camilan dan gelas kopi yang berserakan."Biar aku yang beresin," kata Azka mengambil apa yang sudah ada di tangan Clara."Sudah aku aja. Kenapa sih gak nurut?" Clara melotot.Melihat mata Clara yang melotot, Azka memilih untuk menurut saja. Tak mau merusak suasana pertemuan mereka."Kamu tega banget sih?" Azka menarik tangan Clara.Clara terdiam."Aku sudah ketemu solusi buat hubungan kita, Cla.""Solusi apa?" Kening Clara berkerut."Kita nikah aja. Papa kamu
Hari demi hari Azka lewati begitu saja. Rutinitas syutingnya ia lewati tanpa semangat. Mengobrol dengan orang di lokasi syuting saja hanya seadanya, pikirannya tak bisa lepas memikirkan Clara. Untung ia masih bisa fokus saat syuting hingga tak perlu take berulang kali. Bima juga selalu standby di lokasi siap mengamankan Azka."Tumben, biasanya kamu bareng Clara terus," ucap lawan mainnya yang menyadari ada yang beda dengan Azka beberapa hari ini."Lagi pada sibuk," sahut Azka singkat."Tuh wartawan juga pada nanyain kamu," ucapnya lagi menunjukkan ke arah luar lokasi."Biarin aja lah, sekali-kali buat mereka penasaran," kata Azka asal. Padahal sebenarnya ia sedang menghindar.Selesai syuting Bima langsung mengantarkan Azka ke apartemen."Aku balik dulu ya, Mas. Jangan lupa makan, Mas," pesan Bima. Beberapa hari kemarin Bima melihat makanan yang dibeli tak habis dimakan oleh Azka."Iya," kata Azka seraya masuk ke dalam lift.Setibanya di apartemen, Azka langsung menjatuhkan diri ke ata
Mengirimkan pesan pada Lisa, Clara meminta izin untuk cuti beberapa hari kedepan. Namun Lisa kembali harus mengurut dada karena Clara sudah tak bisa dihubungi lagi. Ia juga tak mungkin bertanya pada Papanya Clara karena takut akan membuat khawatir. Lisa yakin, Clara juga tak memberi tahu hal ini pada Papanya."Aduh, Azka nelpon lagi," gumam Lisa melihat layar ponselnya,Sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal, Lisa mengangkat telepon dari Azka itu."Lis, Clara sama kamu? Dari tadi aku chat, aku telepon gak ada respon," ucap Azka di ujung teleponnya."Dia minta izin cuti beberapa hari ke depan sama aku," ucap Lisa."Cuti? Emang gak ada syuting? Terus kenapa gak bisa dihubungi?""Itu dia. Aku juga gak bisa ngehubungin Clara.""Ck. Clara," desah Azka bingung, "kamu dimana, Lis. Aku samperin ya. Sekalian aku mau keluar," lanjut Azka."Oke. Kita ketemu di rumah Clara aja," kata Lisa.***Bu Iin membukakan pintu untuk Lisa dan Azka yang datang secara bersamaan."Clara pergi jam bera
Setelah lama menghindar dari wartawan, sore ini akhirnya mereka berdua tampil di depan wartawan. Keputusan untuk menghindar ini mereka ambil untuk meredam emosi Ibu. Ia tak ingin Ibu semakin marah bila mereka langsung melakukan klarifikasi."Jadi gimana foto-foto yang beredar itu, Mbak?""Benar wanita itu yang mendekati Azka?""Menurut Mbak Clara gimana?"Pernyataan yang terlontar semua mengenai foto-foto itu."Jadi foto itu diambil oleh siapa aku juga gak tau, itu dokter yang menangani orang tua aku waktu opname di rumah sakit. Aku cuma minta penjelasan. Memang dokter itu anak dari teman orang tua aku," kata Azka menjelaskan sambil erat memegang tangan Clara yang hanya memasang senyum."Apa itu wanita yang dijodohkan sama Azka?" tanya wartawan yang lain."Jodoh aku ada di samping, ini," sahut Azka serius tapi santai merangkul Clara."Jadi berita yang beredar itu gak benar?" Wartawan-wartawan itu masih saja mencecar Clara dan Azka dengan pertanyaan meski mereka sudah berpamitan."Kita
Bima stand by di bandara untuk menjemput Azka. Setelah kesana kemari mencari tiket keberangkatan pesawat di hari yang sama, Azka akhirnya tiba juga di Bandara. Mengenakan sweater hitam serta topi lengkap dengan kacamata, ia berhasil keluar dari bandara tanpa ketahuan siapa-siapa."Makasih ya, Bim," ucap Azka begitu masuk ke dalam mobil. Ia merebahkan kursi, mencari posisi terenaknya.Bima hanya mengangguk."Kita langsung ke rumah Clara ya," lanjut Azka.Sama seperti tadi, Bima hanya mengangguk."Lagi sakit, Bim? Gak ada bunyi dari tadi." Azka merasa Bima tak seperti biasanya."Maaf, Mas," lirih Bima. "Buat apa minta maaf, Bim?""Maaf, Mas. Aku ngasih nomor ponsel Clara sama Ibunya Mas Azka," tukas Bima dengan nada penuh penyesalan."Huft. Ibu dapat nomor Clara dari kamu rupanya, Bim. Pantesan Ibu bisa nelpon Clara.""Maaf banget, Mas. Aku gak ada pilihan lain. Usaha orangtua dan sekolah adikku jadi taruhannya. Kalau Bude sampai marah, Mas Azka pasti tau apa akibatnya," lirih Bima pas
Dengan perasaan yang penuh emosi, Ibu duduk di ruang tamu dan meraih ponselnya. Ia membuka pesan Bima yang telah mengirimkan nomor ponsel Clara."Liat apa yang Ibu lakukan," gerutu Ibu menempelkan ponsel di telinganya setelah menekan gambar gagang telepon di ponselnya. Nomor ponsel yang ia tuju tak langsung terhubung. Namun di percobaan kedua, suara Clara telah ia dengar di ujung telepon."Maaf, dengan siapa saya bicara?" tanya Clara kala tak mendengar suara dari panggilan masuk itu."Halo, selamat pagi," ucap Clara lagi."Rupanya telepon saya waktu itu gak ada pengaruhnya buat kamu ya," ucap Ibu begitu ketus."Maaf ini dengan siapa? Mungkin salah sambung," sahut Clara tak berpikir aneh-aneh."Saya Ibunya Azka. Kamu tahu? Saya Ibunya Azka," ucap Ibu berulang kali penuh penekanan."Oh maaf saya gak tahu, Tante. Tante apa kabar? Sudah keluar dari rumah sakit?" tanya Clara berusaha ramah."Jangan tanya-tanya soal itu! Saya minta kamu jauhi anak saya, karena dia sudah saya jodohkan dengan
Sedang santai di menonton film, Bima dikejutkan dengan panggilan masuk dari Ibunya Azka."Hah, tumben Bude telepon? Bukannya Bude lagi di rumah sakit," gumam Bima. Awalnya ia sedikit ragu untuk mengangkat, tapi ponselnya terus menerus berdering. Berpikir ada hal yang penting, Bima akhirnya menerima panggilan itu."Selamat pagi, Bude," ucap Bima."Pagi, Bim.""Ada apa ya, Bude? Bude sudah keluar dari rumah sakit?" tanya Bima."Bude masih di rumah sakit. Bude mau minta tolong sama kamu," ucap Ibu."Minta tolong apa ya, Bude?" tanya Bima dengan perasaan yang kurang enak. Takut Bude nya itu akan minta tolong yang aneh-aneh."Bude minta nomor ponsel pacarnya Azka. Sekarang kamu kirim sama Bude," ucap Ibu. Dari nada suara yang Bima dengar, ia bisa membayangkan wajah Bude nya itu pasti sedang melotot.'Aduh, ini pasti ada yang gak beres' gumam Bima dalam hati."Bima gak punya nomor ponsel Clara, Bude," sahut Bima berbohong. Padahal pada kenyataannya ia menyimpan nomor ponsel Clara."Gak mung