Beranda / Romansa / BLIND HEART [INDONESIA] / Bab XVII - Menyerahkan Semuanya

Share

Bab XVII - Menyerahkan Semuanya

Penulis: Ayu Tarigan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

              Aku melangkah pelan memasuki ruangan yang terasa dingin dan minim cahaya itu. Kuamati sekeliling ruangan yang penuh dengan berbagai macam kenangan dari perempuan yang mungkin adalah calon istri Tuan Max.

              Wanita itu tampak cantik dengan senyum merekah yang ia pamerkan di setiap poto kebersamaan mereka. Hatiku lagi-lagi merasa tersentil saat pikiran kembali membanding-bandingkan diri.  Oh, Silvana, tentu saja kamu bukan tandingan putrid perdana menteri itu.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (7)
goodnovel comment avatar
Reifan A
tdi pagi gue bru selesai bca DANGEROUS LOVE sumpah bgus banget ceritanya, gak ada pov nya gak rugi ngabisin coin 1000 lebih.
goodnovel comment avatar
Reifan A
sory thor next bab gue bca pke coin gratis aja ya, sumpah gue nyesel uda hbis ratusan coin, sisa 200 lebih mending gue bca janji jiwa aja bgus jg tuh ceritanya, pov nya cma satu gak kya cerita ini full pov.
goodnovel comment avatar
Reifan A
habis coin ini sisa babnya gue bca pke coin gratis aja kan tiap hari dpt tuh. sayang klau gue ketar ketir beli coin kya yg biasa gue lakuin. buat bca TERJERAT CEO bru deh pke coin hsil beli karna selain ceritanya bgus si author nulisnya jg pinter
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • BLIND HEART [INDONESIA]   Bab XVIII - Seperti Tawanan

    Aku mengerjabkan mata perlahan, merasa sedikit pusing di kepala, mungkin akibat terlalu lama menangis, atau karena melewatkan sarapan dan juga makan siang. Kusibak selimut yang menutupi tubuh dan berusaha bangkit seraya melirik jam di atas nakas yang menunjukkan pukul dua siang. Aku tak tahu sudah berapa lama tertidur di kamar besar milik Tuan Max dan mengabaikan panggilannya. Terserah jika kali ini ia akan murka dan memecatku. Aku benar-benar butuh menyendiri untuk menenangkan hatiku.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • BLIND HEART [INDONESIA]   XIX - Insiden

    Aku mematut diri di cermin, malam ini sesuai perintah Tuan Max, aku harus ikut menemaninya ke sebuah pesta yang menurut Naima adalah undangan dari rekan bisnis yang sangat istimewa.Selama ini aku memang mengetahui Tuan Max adalah seorang pengusaha, tapi tak kusangka dia memiliki perusahaan kelas internasional yang memiliki cabang di berbagai negara.Dia mengendalikan semua itu dengan keadaan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • BLIND HEART [INDONESIA]   Bab XX - Pulang

    Aku meringis perih saat lagi-lagi seorang dokter datang dan memeriksa lukaku. Ini sudah yang ke sekian kalinya, dan Tuan Max selalu ikut serta, hadir dalam pemeriksaan yang dilakukan di kamar besarnya ini. "Sudah cukup membaik, hanya saja harus lebih banyak istirahat, jangan melakukan aktifitas terlalu berat."Sang dokter menyusun kembali peralatannya, lalu menatap Tuan Max yang berdiri dalam diam.Aku mendengar pembicaraan mereka, menggunakan bahasa yang tak kumengerti.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • BLIND HEART [INDONESIA]   Bab XXI - Kejanggalan Lagi

    Aku merasakan guncangan kecil di tubuhku, lalu berubah menjadi usapan halus di pipi kiri. Aku menggeliat pelan, mengerjabkan mata dan memindai sekitar, aku tersadar masih berada dalam jet pribadi Tuan Max."Tuan ....""Kita sudah sampai."Aku mengangguk sambil memengerjap perlahan. Setelahnya kami keluar bersama beberapa bodyguard berbaju serba hitam yang mengiringi di belakang kami.Sialnya, pria tua menye

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • BLIND HEART [INDONESIA]   Bab XXII - Nyonya?

    Aku menggeliatkan tubuh yang baru saja tersadar dari tidur nyenyak. Kututup mulut dengan sebelah tangan saat kantuk kembali menyerang dan mengakibatkan mulutku menganga lebar.Jam menunjukkan pukul empat sore, aku harus segera bersiap untuk pergi bekerja, menjadi pelayan bayi besar itu tentunya.Tapi sebelum itu, aku menghela napas dalam. Perasaan sialan ini, kian hari kian membumbung tinggi. Sumpah, aku ingin membenci dan menyumpahi pria tua itu, tapi nyatanya saat berhadapan langsung, hatiku bersorak tak dapat mengendalikan diri.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • BLIND HEART [INDONESIA]   Bab XXIII - Demi Silvana

    Aku berdiri di tengah-tengah kamar super mewah ini dengan berkacak pinggang. Semua barang tersusun rapi, pakaian kotor sudah di cuci, kamar ini bersih tanpa noda debu walau hanya setitik saja. Lalu, apa yang harus kukerjakan di sini?Kuhembuskan napas kesal. Emosiku masih membumbung tinggi. Entah karena masalah yang akhir-akhir ini sering kualami, atau faktor sebentar lagi aku menstruasi.Apa menstruasi?!Ya, ya ... aku harus mendapatkannya bulan ini, sebab kalau tidak, i

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • BLIND HEART [INDONESIA]   Bab XXIV - Lagi dan Lagi

    Aku menggelinjang hebat saat lidah basah dan hangat itu menari-nari di atas kulitku, memberikan sensasi gila yang melambungkan hasrat semakin bergelora. Tak berhenti di sana, jari pria itu ikut merayap dari ujung kaki hingga dada, berhenti di sana dan meremasnya sensual. Wajah Tuan Max tampak memerah, giginya beradu seakan menahan sesuatu yang siap meledak.Pria itu tampak lincah dalam meloloskan diri dari pakaian yang menempel di tubuhnya, seolah ia adalah seorang yang sangat profesional dalam bidang ini.Ya, tentu saja. Tuan Max tak mungkin melewatkan wanita-wanita yang rela mel

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • BLIND HEART [INDONESIA]   Bab XXV - Wanita itu Lagi

    Hari ini aku datang pagi-pagi sekali ke kediaman Tuan Max, meski sebenarnya aku sedang tak enak badan karena kepalaku yang terasa pusing serta pinggang yang terasa kaku. Tapi aku harus tetap datang karena hari ini aku harus mengemasi barang-barang yang akan dibawa pria itu selama pergi ke Jerman.Ya, Tuan Max tak berubah pikiran dan akan tetap menjalani operasinya. Jadwal keberangkatannya adalah nanti siang, tapi yang membuatku sebal adalah kehadiran seorang wanita yang sudah lama ini tak kulihat batang hidungnya. Siapa lagi kalau bukan Serena.Wanita berambut blonde itu menatapku

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • BLIND HEART [INDONESIA]   XLVIII - Akhir Kebahagiaan

    Cinta adalah sesuatu yang tak terduga, dia datang dan pergi tanpa diminta. Menyakiti ataupun mengobati adalah keahliannya. Sama seperti yang kurasakan saat ini. Tak pernah kubayangkan akan jatuh hati pada pria kejam dan pemarah ini yang dulu selalu melecehkanku dengan sengaja. Meski menurutnya itulah cara dia mencari perhatianku.Tuan Max menang karena memang kenyataannya aku benar-benar merasa terusik dengan sikapnya. Ingatanku selalu tertuju padanya meski perasaan jengkel yang dulu selalu ada. Hingga kian hari perasaan itu berkembang menjadi suatu rasa menggembirakan yang menjungkirbalikkan duniaku.Aku menghela napas dan tersenyum setiap ada tamu yang datang untuk sekadar memberi ucapan selamat dan berjabat tangan. Ya, saat ini Tuan Max tengah mengadakan sebuah pesta pernikahan mewah dan megah di Moskow yang menjadi topik perbincangan publik.Banyak pro dan kontra dengan status suami istri yang kini telah kami umumkan, dan menduga aku hanya memanfaatkan hati

  • BLIND HEART [INDONESIA]   Bab XLVII - Sekali Lagi

    Aku tersenyum lebar saat menerima laporan yang kuminta pada Jo. Sebentar lagi Antonius akan tahu seberapa berbahaya musuh yang sedang di hadapinya. Tak perlu menggunakan kekerasan kepada pria tua itu. “Ada yang harus anda tahu, Tuan,” ucap Jo serius. Aku mengangkat alis tanda bertanya. “Kecelakaan yang menimpa anda waktu itu adalah rencana Antonius,”

  • BLIND HEART [INDONESIA]   Bab XLVI - Max POV

    Tuan Max POV Cinta adalah suatu hal yang tabu dalam hidupku. Sejak kecil aku sudah dididik dengan keras oleh kakekku. Ia beralasan bahwa dunia di luar sana begitu kejam sehingga aku harus berlatih sedini mungkin. Awalnya aku sangat terganggu dengan hal itu, waktu bermainku hilang digantikan dengan belajar akademik dan ilmu bela diri. Namun itu se

  • BLIND HEART [INDONESIA]   Bab XLV - Kegelapan

    “Hei, pembantu rendahan.” Suara mendesahnya yang menjijikan itu mengotori gendang telingaku. Apa katanya? Rendahan? Wanita ini sepertinya tidak pernah berkaca pada kelakuannya. Aku menarik sudut bibir menampilkan senyum merendahkan sebelum mengayunkan tangan ke wajah mulus wanita itu. Suara pekikan nyaring serta beberapa orang yang terkesiap kaget tak membuatku berhenti begitu saja. “Dengar ya perempuan murahan yang tak tahu malu memeluk suami orang sembarangan! Kamu tidak lebih tinggi dari apapun. Bukan hanya soal harta dan kecantikan, tapi

  • BLIND HEART [INDONESIA]   Bab XLIV - SATU LAGI KEPERCAYAAN

    Aku memasuki kamar luas di sebuah hotel ternama di ibu kota, entah mengapa Jo malah membawaku ke sini. Tapi yang pasti, saat ini jantungku berdebar tak terkendali. Langkahku terayun pelan, menyusuri ruangan dengan warna abu yang dominan. Semakin jauh berjalan, jantungku semakin berdetak tak karuan. Sebuah ranjang king size terlihat begitu menggiurkan di tengah ruangan. Aku memilih duduk di sana dan memijat pelan kakiku. Jujur saja sebenarnya aku agak lelah saat berjalan di pasar tadi. Mungkin karena kehamilanku yang kini sudah memasuki bulan ke tiga. Ruangan ini sepi sekali, tak ada tanda-tanda bahwa tempat ini dihuni. Berarti kata-kata Jo tadi hanya bualan semata, pria tua itu tak benar-benar pulang. Aku menghempaskan tubuh di atas kasur seraya menghembuskan napas kecewa. Apakah ia belum puas meli

  • BLIND HEART [INDONESIA]   Bab XLIII - Serangan

    Dua hari berlalu sejak Tuan Max berbicara lewat telepon waktu itu, masih belum ada tanda-tanda ia akan kembali, bahkan mengabari juga tidak sama sekali. Ia datang dan pergi sesuka hati, mengatur kehidupanku seenaknya sendiri. Kali ini aku sudah tak mau memusingkan hal itu lagi, aku berusaha mencari kegiatan agar tak terus menerus ingat dengan pria kejam itu. Seperti hari ini, aku pergi ke pasar untuk berbelanja dengan Ibu, meski aku harus membiarkan para bodyguard mengikuti kami dari jarak yang tidak terlalu dekat. Aku sudah menolak, tapi mereka berkeras dan tak mengizinkan kami pergi tanpa penjagaan. Keranjang belanjaan Ibu sudah penuh, kami hanya tinggal membeli daging dan sayur saja. Saat aku sedang memilih sayuran, seseorang menyapa dengan antusias.

  • BLIND HEART [INDONESIA]   Bab XLII - Jangan Pergi

    Ibu meletakkan dua cangkir teh di atas meja untuk kedua tamu kami, lalu beliau ikut duduk di sebelahku yang berhadapan dengan Jerry dan papanya, sementara adikku duduk di sudut ruangan sambil memainkan ponsel, tapi aku tahu ia ikut mendengarkan."Jadi, Jerry apa kabar?" tanyaku lembut, membuatnya yang sejak tadi tertunduk merasa tersentak. Entahlah, daripada orang yang murung karena kehilangan, dia lebih terlihat seperti sedang ketakutan."Ba ... baik, Bu," sahut anak lelaki itu gugup.Aku berdehem pelan, memperhatikan mata anak itu yang tak mau menatap langsung padaku. Gerak tubuhnya juga terlihat sangat tidak nyaman.Aku tak tahu bagaimana cara menghibur anak ini. Dulu dia memang muridku, tapi sudah lama kami tak bertemu dan aku juga sedikit canggung karena papa Jerry terlihat sangat memperhatikanku."Bagaimana sekolahmu, Nak?" Kali ini ibu yang bertanya, mungkin dia menyadari kecanggunganku, untuk itu aku harus berterimakasih pada beliau."Baik

  • BLIND HEART [INDONESIA]   Bab XLI - Kedatangan Jerry

    Satu Minggu berlalu sejak perpisahan kami di bandara waktu itu. Aku kian murung saat tanda-tanda kepulangan Tuan Max tak kunjung menemukan titik terang. Aku rindu dan hanya dirinya yang bisa mengobati.Aku menghela napas panjang dan melangkah menuruni anak tangga. Pagi ini aku berniat ke kampus untuk mengurus syarat wisuda yang sempat terbengkalai karena Tuan Max cukup menyita waktuku."Anda tidak diizinkan keluar sendiri, Nyonya." Miama tergopoh-gopoh dari arah dapur menuju tempatku berdiri yang kini hampir mencapai pintu keluar.Aku menghela napas berat. "Ya, aku tahu. Kalian sudah mengingatkan itu seribu kali. Aku bahkan mematuhinya dengan tak pergi ke mana-mana selama seminggu ini," sahutku.Miama mengangguk pelan. "Anda mau ke mana, Nyonya?" tanyanya sopan."Aku harus mengurus masalah wisudaku, Miama.""Tuan sudah membereskannya untuk anda, bahkan tanggal wisuda anda sudah ditetapkan.""Apa? Jangan bercanda, Miama!" tegurku."Tent

  • BLIND HEART [INDONESIA]   Bab XL - Kegilaan Lydia

    Aku memutar kunci lalu mendorong pintu dengan perlahan, tak dapat kupungkiri jantungku berdetak begitu kencang. Ruangan ini terlihat berdebu meski barang-barang tetap tertata rapi.Langkahku semakin jauh ke dalam, aku mengamati sekitar dan tak menemukan sesuatu yang kucari. Entahlah, apa aku berharap menemukan bukti percintaan mereka di sini?"Tuan Max mengurung Nona Lydia dan pelayan-nya di sini selama seminggu." Miama bersuara di belakangku.Aku

DMCA.com Protection Status