BAB 52 MASUK JEBAKAN LICIKCalvin Alexander benar-benar mau mengantar Talisa mengunjungi makam ibunya. Meski sebelumnya Calvin juga sudah pernah ikut Talisa pulang kampung, tapi Calvin belum pernah benar-benar singgah di rumah Talisa."Di mana rumahmu?""Sebentar lagi sampai."Sudah hampir dua jam Calvin mengendarai mobilnya untuk menembus jalanan kampung yang masih belum rata dan makin lama semakin sepi. Mereka melalui jalanan persawahan, rumah-rumah penduduk juga semakin jarang.Setelah melalui dua perbukitan, akhirnya sampai di sebuah perkampungan kecil yang jumlah penduduknya tidak lebih dari dua ratus KK. Di kampung kecil itulah Talisa lahir dan dibesarkan."Berhenti di depan!" Talisa memberi perintah. "Yang itu rumahku!" Dia juga menunjuk sebuah rumah kecil berwarna paling cerah."Kau tinggal di situ?" Calvin masih keheranan."Ya, tidak semua orang kaya raya dan bisa punya rumah besar." Talisa tidak pernah malu menjadi miskin. "Kau bisa pulang jika khawatir berada di sini."Ca
BAB 53 PERMAINAN RAPICalvin sudah pernah beberapa kali hampir dibunuh mengunakan racun, karena itu dia sangat jeli dengan lingkungan di sekitarnya. Calvin tahu kakak laki-laki Talisa sangat membencinya. Bila tiba-tiba Agung menjadi baik, maka cuma ada dua kemungkinan, jika bukan karena uang, pasti karena niat jahat oleh dengki. Sebenarnya Calvin tidak tahu bila yang dicampurkan Agung ke dalam teh adalah jenis obat tidur. Calvin juga tidak tahu Agung ikut menaruh obat tidur ke dalam cangkir teh milik adiknya sendiri. Tapi Calvin tetap sangat waspada, menurut Calvin baik Talisa dan kakaknya sama-sama unik, mereka bisa sangat tidak terduga. Calvin menukar cangkir milik Agung cuma untuk mengamankan Talisa. Setelahnya Calvin tinggal duduk tenang menunggu reaksi Agung.Agung sama sekali tidak curiga bila cangkirnya sudah ditukar, dia terus meneguk sisa teh sampai habis."Kau bisa tidur di kamarku, aku akan tidur di sofa."Agung benar-benar sebal dengan sikap Calvin Alexander yang angku
BAB 54 CALVIN VS AGUNGSetelah lebih dari sepuluh panggilan, akhirnya Agung menjawab telepon dari Daren yang sudah sangat murka."Kau kemana saja kau? aku sudah menunggumu semalaman!""Maaf aku ketiduran." Dengan entengnya Agung bicara sambil menggaruk kepala.Agung tidak sadar jika dia sendiri yang telah menelan obat tidur dan tidak sadar bila semua percakapan pesannya dengan Daren sudah diketahui oleh Calvin."Calvin Alexander ikut datang bersama Talisa.""Apa?" Daren juga langsung melontarkan umpatan, "Brengsek!""Jangan menelpon dulu, kita bisa ketahuan!" Agung langsung menutup teleponnya lebih dulu."Oh, sialan!" Daren mengumpat lagi karena Agung juga langsung mematikan ponselnya.Pastinya Daren masih terkejut mendengar Calvin mau ikut datang ke pelosok kampung demi seorang wanita. Daren harus segera mencari akal karena dia tahu Calvin tidak akan mungkin mau melepaskan Talisa.*****Karena hujan lebat semalaman, jalanan menuju pemakaman yang masih berupa jalan tanah jadi sangat
BAB 55 KETEGUHAN YANG KERASTalisa akan tetap berpegang teguh pada prinsipnya, dia hanya akan berserah diri dan berbakti pada suami yang mampu bertanggungjawab atas seumur hidupnya. Intinya Talisa tetap menginginkan pernikahan yang benar dan sudah selayaknya Cavin memiliki tanggung jawab bila memang menginginkan kehormatan wanita dengan layak."Ini bukan pernikahan." Talisa meraba dada Calvin untuk menahannya."Karena hanya kakak laki-lakiku yang dapat menikahkanku dengan seseorang pria."Artinya Calvin harus mendapatkan restu dari Agung bila dia menginginkan Talisa. Ucapan Talisa langsung membuat Calvin berhenti. Entah apa yang dipikirkan Calvin saat itu. Talisa hanya tahu dia tidak mungkin bersama pria seperti Calvin Alexander. Calvin cuma membutuhkan hiburan dari tubuh wanita, dia tidak akan bisa mengambil tanggung jawab seperti keinginan Talisa."Tolong berpikirlah, jangan jadikan semua ini semakin rumit!"Talisa tidak mau mendesak Calvin seperti kemauannya. Lebih bijak jika mereka
BAB 56 MENGERIKANDi luar hujan semakin deras, petir menggelegar dengan kilat menyambar seperti lecutan lidah api. Hanya dengan menyaksikan punggung Calvin yang basah kuyup saja Talisa sudah gemetaran. Meski Talisa sendiri yang telah berulang kali meneriaki Calvin dengan nama mantan istrinya yang tercinta, Talisa tetap tidak menyangka Calvin benar-benar akan menggali kembali tulang belulang yang dagingnya sudah membusuk dimakan tanah.Sangat mengerikan, Calvin bukan cuma basah kuyup, dia juga kotor dengan lumpur tanah tapi tetap tidak perduli. Semua Calvin lakukan demi menuruti kemauan Talisa. Calvin juga muak setiap kali Talisa mengungkit nama Tamara.Di tengah hujan lebat, Calvin menyeret bungkusan tulang-belulang busuk itu untuk dia bawa pergi. Talisa bukan cuma seperti sedang diingatkan pada sifat psikopat Calvin, Talisa juga kembali ingat jika Calvin Alexander telah tega menghabisi wanita yang paling dia cintai dengan sangat keji.Talisa terus memperhatikan sampai mobil hitam Ca
BAB 57 MENGEJUTKANTalisa terkejut melihat kakak laki-lakinya sedang duduk di sofa, diapit dua pengawal Calvin yang berbadan tinggi besar. Wajah Agung nampak agak pucat seperti orang yang sedang merinding ketakutan setelah diseret paksa oleh Tomas dan Robin. "Masalah apa yang telah dibuat kakakku?" Talisa langsung cemas."Aku akan menikahimu!""Apa?" Talisa melotot bengong."Kau yang minta untuk kunikahi lagi!" Calvin mengingatkan."Ya, tapi ..." Talisa mendadak bingung.Talisa hanya melihat Agung dan dua orang pengawal, anehnya lagi Agung sama sekali tidak berani berkutik, bersuara pun juga tidak."Tomas dan Robin bisa menjadi saksi!" Calvin juga langsung duduk di depan Agung.Sebenarnya Calvin dan Talisa sudah tidak memerlukan pengesahan hukum, Calvin hanya ingin menuruti kemauan Talisa yang banyak kemauannya."Ayo cepat duduk!" Calvin menepuk sofa di sebelahnya agar Talisa tidak terus berdiri kaku seperti arca batu.Akhirnya Talisa juga ikut duduk di samping Calvin, kemudian menata
BAB 58 DIGALISepandai-pandainya menyembunyikan rahasia kejahatan, pasti akan tetap ada celah untuk terkuak. Setelah menerima rekaman suara pertengkaran Calvin Alexander dan Tamara Caroline dari nomor tidak dikenal, pihak kepolisian langsung melakukan penyidikan lanjutan. Begitu mendapatkan bukti keaslian rekaman suara tersebut, pihak kepolisian juga langsung menurunkan surat penggeledahan atas semua properti milik Calvin Alexander bersama istri barunya. Petugas kepolisian datang bersama anjing pelacak untuk memeriksa seluruh area rumah Calvin.Dari jendela kamarnya di lantai tiga, Talisa melihat dua ekor anjing berbulu hitam mengendus di pekarangan rumah, termasuk halaman belakang. Salah satu anjing yang ekornya berwarna coklat terus mengitari tanah galian yang belum sempat Calvin timbun kembali. Jantung Talisa terus dibuat berdebar-debar sampai telapak tangannya ikut dingin gemetar, Talisa sangat takut. Karena bila pihak kepolisian sampai menemukan barang bukti, Calvin benar-benar b
BAB 59 PERTARUNGAN PANASTalisa masih dalam kondisi tertidur ketika tersengal karena batang keras yang ditusukkan Calvin ke pangkal pahanya."Calvin ...!"Talisa ingin menggeliat untuk menghindar, tapi pinggulnya segera Calvin tahan agar tidak berkelit sementara terus dia gali dalam-dalam.Calvin sangat panas, pemarah keji, dan gila pada tubuh Talisa."Oh Calvin ... oh ... oh ... ooohhh!"Talisa merintih, tersengal kebingungan karena dia juga masih dalam pengaruh obat penenang yang Calvin tambahkan ke dalam gelas susu. Calvin terus bermain panas, menikam dan mengungkit pinggul wanitanya dari berbagai posisi nikmat."Ah ...." Talisa menggeliat terpelintir dan berdenyut-denyut dalam otak gelap."Ayo sayang ....!"Calvin merunduk, mengigit puting kemerahan Talisa yang mengeras kejang dalam cahaya temaram. Sebentar puncak kecil itu Calvin gigit, dia hisap, dan dia kelilingi dengan ujung lidah bergetar.Calvin memang terkutuk, dia tega menyiksa Talisa hanya utuk dia nikmati suara rintih
BAB 93 KETENANGANEva yakin Calvin tahu keberadaan ibunya, pria itu memiiki kuasa, tidak sulit bagi seorang Calvin Alexander untuk mendapatkan informasi apapun."Di mana ibuku?" Meski permintaan Eva masih mengejutkan, tapi Calvin tetap berusaha menjawab dengan sikap tenang."Dia sudah tidak ada." Calvin bicara jujur. "Aku sangat menyesal karena datang terlambat untuknya."Calvin hanya tidak bercerita jika dia juga terlambat percaya pada Lorna. Seandainya Calvin percaya dan mau menolong Lorna, mungkin sekarang ibu mereka masih hidup. Pastinya Eva masih syok mendengar Lorna sudah meninggal tapi sepertinya Eva juga wanita muda yang cukup tangguh. "Bagaimana ibuku meninggal?" Eva balas mentap Calvin dengan jantung berdebar. "Dia sempat bercerita jika memiliki hutang yang cukup besar."Eva terlihat memejamkan mata sejenak, seperti sedang berusaha menenangkan diri."Sepertinya aku tahu pelakunya!" Eva sudah kemabali menatap Calvin. "Aku tahu mereka bekerja untuk siapa!"Sebelum Lorna hi
BAB 92 KEBEBASAN TALISASetelah sekian lama hidup dalam ketakutan, akhirnya Talisa bisa mendapatkan kebebasan untuk bernapas lega tanpa rasa cemas. Talisa dapat bermain bebas dengan putranya tanpa harus takut dengan ancaman dari musuh-musuh Calvin. Kebahagian terbesar Talisa dan Calvin adalah melihat Evan bisa bermain dengan anak-anak seusianya. Putra mereka harus tumbuh dengan sehat di lingkungan yang normal. Calvin tidak mau Evan memiliki masa kecil suran seperti dirinya. "Kalian mau pergi kemana?" Talisa terkejut melihat Calvin dan Evan sudah siap dengan baju sewarna, kaos biru dengan celana pendek hitam dan sepatu senada."Oah!" jawab Evan dengan lidah cadel karena belum bisa menyebut nama 'Noah' dengan benar."Aku akan membawa anak-anak bermain." Kali ini Calvin yang menjelaskan. "Kami akan menjemput Noah dulu.""Kalian tidak mengajakku?" Talisa bertanya sambil menunjuk dirinya sendiri."Ingat saran dokter, kau masih harus istirahat." Calvin mengecup kening Talisa kemudian me
BAB 91 PENGEJARAN CALVINBegitu melihat Talisa sudah tidak ada di tempat tidurnya Calvin langsung berteriak pada Robin untuk memeriksa kamera CCTV. Dari rekaman kamera di sepanjang lorong rumah sakit, Talisa terlihat berlari panik kemudian masuk ke salah satu ruangan dokter untuk mencuri jas putih guna membungkus pakaian pasien yang saat itu dia pakai dengan compang camping."Istri Anda kabur melalui UGD langsung kejalan raya." Robin menemukan rekaman terakhir saat Talisa menghilang di halaman gelap.Setelah ikut menyimak semua tangkapan kamera, Calvin yakin jika Talisa pilih kabur seorang diri karena mendapat tekanan."Periksa kamar istriku!"Calvin kembali memberi perintah pada Tomas. Setelah menggeledah semua laci meja dan membongkar ranjang. Tomas menemukan lipatan amplop kertas yang terselip di bawah kasur."Ini foto putra Anda, Tuan." Tomas menunjukkan foto Evan bersama Daren."Iblis terkutuk!" Calvin juga membaca pesan yang ditulis oleh Daren di balik foto.Calvin segera menga
BAB 90 KETAKUTAN TALISATalisa benar-benar pergi tanpa sepengetahuan Calvin, dia hanya memiliki waktu dua kali dua puluh empat jam untuk menyelamatkan nyawa putra mereka. Sampai Talisa duduk di dalam kursi pesawat, dia masih belum tahu akan pergi ke mana. Talisa sudah pasrah dia hanya terus mengikuti semua instruksi dari Daren.Talisa mendarat beberapa kali di ibukota negara Eropa. Talisa selalu disambut seorang pria di pintu kedatangan dengan papan namanya. Talisa akan diberi tiket penerbangan selanjutnya, beserta pasport baru dan seperti itu seterusnya untuk menghilangkan jejak. Daren benar-benar sudah sangat hati-hati, cerdik dan penuh perhitungan agar perjalanan Talisa tidak terlacak oleh Calvin.Terakhir Talisa mendarat di sebuah bandara kecil di Iceland, dia sudah di tunggu oleh supir yang akan mengantarnya. Saat itu Talisa mulai berpikir mungkin dirinya memang tidak akan pernah bisa kembali pada Calvin. Harapan Talisa hanya untuk memeluk Evan dan Talisa rela mati menukar nyawa
BAB 89 HARUS BURU-BURUSebenarnya Calvin nyaris berpapasan dengan Daren ketika dia baru keluar dari kamar Talisa. Daren buru-buru bersembunyi dan terus mengamati sampai benar-benar yakin Calvin telah pergi. Sudah dua Hari Daren mencari tahu di mana Talisa sedang dirawat setelah dia jatuh histeris di toilet.Ternyata pintu kamar Talisa terus di jaga oleh Tomas sepanjang waktu. Mustahil Daren bisa masuk menyelinap mengelabui Tomas, pasti Tomas akan langsung mengenali Daren.Tapi ternyata Daren tidak kehabisan akal karena dia juga telah mengawasi setiap dokter serta perawat yang bertugas di kamar Talisa. Setelah yakin Calvin sudah pergi, Daren buru-buru menghampiri perawat yang bertugas untuk mengantar sarapan ke kamar Talisa."Mr. Alexander!" Perawat wanita itu mengira Daren sebagai Calvin."Berikan ini pada istriku." Daren mengulurkan lipatan amplop kertas berisi foto beserta dua kalimat dengan tulisan tangan di baliknya.[Apa kau ingin bertemu putramu?][Ikuti semua instruksi ku dan
BAB 88 TALISA INGIN BETEMU EVANCalvin langsung pergi mendatangi Eva. Setelah sekian minggu tidak berkunjung, pastinya Eva tersenyum bahagia melihat kedatangan Calvin Alexander ke tempat tinggalnya di akhir pekan."I miss You." Eva menghampiri Calvin yang baru masuk dari ambang pintu untuk dia peluk mesra."Duduk!"Perintah tegas dari bibir Calvin membuat Eva terkejut karena biasanya Daren memang tidak pernah menolak sambutan Eva."Aku memberimu perintah untuk duduk!" Calvin mengulang perintahnya dengan lebih tegas karena melihat Eva masih berdiri kaku belum bergerak.Dengan dada terus berdebar Eva melangkah mundur pelan-pelan untuk duduk di sofa. Eva benar-benar duduk dengan patuh tanpa berani bergerak karena tatapan Calvin membuatnya takut. Untuk sekedar menarik napas pun sepertinya Eva memang harus hati-hati karena Calvin sedang dalam mode siap meledak, Daren sudah sangat lancang berani menyentuh putranya.Calvin melempar foto pasport Daren ke atas meja di hadapan Eva."Perhatika
BAB 87 GARA-GARA EVANSatu Minggu berlalu tapi Daren sama sekali belum muncul. Calvin memang telah membaca semua rencana Daren, sampai sebuah kejutan tak terduga ketika Daren bertemu putranya dan setelah itu rencananya mendadak berubah. Kali ini Daren sedang fokus untuk mendapatkan putra Calvin."Evan ingin bermain dengan Noah." Talisa memberitahu Calvin. "Dia terus merengek sejak kemarin.""Nanti akan aku antar." Saat itu Calvin masih terlihat sibuk di ruang kerjanya meskipun hari libur."Aku bisa menemaninya bersama Tomas atau Robin." Talisa ingin pergi sendiri tidak ingin menganggu kesibukan Calvin."Tidak, biar aku antar!" Calvin tetap bersikeras ingin pergi sendiri untuk menemani putranya. "Tunggu dua puluh menit lagi.""Oke, aku ambil Evan dulu!""Jangan gendong putramu!" Calvin mengingatkan Talisa yang sudah berjalan keluar pintu.Calvin memang benar-benar sangat disiplin dalam menjaga kehamilan istrinya. Apa lagi dalam kehamilan keduanya ini Talisa terus mual dan muntah sampai
BAB 86 EVA YANG MENJENGKELKANSebenarnya Talisa juga masih kesal dengan kesombongan Eva, tapi begitu mengetahu Eva adalah adik perempuan Calvin, musthail jika Talisa bersikerss ingin marah atau cemburu. Seperti Talisa memang harus menelan kekesalannya sendiri karena rasanya dia juga belum bisa jika harus menempatkan dirinya sebagai kakak perempuan."Kenapa kau tidak memberitahu Eva mengenai yang sebenarnya?" Talisa bertanya pada Calvin yang baru kembali dari bertemu Eva."Aku belum bisa menebak Eva bakal lebih loyal pada siapa." Calvin tetap harus sangat berhati-hati, apa lagi Daren dan Eva sudah berulang kali tidur bersama. Calvin masih belum lupa dengan pengkhianatan Tamara setelah dia juga ditiduri oleh Daren dengan sangat licik."Lalu apa rencanamu?""Eva akan pindah ke rumah yang telah aku sediakan dengan sekuriti dan supir."Kali ini Calvin akan menggunakan Eva sebagai umpan untuk menarik Daren masuk kedalam perangkap mematikan."Bagaiaman kau yakin Daren tidak akan curiga?"
BAB 85"Apa Adik Evan juga sering bermain di sini?""Ya kami bermain saat papa libur!""Apa Adik Evan sudah berulang tahun?" Daren terus coba mencari informasi dari kepolosan Noah."Ya, Evan mendapat hadiah mobil kecil yang dapat kami naiki berdua."Artinya anak Calvin dan Talisa sudah berumur satu tahun lebih. Daren terus dibuat terkejut karena keberhasilan Calvin menyimpan rahasia mengenai putranya dari semua orang."Apa kau juga mau hadiah mobil kecil?" Daren kembali bertanya pada Noah."Aku mau mobil tank!""Nanti akan ku belikan mobil tank, tapi jangan pernah bercerita pada siapapun jika kita pernah bertemu!"Noah langsung mengangguk dengan bersemangat."Anak pintar!" Daren mencium puncak kepala Noah kemudian buru-buru pergi.Begitu kembali keluar dari pintu gerbang Daren langsung menelpon Katrina."Calvin dan Talisa telah memiliki anak laki-laki berumur satu tahun!""Mustahil!" Katrina terkejut."Kita semua sudah tertipu, kau tidak akan pernah bisa menyingkirkan Talisa!" Daren m