BAB 44 SIFAT KERAS CALVINKatrina sedang memegang rahasia yang pastinya sangat penting, tapi tetap Calvin yang paling mengendalikan. Martin memperhatikan Katrina yang sedang menyisir rambut di depan cermin. Diam-diam Martin masih penasaran dengan kesepakatan antara Calvin dengan Katrina."Imbalan apa yang ditawarkan Calvin padamu?"Walaupun Calvin tidak mungkin ingkar tapi Martin tetap tidak mau rugi, Katrina juga sangat paham dengan sifat suaminya."Yang pasti Calvin tidak akan membiarkan kita miskin!""Kau tetap harus memastikan!" Martin mulai mempengaruhi Katrina. "Aku yakin kau juga memiliki peran yang sangat penting dalam semua rencana Calvin, kau bisa minta apapun!"Ucapan Martin memang benar, Katrina sedang ikut memegang rahasia penting. Tuan Harlan dan putranya tidak boleh sampai tahu jika sebenarnya Calvin telah memegang bukti dari kejahatan mereka semua."Apa kau pikir Calvin akan menghiraukan pendapatku?" Katrina juga sangat mengenal perangai keponakannya yang paling keras
BAB 45 TINGGAL DI DESADada Katrina terus berdebar menunggu balasan pesan dari Calvin mengenai permintaannya atas sepuluh persen saham perusahaan. Katrina tidak akan bisa tenang dengan berbagai pikiran karena Calvin sama sekali belum memberi balasan. Katrina sama sekali tidak curiga jika Martin sudah sangat lancang mensabotase pesannya."Calvin belum juga membalas." Katrina memberitahu Martin. "Aku hawatir kita telah bertindak gegabah.""Kau berhak mendapat imbalan yang layak!" Martin terus mendorong Katrina. "Belajarlah dari pengalaman. Lihat apa yang kau dapat selama membantu kakak laki-lakimu yang pendusta!" Martin juga terus mengingatkan kerja sama Katrina dan Tuan Harlan. "Kau hanya dimanfaatkan untuk kepentinganya! kau hanya diberi janji manis yang tidak pernah terwujud sementara dia sendiri menumpuk banyak harta!"Semua yang di ucapkan Martin memang benar. Mereka sudah banyak dimanfaatkan tapi tetap bisa jatuh miskin sewaktu-waktu."Kau berhak mendapat sepuluh persen dari saha
BAB 46 PERTARUNGAN DALAM GELAPSetelah mendapat informasi keberadaan Calvin di sebuah bandara lokal, Daren langsung bisa menebak kemana tujuan Calvin. Sejak Calvin remaja, dia sering kabur ke kampung halaman kakek mereka untuk menyendiri. Calvin sangat tertutup, tidak suka diusik dan keras kepala. Daren memang sering mengawasi Calvin karena dia selalu iri pada Calvin yang paling di istimewakan oleh neneknya.Kali ini Daren benar-benar langsung pergi sendiri untuk mengejar Calvin. Daren muak atas perlakuan tidak adil yang selama ini dia dapatkan, padahal dia yang jauh lebih berhak dari pada Calvin. Daren juga masih sangat yakin jika kematian ibunya adalah bagian dari rencana licik Calvin."Kau harus lebih dulu merasakan sakitnya kehilangan!" Daren mendesiskan sumpahnya sambil mengisi penuh peluru dalam senjata apinya.Talisa terlihat sedang berdiri di jendela dapur, Daren mengawasi wanita itu dari lensa teropong jarak jauh, terus mengikuti gerak geriknya dan sekarang dia tinggal menun
BAB 47 RAHASIA TERSEMBUNYI"Apa Calvin sudah membalas pesanmu?" Martin pura-pura bertanya pada Katrina."Sepertinya nomor Calvin tidak pernah aktif lagi." Katrina mengambil cangkir kopi yang baru dibawakan oleh Martin."Aku benar-benar curiga ada sesuatu yang selama ini dirahasiakan oleh kedua orang tuamu." Martin mengingatkan Katrina mengenai perlakuan berbeda yang dia dapatkan."Tidak ada gunanya kau membahas orang tuaku yang sudah terkubur tanah!""Artinya kau tetap harus memastikan semua hakmu secara legal untuk berjaga-jaga dari segala kemungkinan!" Martin benar-benar tidak mau rugi.*******Talisa baru terbangun, semua peralatan listrik di dalam rumah belum ada yang berfungsi. Talisa menggeliat sambil mengulurkan tangannya untuk meraih ponsel."Calvin baterai ponselku habis.""Akan ku hubungi Paman Sam agar datang memeriksa listrik."Calvin segera turun dari atas ranjang, meraih celana untuk dia pakai dengan cepat kemudian berjalan ke teras balkon untuk menelpon sambil membuka
BAB 48 SAMUEL HAWKINCalvin harus bergegas pergi mengambil bahan bakar di rumah Samuel Hawkin sebelum hari kembali gelap. "Kau ikut!" Calvin membawa Talisa."Kau bilang rumahnya dekat.""Ya kita akan melalui jembatan, pemandangannya indah kau akan suka."Hari sudah sore tapi mereka masih punya cukup waktu. Calvin membawa mobilnya yang sudah ada di depan garasi. Untuk sampai ke rumah Paman Sam, Calvin harus mengambil jalam memutar dan melalui jembatan."Aku belum pernah melihat yang seperti ini."Talisa terus di buat takjub oleh pemandangan sungai bebatuannya yang bergemericik jernih. Pepohonan di sekitarnya juga cukup lebat tapi semak bungan di bawahnya sedang serempak berhubungan biru cantik. "Serbuk bungan di kepala putiknya akan nampak seperti menyala di malam hari." Calvin memberitahu.Talisa membayangkan hutan gelap dengan rerumputan semak berpendar seperti karpet ajaib kebiruan, pasti sangat menakjubkan."Apa kau sering keluar malam?""Dulu ayahku pernah mengajakku keluar ten
BAB 49 ANAK ADOPSISatu minggu setelah Camila menikah dengan Harlan, dia tidak sengaja mendengar perdebatan antara Nyonya Maria dengan putra pertamanya. Alexander Barack yang ingin hidup besas dan anti pernikahan, menolak permintaan ibunya untuk menikah. Tapi Nyonya Maria terus mendesak putra tertuanya itu agar segera menikah dan memberinya cucu laki-laki."Harlan sudah menikah, sebentar lagi dia akan memberi Ibu cucu." "Itu tidak sama, aku ingin cucu darimu!" Nyonya Maria tetap bersikeras. "Aku ingin keturunan dari darah dagingku!"Ucapan Nyonya Maria seketika membuat Camila membeku di balik daun pintu. Camila baru sadar jika dia telah menikah dengan anak adopsi. Sejak melahirkan putra pertamanya, kandungan Nyonya Maria sudah mulai bermasalah. Nyonya Maria dinyatakan tidak akan bisa hamil lagi. Awalnya Nyonya Maria masih berusaha keras untuk bisa kembali hamil sampai beberapa tahun kemudian kondisinya justru semakin memburuk dan akhirnya rahim Nyonya Maria terpaksa harus diangka
BAB 50 MENDEBARKANTalisa mengambil gulungan handuk sambil meraih botol sabun aroma terapi dari atas rak. Talisa baru berniat melepas kancing baju ketika tiba-tiba mendengar sura daun pintu yang berderit terbuka dan tertutup lagi dengan suara 'klik!'. Talisa langsung berhenti, tapi otaknya sigap waspada karena tidak mungkin Calvin sudah kembali. Setelah mengaktifkan pendengarannya baik-baik, Talisa tidak mendengar apa-apa. Tapi Talisa tetap keluar dari kamar untuk memastikan. Otak Talisa benar-benar jadi paranoid sejak dia tahu jika Samuel Hawkin adalah ayah dari Tuan Harlan. Talisa akan tetap curiga pada pria tua itu meskipun Calvin tidak mau mendengarkan peringatannya. Baru saja Talisa melangkah keluar dari pintu kamar untuk mengintip ke lantai bawah dan matanya langsung melotot."Oh, brengsek! apa yang dia lakukan di sini?" Talisa melihat Daren sudah berada di lantai bawah.Jantung Talisa berdebar-debar kencang, dia panik. Daren datang ketika Talisa sedang ditinggal sendirian, seo
BAB 51 DARAHCalvin menemukan mobil Samuel Hawkin sudah terperosok ke sisi tepi sungai, meski arus sungainya tidak deras dan cukup dangkal, tapi posisi mobil tua itu agak terjepit di antara dua pohon besar. Sepertinya Samuel Hawkins kehilangan kendali mobilnya ketika dia baru keluar dari jembatan karena kondisi jalan yang menikung agak miring.Calvin buru-buru keluar dari dalam mobilnya untuk turun ke sungai. Kondisinya agak licin, Calvin harus berhati-hati agar tidak terpeleset."Paman?" Calvin memanggil dengan harapan pria tua itu akan segera menjawab."Paman Sam!" Calvin memanggil lagi tapi tetap tidak ada jawaban. "Paman Sam!"Calvin mulai khawatir jika Samuel Hakin sudah pingsan. Kaki Calvin langsung merosot turun agar lebih cepat, dia juga langsung mencongkel pintu samping kemudi yang terjepit."Tidak mungkin!" Calvin terkejut karena melihat mobil itu sudah kosong.Calvin segera melihat ke sekeliling dan baru sadar jika pintu samping yang lain sudah terbuka. Jika kaki Paman Sam
BAB 93 KETENANGANEva yakin Calvin tahu keberadaan ibunya, pria itu memiiki kuasa, tidak sulit bagi seorang Calvin Alexander untuk mendapatkan informasi apapun."Di mana ibuku?" Meski permintaan Eva masih mengejutkan, tapi Calvin tetap berusaha menjawab dengan sikap tenang."Dia sudah tidak ada." Calvin bicara jujur. "Aku sangat menyesal karena datang terlambat untuknya."Calvin hanya tidak bercerita jika dia juga terlambat percaya pada Lorna. Seandainya Calvin percaya dan mau menolong Lorna, mungkin sekarang ibu mereka masih hidup. Pastinya Eva masih syok mendengar Lorna sudah meninggal tapi sepertinya Eva juga wanita muda yang cukup tangguh. "Bagaimana ibuku meninggal?" Eva balas mentap Calvin dengan jantung berdebar. "Dia sempat bercerita jika memiliki hutang yang cukup besar."Eva terlihat memejamkan mata sejenak, seperti sedang berusaha menenangkan diri."Sepertinya aku tahu pelakunya!" Eva sudah kemabali menatap Calvin. "Aku tahu mereka bekerja untuk siapa!"Sebelum Lorna hi
BAB 92 KEBEBASAN TALISASetelah sekian lama hidup dalam ketakutan, akhirnya Talisa bisa mendapatkan kebebasan untuk bernapas lega tanpa rasa cemas. Talisa dapat bermain bebas dengan putranya tanpa harus takut dengan ancaman dari musuh-musuh Calvin. Kebahagian terbesar Talisa dan Calvin adalah melihat Evan bisa bermain dengan anak-anak seusianya. Putra mereka harus tumbuh dengan sehat di lingkungan yang normal. Calvin tidak mau Evan memiliki masa kecil suran seperti dirinya. "Kalian mau pergi kemana?" Talisa terkejut melihat Calvin dan Evan sudah siap dengan baju sewarna, kaos biru dengan celana pendek hitam dan sepatu senada."Oah!" jawab Evan dengan lidah cadel karena belum bisa menyebut nama 'Noah' dengan benar."Aku akan membawa anak-anak bermain." Kali ini Calvin yang menjelaskan. "Kami akan menjemput Noah dulu.""Kalian tidak mengajakku?" Talisa bertanya sambil menunjuk dirinya sendiri."Ingat saran dokter, kau masih harus istirahat." Calvin mengecup kening Talisa kemudian me
BAB 91 PENGEJARAN CALVINBegitu melihat Talisa sudah tidak ada di tempat tidurnya Calvin langsung berteriak pada Robin untuk memeriksa kamera CCTV. Dari rekaman kamera di sepanjang lorong rumah sakit, Talisa terlihat berlari panik kemudian masuk ke salah satu ruangan dokter untuk mencuri jas putih guna membungkus pakaian pasien yang saat itu dia pakai dengan compang camping."Istri Anda kabur melalui UGD langsung kejalan raya." Robin menemukan rekaman terakhir saat Talisa menghilang di halaman gelap.Setelah ikut menyimak semua tangkapan kamera, Calvin yakin jika Talisa pilih kabur seorang diri karena mendapat tekanan."Periksa kamar istriku!"Calvin kembali memberi perintah pada Tomas. Setelah menggeledah semua laci meja dan membongkar ranjang. Tomas menemukan lipatan amplop kertas yang terselip di bawah kasur."Ini foto putra Anda, Tuan." Tomas menunjukkan foto Evan bersama Daren."Iblis terkutuk!" Calvin juga membaca pesan yang ditulis oleh Daren di balik foto.Calvin segera menga
BAB 90 KETAKUTAN TALISATalisa benar-benar pergi tanpa sepengetahuan Calvin, dia hanya memiliki waktu dua kali dua puluh empat jam untuk menyelamatkan nyawa putra mereka. Sampai Talisa duduk di dalam kursi pesawat, dia masih belum tahu akan pergi ke mana. Talisa sudah pasrah dia hanya terus mengikuti semua instruksi dari Daren.Talisa mendarat beberapa kali di ibukota negara Eropa. Talisa selalu disambut seorang pria di pintu kedatangan dengan papan namanya. Talisa akan diberi tiket penerbangan selanjutnya, beserta pasport baru dan seperti itu seterusnya untuk menghilangkan jejak. Daren benar-benar sudah sangat hati-hati, cerdik dan penuh perhitungan agar perjalanan Talisa tidak terlacak oleh Calvin.Terakhir Talisa mendarat di sebuah bandara kecil di Iceland, dia sudah di tunggu oleh supir yang akan mengantarnya. Saat itu Talisa mulai berpikir mungkin dirinya memang tidak akan pernah bisa kembali pada Calvin. Harapan Talisa hanya untuk memeluk Evan dan Talisa rela mati menukar nyawa
BAB 89 HARUS BURU-BURUSebenarnya Calvin nyaris berpapasan dengan Daren ketika dia baru keluar dari kamar Talisa. Daren buru-buru bersembunyi dan terus mengamati sampai benar-benar yakin Calvin telah pergi. Sudah dua Hari Daren mencari tahu di mana Talisa sedang dirawat setelah dia jatuh histeris di toilet.Ternyata pintu kamar Talisa terus di jaga oleh Tomas sepanjang waktu. Mustahil Daren bisa masuk menyelinap mengelabui Tomas, pasti Tomas akan langsung mengenali Daren.Tapi ternyata Daren tidak kehabisan akal karena dia juga telah mengawasi setiap dokter serta perawat yang bertugas di kamar Talisa. Setelah yakin Calvin sudah pergi, Daren buru-buru menghampiri perawat yang bertugas untuk mengantar sarapan ke kamar Talisa."Mr. Alexander!" Perawat wanita itu mengira Daren sebagai Calvin."Berikan ini pada istriku." Daren mengulurkan lipatan amplop kertas berisi foto beserta dua kalimat dengan tulisan tangan di baliknya.[Apa kau ingin bertemu putramu?][Ikuti semua instruksi ku dan
BAB 88 TALISA INGIN BETEMU EVANCalvin langsung pergi mendatangi Eva. Setelah sekian minggu tidak berkunjung, pastinya Eva tersenyum bahagia melihat kedatangan Calvin Alexander ke tempat tinggalnya di akhir pekan."I miss You." Eva menghampiri Calvin yang baru masuk dari ambang pintu untuk dia peluk mesra."Duduk!"Perintah tegas dari bibir Calvin membuat Eva terkejut karena biasanya Daren memang tidak pernah menolak sambutan Eva."Aku memberimu perintah untuk duduk!" Calvin mengulang perintahnya dengan lebih tegas karena melihat Eva masih berdiri kaku belum bergerak.Dengan dada terus berdebar Eva melangkah mundur pelan-pelan untuk duduk di sofa. Eva benar-benar duduk dengan patuh tanpa berani bergerak karena tatapan Calvin membuatnya takut. Untuk sekedar menarik napas pun sepertinya Eva memang harus hati-hati karena Calvin sedang dalam mode siap meledak, Daren sudah sangat lancang berani menyentuh putranya.Calvin melempar foto pasport Daren ke atas meja di hadapan Eva."Perhatika
BAB 87 GARA-GARA EVANSatu Minggu berlalu tapi Daren sama sekali belum muncul. Calvin memang telah membaca semua rencana Daren, sampai sebuah kejutan tak terduga ketika Daren bertemu putranya dan setelah itu rencananya mendadak berubah. Kali ini Daren sedang fokus untuk mendapatkan putra Calvin."Evan ingin bermain dengan Noah." Talisa memberitahu Calvin. "Dia terus merengek sejak kemarin.""Nanti akan aku antar." Saat itu Calvin masih terlihat sibuk di ruang kerjanya meskipun hari libur."Aku bisa menemaninya bersama Tomas atau Robin." Talisa ingin pergi sendiri tidak ingin menganggu kesibukan Calvin."Tidak, biar aku antar!" Calvin tetap bersikeras ingin pergi sendiri untuk menemani putranya. "Tunggu dua puluh menit lagi.""Oke, aku ambil Evan dulu!""Jangan gendong putramu!" Calvin mengingatkan Talisa yang sudah berjalan keluar pintu.Calvin memang benar-benar sangat disiplin dalam menjaga kehamilan istrinya. Apa lagi dalam kehamilan keduanya ini Talisa terus mual dan muntah sampai
BAB 86 EVA YANG MENJENGKELKANSebenarnya Talisa juga masih kesal dengan kesombongan Eva, tapi begitu mengetahu Eva adalah adik perempuan Calvin, musthail jika Talisa bersikerss ingin marah atau cemburu. Seperti Talisa memang harus menelan kekesalannya sendiri karena rasanya dia juga belum bisa jika harus menempatkan dirinya sebagai kakak perempuan."Kenapa kau tidak memberitahu Eva mengenai yang sebenarnya?" Talisa bertanya pada Calvin yang baru kembali dari bertemu Eva."Aku belum bisa menebak Eva bakal lebih loyal pada siapa." Calvin tetap harus sangat berhati-hati, apa lagi Daren dan Eva sudah berulang kali tidur bersama. Calvin masih belum lupa dengan pengkhianatan Tamara setelah dia juga ditiduri oleh Daren dengan sangat licik."Lalu apa rencanamu?""Eva akan pindah ke rumah yang telah aku sediakan dengan sekuriti dan supir."Kali ini Calvin akan menggunakan Eva sebagai umpan untuk menarik Daren masuk kedalam perangkap mematikan."Bagaiaman kau yakin Daren tidak akan curiga?"
BAB 85"Apa Adik Evan juga sering bermain di sini?""Ya kami bermain saat papa libur!""Apa Adik Evan sudah berulang tahun?" Daren terus coba mencari informasi dari kepolosan Noah."Ya, Evan mendapat hadiah mobil kecil yang dapat kami naiki berdua."Artinya anak Calvin dan Talisa sudah berumur satu tahun lebih. Daren terus dibuat terkejut karena keberhasilan Calvin menyimpan rahasia mengenai putranya dari semua orang."Apa kau juga mau hadiah mobil kecil?" Daren kembali bertanya pada Noah."Aku mau mobil tank!""Nanti akan ku belikan mobil tank, tapi jangan pernah bercerita pada siapapun jika kita pernah bertemu!"Noah langsung mengangguk dengan bersemangat."Anak pintar!" Daren mencium puncak kepala Noah kemudian buru-buru pergi.Begitu kembali keluar dari pintu gerbang Daren langsung menelpon Katrina."Calvin dan Talisa telah memiliki anak laki-laki berumur satu tahun!""Mustahil!" Katrina terkejut."Kita semua sudah tertipu, kau tidak akan pernah bisa menyingkirkan Talisa!" Daren m