BAB 17 MENYEBALKANSelama bibir Calvin masih menempel di bibirnya, Talisa sengaja mengerjabkan mata lebar-lebar. Talisa tidak mau memejamkan mata, karena dia tidak mau pingsan. Talisa harus tetap ingat baik-baik bila ciuman Calvin cuma sandiwara. Sandiwara yang telah membuat bibir Talisa basah dengan jejak lumatan. Tengkuk Talisa terus merinding, kakinya seperti mengambang ringan tidak menyentuh lantai. Calvin juga sedang menatap mata Talisa yang sangat berani. Umumnya wanita akan pilih memejamkan mata untuk menghadapi ciuman panjang, bukan malah menantang dengan mata terang benderang. Seolah ciuman Calvin memang tidak mempengaruhi Talisa sama sekali. Bagi laki-laki hal seperti itu menyebalkan.Setelah melihat Calvin mencium penggantinya, Daren bukan hanya langsung berhenti bertepuk tangan, dia juga langsung berpaling pergi meninggalkan pesta. Pemuda itu berjalan terburu-buru sambil menguraikan dasi di lehernya untuk mengurangi pengap menyebalkan.Sementara itu, di tengah pesta yang
BAB 18 TUJUAN CALVINCalvin mulai terlihat sinting jika sudah memaksakan kemauannya. Talisa tidak berani menolak karena dia akan tetap dipaksa dan sedang tidak bisa kabur. Calvin Alexander memiliki kekuasaan, dia juga telah menanam chips pelacak di tubuh Talisa.Siang itu juga Talisa dibawa pulang ke rumah Calvin yang berada di pinggiran kota. Rumah tersebut merupakan sebuah komplek bangunan mansion yang sangat luas. Ada beberapa bangunan utama ber fasad terpisah mengelilingi kolam renang raksasa dengan warna biru terang. "Berapa lama lagi kita harus tinggal di sini?"Sebenarnya Calvin tidak suka Talisa terlalu rewel untuk pulang."Sampai minggu depan!" Calvin tetap menjawab sebelum Talisa kembali membuat alasan tentang ibunya yang tidak terurus."Boleh aku pilih kamarku sendiri?"Talisa Pikir banyak kamar di rumah itu yang dapat dia pilih, dia tidak pernah berpikir Jika Calvin sudah berulang kali tersinggung karena pertanyaan macam itu. Sebagai laki-laki tentu Calvin merasa diremeh
BAB 19 GELAPTalisa sedang tertidur nyenyak di kamarnya yang bercahaya redup, tiba-tiba wajahnya mulai gelisah, terusik oleh rasa tidak nyaman. Perlahan kelopak matanya mulai terbuka lemah dalam ruangan yang masih setengah gelap. Talisa mulai sadar dengan rasa lembut yang menyapu-nyapu sisi betisnya. Awalnya terasa membuai sampai kemudian Talisa melihat siluet bahu pria dalam remang, sorot matanya seperti api biru pijar dalam gelap. Calvin sedang merangkak di atas tubuh Talisa sambil mengecupi sekujur betisnya. Sontak Talisa berteriak menjerit, meloncat terbangun dari posisi berbaring. "Mustahil!" Napas Talisa tersendat-sendat dengan dada berdebar. Kamarnya sunyi, tidak ada siapapun, dia hanya sendiri."Cuma mimpi!"Mimpi yang mengerikan, jantung Talisa tidak mau berhenti berdentam walaupun sudah dia dekap erat-erat sampai menggigil. Entah bagaimana Talisa bisa memimpikan Calvin yang berbuat seperti itu."Oh, Tuhan ...." Talisa membasuh dadanya berkali-kali agar mereda dari cemas.M
BAB 20 KACAUKetika Calvin menerjang masuk, kondisi kamar Talisa masih gelap, cuma ada pencahayaan remang dari lampu meja nakas. Talisa menjerit histeris di atas ranjang sambil menggelinjang, benar-benar seperti sedang ketakutan dengan mata masih terpejam rapat."Lisa! Bangun!"Teguran Calvin tidak dihiraukan."Bangun! Kau hanya bermimpi!"Calvin sampai harus mendekap tubuh Talisa agar tenang. Tapi Talisa tetap histeris, berteriak dan berontak sekuat tenaga. Calvin terpaksa menjerat lengan serta kaki Talisa agar tidak melukai dirinya sendiri."Tidak ...! Lepaskan aku ...!""Lisa ... tenang ....!"Posisi Calvin seperti sedang menerkam tubuh Talisa. Talisa yang mungkin sudah mulai sadar malah semakin ketakutan karena berpikir mimpinya benar-benar jadi nyata."Lepaskan aku! Lepaskan aku!" Tisa menggeleng kuat sambil berusaha menendang."Lisa kau bermimpi!""Lepaskan aku!""Tidak akan kulepaskan jika kau tidak tenang?"Cengkeraman tangan Calvin mengeras kencang kemudian kepalanya dia gun
BAB 21 PERNIKAHAN"Malam ini pindah saja ke kamarku, pintunya tidak perlu dibenahi!"Ucapan Calvin benar-benar enteng dan semaunya sendiri."Aku tidak mau pindah ke kamarmu!""Kenapa kau suka merepotkan dirimu sendiri?""Aku tidak mau tidur denganmu!"Calvin semakin kesal dengan sifat Talisa yang suka ribut dan berbelit-belit."Oke, sebaiknya kita bicara yang masuk akal!" Talisa menatap Calvin. "Aku memang bekerja untukmu, tapi aku tidak sedang menjual tubuhku!"Mereka sudah sama-sama dewasa, Talisa paham jika laki-laki normal akan tetap membutuhkan wanita."Kau bisa membeli wanita manapun dengan uangmu jika menginginkan sex!"Tilisa tidak menyangka jika setelah itu Calvin malah langsung menyambar kasar lengannya utuk ditarik merapat."Kau akan menjadi istriku selama tiga tahun, mustahil jika kita tidak terlibat sentuhan fisik!" Calvin mendesiskan kalimat itu tepat di hadapan wajah Talisa. "Kecuali kau benar-benar jijik padaku!"Talisa baru ingin mendorong tapi Calvin sudah lebih dulu
BAB 22 PATNER KEJAHATANTalisa melihat sebuah mobil sport mewah berwarna kuning cemerlang berhenti di halaman. Seorang wanita paruh baya dengan penampilan sangat modis keluar dari pintu di samping kemudi. Stelan blazer, tas sampai sepatunya juga berwarna kuning senada. Wanita yang sangat mencolok dengan berbagai aksesoris mahal. "Ingat jangan sampai ada yang curiga dengan pernikahan kita!" Calvin mengingatkan Talisa agar bersiap menghadapi adik perempuan dari ayahnya."Bagaimana aku harus memanggilnya?""Panggil saja Katrina, dia tidak suka silsilah yang membuatnya terlihat tua."Ketika kakak tertuanya meninggal, usia Katrina baru belasan tahu, dia yang termuda dari tiga bersaudara dan satu-satunya anak perempuan. Katrina menikah dengan pria dari Boston keturunan Asia, pernikahan mereka sudah berjalan dua puluh tahun tapi tidak memiliki anak. Sepertinya Katrina memang lebih suka hidup bebas tanpa terbebani anak-anak.Katrina langsung masuk dari pintu depan tanpa perlu permisi."Calvi
BAB 23 TRAUMASatu bulan lagi tinggal di Jerman bisa benar-benar membuat Talisa gila karena stress. Pertama, Talisa harus tidur satu kamar dengan Calvin, Talisa tidak bisa berkeliaran seperti di Jakarta, dan bagaimana dengan nasib kuliah Talisa!Otak Talisa masih panas berdenyut-denyut, ditambah Calvin yang berlagak santai seolah tubuhnya tidak mengganggu mata. Pria itu keluar dari kamar mandi hanya dengan memakai handuk pendek, berganti baju di hadapan Talisa tanpa merasa berdosa. Sungguh mata Talisa juga masih perawan. Talisa segera berpaling memunggungi Calvin.Talisa merasakan sisi kasur yang tertekan berat badan, Calvin ikut berbaring tepat di sampingnya. Talisa terus merinding tidak nyaman cuma karena lengan Calvin menyentuh punggungnya."Sebenarnya apa gunanya kita seperti ini?" Talisa bertanya tanpa menoleh, dia masih meringkuk memunggungi Calvin. "Tidak ada yang melihat kita, Katrina juga tidak akan tahu, dia sudah tidur bersama suaminya.""Diam lah, aku butuh istirahat!" Ca
BAB 24 TIDAK AKAN DILEPASKANKenapa kau sangat jahat?" Talisa menuntut pertanyaan itu dengan mata berkaca-kaca. "Apa kau benar-benar tidak punya hati?"Tanpa perlu bicara Calvin langsung menyambar tubuh Talisa untuk dia angkut ke dalam kamar. Talisa menjerit terpental saat dilempar ke atas ranjang. Talisa berguling bangkit utuk merangkak kabur tapi pergelangan kakinya lebih dulu ditangkap dan diseret."Ao!" Talisa mengeluh nyeri.Cengkeraman tangan Calvin sangat kasar. Talisa berusaha menyentak kakinya beberapa kali, kemudian menendang, tapi tetap kalah cekatan dan tenaga. Talisa tidak akan menang melawan tenaga laki-laki."Lepaskan!"Talisa menggeliat meronta agar bisa lolos namun tidak juga berhasil. Calvin malah langsung menerkam tubuh Talisa, dia jerat kaku sampai tidak dapat bergerak."Lepaskan!"Calvin terlihat menyeramkan, dia menunggangi tubuh Talisa dengan marah."Calvin, Hentikan!"Bahu pakaian Tisa dia sentak kasar sampai terkoyak."Calvin, jangan!"Talisa melihat celananya
BAB 93 KETENANGANEva yakin Calvin tahu keberadaan ibunya, pria itu memiiki kuasa, tidak sulit bagi seorang Calvin Alexander untuk mendapatkan informasi apapun."Di mana ibuku?" Meski permintaan Eva masih mengejutkan, tapi Calvin tetap berusaha menjawab dengan sikap tenang."Dia sudah tidak ada." Calvin bicara jujur. "Aku sangat menyesal karena datang terlambat untuknya."Calvin hanya tidak bercerita jika dia juga terlambat percaya pada Lorna. Seandainya Calvin percaya dan mau menolong Lorna, mungkin sekarang ibu mereka masih hidup. Pastinya Eva masih syok mendengar Lorna sudah meninggal tapi sepertinya Eva juga wanita muda yang cukup tangguh. "Bagaimana ibuku meninggal?" Eva balas mentap Calvin dengan jantung berdebar. "Dia sempat bercerita jika memiliki hutang yang cukup besar."Eva terlihat memejamkan mata sejenak, seperti sedang berusaha menenangkan diri."Sepertinya aku tahu pelakunya!" Eva sudah kemabali menatap Calvin. "Aku tahu mereka bekerja untuk siapa!"Sebelum Lorna hi
BAB 92 KEBEBASAN TALISASetelah sekian lama hidup dalam ketakutan, akhirnya Talisa bisa mendapatkan kebebasan untuk bernapas lega tanpa rasa cemas. Talisa dapat bermain bebas dengan putranya tanpa harus takut dengan ancaman dari musuh-musuh Calvin. Kebahagian terbesar Talisa dan Calvin adalah melihat Evan bisa bermain dengan anak-anak seusianya. Putra mereka harus tumbuh dengan sehat di lingkungan yang normal. Calvin tidak mau Evan memiliki masa kecil suran seperti dirinya. "Kalian mau pergi kemana?" Talisa terkejut melihat Calvin dan Evan sudah siap dengan baju sewarna, kaos biru dengan celana pendek hitam dan sepatu senada."Oah!" jawab Evan dengan lidah cadel karena belum bisa menyebut nama 'Noah' dengan benar."Aku akan membawa anak-anak bermain." Kali ini Calvin yang menjelaskan. "Kami akan menjemput Noah dulu.""Kalian tidak mengajakku?" Talisa bertanya sambil menunjuk dirinya sendiri."Ingat saran dokter, kau masih harus istirahat." Calvin mengecup kening Talisa kemudian me
BAB 91 PENGEJARAN CALVINBegitu melihat Talisa sudah tidak ada di tempat tidurnya Calvin langsung berteriak pada Robin untuk memeriksa kamera CCTV. Dari rekaman kamera di sepanjang lorong rumah sakit, Talisa terlihat berlari panik kemudian masuk ke salah satu ruangan dokter untuk mencuri jas putih guna membungkus pakaian pasien yang saat itu dia pakai dengan compang camping."Istri Anda kabur melalui UGD langsung kejalan raya." Robin menemukan rekaman terakhir saat Talisa menghilang di halaman gelap.Setelah ikut menyimak semua tangkapan kamera, Calvin yakin jika Talisa pilih kabur seorang diri karena mendapat tekanan."Periksa kamar istriku!"Calvin kembali memberi perintah pada Tomas. Setelah menggeledah semua laci meja dan membongkar ranjang. Tomas menemukan lipatan amplop kertas yang terselip di bawah kasur."Ini foto putra Anda, Tuan." Tomas menunjukkan foto Evan bersama Daren."Iblis terkutuk!" Calvin juga membaca pesan yang ditulis oleh Daren di balik foto.Calvin segera menga
BAB 90 KETAKUTAN TALISATalisa benar-benar pergi tanpa sepengetahuan Calvin, dia hanya memiliki waktu dua kali dua puluh empat jam untuk menyelamatkan nyawa putra mereka. Sampai Talisa duduk di dalam kursi pesawat, dia masih belum tahu akan pergi ke mana. Talisa sudah pasrah dia hanya terus mengikuti semua instruksi dari Daren.Talisa mendarat beberapa kali di ibukota negara Eropa. Talisa selalu disambut seorang pria di pintu kedatangan dengan papan namanya. Talisa akan diberi tiket penerbangan selanjutnya, beserta pasport baru dan seperti itu seterusnya untuk menghilangkan jejak. Daren benar-benar sudah sangat hati-hati, cerdik dan penuh perhitungan agar perjalanan Talisa tidak terlacak oleh Calvin.Terakhir Talisa mendarat di sebuah bandara kecil di Iceland, dia sudah di tunggu oleh supir yang akan mengantarnya. Saat itu Talisa mulai berpikir mungkin dirinya memang tidak akan pernah bisa kembali pada Calvin. Harapan Talisa hanya untuk memeluk Evan dan Talisa rela mati menukar nyawa
BAB 89 HARUS BURU-BURUSebenarnya Calvin nyaris berpapasan dengan Daren ketika dia baru keluar dari kamar Talisa. Daren buru-buru bersembunyi dan terus mengamati sampai benar-benar yakin Calvin telah pergi. Sudah dua Hari Daren mencari tahu di mana Talisa sedang dirawat setelah dia jatuh histeris di toilet.Ternyata pintu kamar Talisa terus di jaga oleh Tomas sepanjang waktu. Mustahil Daren bisa masuk menyelinap mengelabui Tomas, pasti Tomas akan langsung mengenali Daren.Tapi ternyata Daren tidak kehabisan akal karena dia juga telah mengawasi setiap dokter serta perawat yang bertugas di kamar Talisa. Setelah yakin Calvin sudah pergi, Daren buru-buru menghampiri perawat yang bertugas untuk mengantar sarapan ke kamar Talisa."Mr. Alexander!" Perawat wanita itu mengira Daren sebagai Calvin."Berikan ini pada istriku." Daren mengulurkan lipatan amplop kertas berisi foto beserta dua kalimat dengan tulisan tangan di baliknya.[Apa kau ingin bertemu putramu?][Ikuti semua instruksi ku dan
BAB 88 TALISA INGIN BETEMU EVANCalvin langsung pergi mendatangi Eva. Setelah sekian minggu tidak berkunjung, pastinya Eva tersenyum bahagia melihat kedatangan Calvin Alexander ke tempat tinggalnya di akhir pekan."I miss You." Eva menghampiri Calvin yang baru masuk dari ambang pintu untuk dia peluk mesra."Duduk!"Perintah tegas dari bibir Calvin membuat Eva terkejut karena biasanya Daren memang tidak pernah menolak sambutan Eva."Aku memberimu perintah untuk duduk!" Calvin mengulang perintahnya dengan lebih tegas karena melihat Eva masih berdiri kaku belum bergerak.Dengan dada terus berdebar Eva melangkah mundur pelan-pelan untuk duduk di sofa. Eva benar-benar duduk dengan patuh tanpa berani bergerak karena tatapan Calvin membuatnya takut. Untuk sekedar menarik napas pun sepertinya Eva memang harus hati-hati karena Calvin sedang dalam mode siap meledak, Daren sudah sangat lancang berani menyentuh putranya.Calvin melempar foto pasport Daren ke atas meja di hadapan Eva."Perhatika
BAB 87 GARA-GARA EVANSatu Minggu berlalu tapi Daren sama sekali belum muncul. Calvin memang telah membaca semua rencana Daren, sampai sebuah kejutan tak terduga ketika Daren bertemu putranya dan setelah itu rencananya mendadak berubah. Kali ini Daren sedang fokus untuk mendapatkan putra Calvin."Evan ingin bermain dengan Noah." Talisa memberitahu Calvin. "Dia terus merengek sejak kemarin.""Nanti akan aku antar." Saat itu Calvin masih terlihat sibuk di ruang kerjanya meskipun hari libur."Aku bisa menemaninya bersama Tomas atau Robin." Talisa ingin pergi sendiri tidak ingin menganggu kesibukan Calvin."Tidak, biar aku antar!" Calvin tetap bersikeras ingin pergi sendiri untuk menemani putranya. "Tunggu dua puluh menit lagi.""Oke, aku ambil Evan dulu!""Jangan gendong putramu!" Calvin mengingatkan Talisa yang sudah berjalan keluar pintu.Calvin memang benar-benar sangat disiplin dalam menjaga kehamilan istrinya. Apa lagi dalam kehamilan keduanya ini Talisa terus mual dan muntah sampai
BAB 86 EVA YANG MENJENGKELKANSebenarnya Talisa juga masih kesal dengan kesombongan Eva, tapi begitu mengetahu Eva adalah adik perempuan Calvin, musthail jika Talisa bersikerss ingin marah atau cemburu. Seperti Talisa memang harus menelan kekesalannya sendiri karena rasanya dia juga belum bisa jika harus menempatkan dirinya sebagai kakak perempuan."Kenapa kau tidak memberitahu Eva mengenai yang sebenarnya?" Talisa bertanya pada Calvin yang baru kembali dari bertemu Eva."Aku belum bisa menebak Eva bakal lebih loyal pada siapa." Calvin tetap harus sangat berhati-hati, apa lagi Daren dan Eva sudah berulang kali tidur bersama. Calvin masih belum lupa dengan pengkhianatan Tamara setelah dia juga ditiduri oleh Daren dengan sangat licik."Lalu apa rencanamu?""Eva akan pindah ke rumah yang telah aku sediakan dengan sekuriti dan supir."Kali ini Calvin akan menggunakan Eva sebagai umpan untuk menarik Daren masuk kedalam perangkap mematikan."Bagaiaman kau yakin Daren tidak akan curiga?"
BAB 85"Apa Adik Evan juga sering bermain di sini?""Ya kami bermain saat papa libur!""Apa Adik Evan sudah berulang tahun?" Daren terus coba mencari informasi dari kepolosan Noah."Ya, Evan mendapat hadiah mobil kecil yang dapat kami naiki berdua."Artinya anak Calvin dan Talisa sudah berumur satu tahun lebih. Daren terus dibuat terkejut karena keberhasilan Calvin menyimpan rahasia mengenai putranya dari semua orang."Apa kau juga mau hadiah mobil kecil?" Daren kembali bertanya pada Noah."Aku mau mobil tank!""Nanti akan ku belikan mobil tank, tapi jangan pernah bercerita pada siapapun jika kita pernah bertemu!"Noah langsung mengangguk dengan bersemangat."Anak pintar!" Daren mencium puncak kepala Noah kemudian buru-buru pergi.Begitu kembali keluar dari pintu gerbang Daren langsung menelpon Katrina."Calvin dan Talisa telah memiliki anak laki-laki berumur satu tahun!""Mustahil!" Katrina terkejut."Kita semua sudah tertipu, kau tidak akan pernah bisa menyingkirkan Talisa!" Daren m