BAB 16 MENYIMPAN RAHASIAMalam semakin larut, hujan mulai turun, semakin lama semakin lebat tapi Calvin belum juga tiba. Sudah tidak terhitung berapa kali Talisa menoleh penunjuk waktu di layar ponselnya. Perjalanan dari bandara seharusnya tidak sampai satu jam, tapi ini sudah tiga jam berlalu tapi Calvin belum juga sampai di rumah.Terakhir Calvin mengirim pesan jika pesawatnya sudah mendarat tapi sekarang ponsel Calvin justru mendadak tidak bisa dihubungi. Layaknya istri yang sedang gusar menunggu suami pulang, rasanya waktu berjalan semakin lambat dan mendebarkan bagi Talisa. Jantung Talisa terus berdebar oleh berbagai pikiran, dia takut terjadi sesuatu pada suaminya.Karena tetap tidak bisa tenang, Talisa kembali berjalan ke jendela untuk menengok ke luar halaman dari kamarnya di lantai tiga. Halaman rumah besar itu terlihat suram dengan hujan yang semakin deras disertai petir menggelegar.Tiba-tiba Talisa teringat ucapan Calvin mengenai orang-orang yang ingin membunuhnya. Sungguh
BAB 17 CERITA CALVIN"Ini milik siapa?" Talisa menenteng plastik bening berisi peralatan makeup wanita ke hadapan Calvin."Milik ibuku!"Talis terkejut, tentu Talisa masih ingat dengan cerita nyonya Maria mengenai ibu Calvin yang telah kabur meninggalkan suaminya, sampai akhirnya ayah Calvin bunuh diri."Aku memerlukan sampel DNA-nya."Talisa masih heran. "Dimana ibumu?"******Beberapa bulan yang lalu ketika Calvin baru pindak ke Indonesia, tiba-tiba seorang wanita menghadang Calvin di depan pintu loby dan mengaku sebagai ibunya."Aku tidak memiliki ibu!" Jawab Calvin dengan nada dingin.Wanita berbadan kurus pucat itu langsung mengeluarkan sebuah cincin dari sakunya."Mungkin kau tidak mengenaliku, tapi pasti kau mengenali cincin ini!"Tentu Calvin mengenali cincin pernikahan dalam foto kedua orang tuanya."Aku hanya ingin bertemu denganmu!"Calvin memperhatikan lebih teliti dan entah kemiskinan atau penyakit yang telah membuat wanita di hadapannya itu jadi sangat berbeda dengan yan
BAB 18 KEMARAHAN CALVINJadi sebenarnya Calvin sudah tahu ayahnya tidak mati bunuh diri, tapi Calvin pilih bersikap tenang untuk diam-diam menyelidiki persekongkolan orang-orang di sekelilingnya. Selama ini Calvin hanya terus memantau dan harus menahan kemurkaannya agar tidak meledak."Aku akan segera membereskan semua ini!"Sekarang Calvin membutuhkan sampel DNA dari ibu kandungnya. Karena setelah kemarin Calvin gali lagi kuburnya, tubuh Lorna telah Calvin tenggelamkan ke laut untuk dia lenyapkan."Aku mencemaskanmu!"Talisa semakin cemas begitu tahu sekeji apa musuh-musuh Calvin, mereka tega membunuh keluarga sendiri hanya demi saling menguasai harta."Aku tida mau kehilanganmu!" Talisa sangat takut kehilangan Calvin, dia menahan Calvin yang hendak pergi."Kau tidak perlu cemas, aku akan segera menyelesaikan mereka semua!"Calvin terlihat sangat yakin dengan segala rencananya, tapi apapun bisa tiba-tiba terjadi diluar dugaan. Karena itu Talisa tetap menggeleng."Tolong jangan pergi!
BAB 19 SIFAT KERAS CALVINBegitu mendengar suara mobil Calvin kembali, Talisa langsung berlari menuruni anak tangga untuk menyambutnya di garasi. Talisa SUDAH benar-benar tidak sabar karena terus dibuat cemas sejak Calvin pergi."Calvin!" Talisa luar biasa terkejut melihat kemeja Calvin yang sangat kotor, bukan cuma kotor oleh percikan air dan tanah kecoklatan, tapi suga percikan darah yang membuat Talisa semakin takut."Apa yang terjadi?" Talisa berlari memeluk lelakinya. "Apa kau terluka?"Talisa juga langsung sibuk meraba ke sekujur lengan Cavin dan dadanya yang berdebar hangat."Aku sudah berjanji untuk pulang untukmu!" Calvin cuma merunduk untuk mengecup dahi Talisa.Talisa lanjut menelusuri tubuh lelakinya yang sangat kotor untuk terus dia periksa. Sepertinya memang tidak ada luka berarti, tapi percikan darah di kemeja Calvin masih membuat Talisa takut"Kau harus mandi!"Talisa menarik tubuh kaku Calvin agar ikut bersamanya. Talisa membawa Calvin ke kamar mandi, menguraikan k
BAB 20Pagi selepas Calvin pergi, Talisa turun untuk membuat minuman hangat. Biasanya Talisa membuat teh hijau dengan lemon. Ketika Talisa berjalan melalui depan mesin pembuat kopi, Talisa baru ingat jika pagi ini dia belum membuat kopi untuk Calvin. Biasanya Calvin akan membuat kopi sendiri bila Talisa lupa. Tapi sepertinya pagi ini Calvin sedang tergesa-gesa karena Talisa juga tidak melihat bekas cangkir.Tiba-tiba Talisa malah iseng untuk membuat kopi untuk dirinya sendiri. Talisa juga mengikuti selera Calvin, kopi tanpa krimer dan tanpa gula. Talisa memperhatikan cairan hitam pekat mengucur ke cangkirnya yang langsung mengepulkan uap panas, aromanya saja sudah membuat Talisa rindu.Talisa bukan rindu pada aroma kopi, tapi rindu pada seseorang yang biasa dia buatkan kopi seperti itu. Padahal Calvin juga baru pergi beberapa menit Talisa sudah rindu. Diam-diam Talisa tersenyum karena mengingat perbuatan mereka sepanjang malam. Istri yang berhasil dibuat bahagia, pasti bakal terus mer
BAB 21 SEMUA KACAUTalisa segera menguyur tangannya yang terkena percikan air kopi panas ke bawah kran air mengalir, rasanya jadi panas terbakar di permukaan kulit. Talisa berdesis-desis untuk menahan denyut perih sambil terus berdoa semoga kulitnya tidak melepuh. Air dingin mengurangi sakit untuk sejenak, tapi belum juga mereda saat tiba-tiba ponsel Talisa berbunyi. Benda pipih merah muda itu terus bergetar di atas meja dapur agak jauh dari posisi Talisa berdiri. Talisa coba merentangkan tangannya yang tidak sakit untuk menggapai sambil mempertahankan tangan yang lain agar tetap berada di bawah air.Talisa nampak kerepotan untuk sekedar meraih ponsel, tapi begitu nyaris berhasil dia gapai, panggilannya malah berhenti. Karena panggilan teleponnya telah berhenti, Talisa lanjut menguyur punggung tangannya di bawah kran tanpa memeriksa siapa yang tadi menelpon. Kira-kira baru setengah menit ponsel Talisa berbunyi lagi."Ah ...!" Talisa terkejut dan buru-buru lebih cepat untuk meraih pons
BAB 22 SALING CURIGA"Cepat kemari!"Daren minta Tamara untuk datang ke tempat persembunyiannya. Waktu itu Tamara masih belum tahu dengan apa yang telah menimpa Daren. Tamara terkejut luarbiasa ketika melihat Daren berbaring tidak berdaya di atas ranjang."Apa yang terjadi?"Tamara melihat kedua pangkal kaki Daren masih di bebat perban."Calvin menembak ku!" Daren langsung memberitahu dengan bibir berdesis."Bisa kuperiksa?"Tamara seorang dokter bedah tapi Daren langsung menggeleng."Pelurunya sudah diangkat, tidak mengenai tulang."Tamara ikut lega meskipun dia tidak sepenuhnya menyukai sifat Daren."Lakukan apapun agar aku segera bisa berjalan!"Seharusnya Tamara lebih tahu."Sepertinya kau harus istirahat total jika ingin segera pulih.""Berapa lama penyembuhannya?" Daren sudah tidak sabar."Minimal dua bulan.""Calvin terkutuk!" Daren kembali mengumpat. "Aku bersumpah akan segera membalasnya!"Ketika melihat Daren menggebu-gebu ingin segera membalas dendamnya tiba-tiba Tamara sad
BAB 23 CALVIN MENGHILANG DARI SEMU ORANG.Calvin Alexander tiba-tiba menghilang, membuat semua musuhnya panik."Apa kau sudah mendapat informasi?" Tamara kembali bertanya pada Daren untuk yang ke lima belas kalinya."Calvin masih menghilang!" Daren sama sekali tidak dapat melacak keberadaan Calvin."Aku yakin Calvin sengaja dibuat menghilang untuk menutupi kondisinya." Dugaan Tamara tidak sepenuhnya salah karena sama halnya dengan Daren yang sedang bersembunyi dalam masa pemulihan. "Masalahnya kita juga tidak tahu Calvin selamat atau tidak?" Tamara terus risau karena sekarang dia jadi benar-benar berharap Calvin sudah mati karena racun. Mereka juga sama-sama tidak tahu dan masih terus menduga-duga siapa sebenarnya yang telah memberi racun ke dalam minuman Calvin. Semua informasi yang Daren dapatkan dari para karyawan Cabin masih simpang siur."Jika benar pelakunya Katrina, kita harus lebih waspada!" Daren memperingatkan Tamara. "Kita belum tahu apa rencana mereka selanjutnya.""Ak
BAB 93 KETENANGANEva yakin Calvin tahu keberadaan ibunya, pria itu memiiki kuasa, tidak sulit bagi seorang Calvin Alexander untuk mendapatkan informasi apapun."Di mana ibuku?" Meski permintaan Eva masih mengejutkan, tapi Calvin tetap berusaha menjawab dengan sikap tenang."Dia sudah tidak ada." Calvin bicara jujur. "Aku sangat menyesal karena datang terlambat untuknya."Calvin hanya tidak bercerita jika dia juga terlambat percaya pada Lorna. Seandainya Calvin percaya dan mau menolong Lorna, mungkin sekarang ibu mereka masih hidup. Pastinya Eva masih syok mendengar Lorna sudah meninggal tapi sepertinya Eva juga wanita muda yang cukup tangguh. "Bagaimana ibuku meninggal?" Eva balas mentap Calvin dengan jantung berdebar. "Dia sempat bercerita jika memiliki hutang yang cukup besar."Eva terlihat memejamkan mata sejenak, seperti sedang berusaha menenangkan diri."Sepertinya aku tahu pelakunya!" Eva sudah kemabali menatap Calvin. "Aku tahu mereka bekerja untuk siapa!"Sebelum Lorna hi
BAB 92 KEBEBASAN TALISASetelah sekian lama hidup dalam ketakutan, akhirnya Talisa bisa mendapatkan kebebasan untuk bernapas lega tanpa rasa cemas. Talisa dapat bermain bebas dengan putranya tanpa harus takut dengan ancaman dari musuh-musuh Calvin. Kebahagian terbesar Talisa dan Calvin adalah melihat Evan bisa bermain dengan anak-anak seusianya. Putra mereka harus tumbuh dengan sehat di lingkungan yang normal. Calvin tidak mau Evan memiliki masa kecil suran seperti dirinya. "Kalian mau pergi kemana?" Talisa terkejut melihat Calvin dan Evan sudah siap dengan baju sewarna, kaos biru dengan celana pendek hitam dan sepatu senada."Oah!" jawab Evan dengan lidah cadel karena belum bisa menyebut nama 'Noah' dengan benar."Aku akan membawa anak-anak bermain." Kali ini Calvin yang menjelaskan. "Kami akan menjemput Noah dulu.""Kalian tidak mengajakku?" Talisa bertanya sambil menunjuk dirinya sendiri."Ingat saran dokter, kau masih harus istirahat." Calvin mengecup kening Talisa kemudian me
BAB 91 PENGEJARAN CALVINBegitu melihat Talisa sudah tidak ada di tempat tidurnya Calvin langsung berteriak pada Robin untuk memeriksa kamera CCTV. Dari rekaman kamera di sepanjang lorong rumah sakit, Talisa terlihat berlari panik kemudian masuk ke salah satu ruangan dokter untuk mencuri jas putih guna membungkus pakaian pasien yang saat itu dia pakai dengan compang camping."Istri Anda kabur melalui UGD langsung kejalan raya." Robin menemukan rekaman terakhir saat Talisa menghilang di halaman gelap.Setelah ikut menyimak semua tangkapan kamera, Calvin yakin jika Talisa pilih kabur seorang diri karena mendapat tekanan."Periksa kamar istriku!"Calvin kembali memberi perintah pada Tomas. Setelah menggeledah semua laci meja dan membongkar ranjang. Tomas menemukan lipatan amplop kertas yang terselip di bawah kasur."Ini foto putra Anda, Tuan." Tomas menunjukkan foto Evan bersama Daren."Iblis terkutuk!" Calvin juga membaca pesan yang ditulis oleh Daren di balik foto.Calvin segera menga
BAB 90 KETAKUTAN TALISATalisa benar-benar pergi tanpa sepengetahuan Calvin, dia hanya memiliki waktu dua kali dua puluh empat jam untuk menyelamatkan nyawa putra mereka. Sampai Talisa duduk di dalam kursi pesawat, dia masih belum tahu akan pergi ke mana. Talisa sudah pasrah dia hanya terus mengikuti semua instruksi dari Daren.Talisa mendarat beberapa kali di ibukota negara Eropa. Talisa selalu disambut seorang pria di pintu kedatangan dengan papan namanya. Talisa akan diberi tiket penerbangan selanjutnya, beserta pasport baru dan seperti itu seterusnya untuk menghilangkan jejak. Daren benar-benar sudah sangat hati-hati, cerdik dan penuh perhitungan agar perjalanan Talisa tidak terlacak oleh Calvin.Terakhir Talisa mendarat di sebuah bandara kecil di Iceland, dia sudah di tunggu oleh supir yang akan mengantarnya. Saat itu Talisa mulai berpikir mungkin dirinya memang tidak akan pernah bisa kembali pada Calvin. Harapan Talisa hanya untuk memeluk Evan dan Talisa rela mati menukar nyawa
BAB 89 HARUS BURU-BURUSebenarnya Calvin nyaris berpapasan dengan Daren ketika dia baru keluar dari kamar Talisa. Daren buru-buru bersembunyi dan terus mengamati sampai benar-benar yakin Calvin telah pergi. Sudah dua Hari Daren mencari tahu di mana Talisa sedang dirawat setelah dia jatuh histeris di toilet.Ternyata pintu kamar Talisa terus di jaga oleh Tomas sepanjang waktu. Mustahil Daren bisa masuk menyelinap mengelabui Tomas, pasti Tomas akan langsung mengenali Daren.Tapi ternyata Daren tidak kehabisan akal karena dia juga telah mengawasi setiap dokter serta perawat yang bertugas di kamar Talisa. Setelah yakin Calvin sudah pergi, Daren buru-buru menghampiri perawat yang bertugas untuk mengantar sarapan ke kamar Talisa."Mr. Alexander!" Perawat wanita itu mengira Daren sebagai Calvin."Berikan ini pada istriku." Daren mengulurkan lipatan amplop kertas berisi foto beserta dua kalimat dengan tulisan tangan di baliknya.[Apa kau ingin bertemu putramu?][Ikuti semua instruksi ku dan
BAB 88 TALISA INGIN BETEMU EVANCalvin langsung pergi mendatangi Eva. Setelah sekian minggu tidak berkunjung, pastinya Eva tersenyum bahagia melihat kedatangan Calvin Alexander ke tempat tinggalnya di akhir pekan."I miss You." Eva menghampiri Calvin yang baru masuk dari ambang pintu untuk dia peluk mesra."Duduk!"Perintah tegas dari bibir Calvin membuat Eva terkejut karena biasanya Daren memang tidak pernah menolak sambutan Eva."Aku memberimu perintah untuk duduk!" Calvin mengulang perintahnya dengan lebih tegas karena melihat Eva masih berdiri kaku belum bergerak.Dengan dada terus berdebar Eva melangkah mundur pelan-pelan untuk duduk di sofa. Eva benar-benar duduk dengan patuh tanpa berani bergerak karena tatapan Calvin membuatnya takut. Untuk sekedar menarik napas pun sepertinya Eva memang harus hati-hati karena Calvin sedang dalam mode siap meledak, Daren sudah sangat lancang berani menyentuh putranya.Calvin melempar foto pasport Daren ke atas meja di hadapan Eva."Perhatika
BAB 87 GARA-GARA EVANSatu Minggu berlalu tapi Daren sama sekali belum muncul. Calvin memang telah membaca semua rencana Daren, sampai sebuah kejutan tak terduga ketika Daren bertemu putranya dan setelah itu rencananya mendadak berubah. Kali ini Daren sedang fokus untuk mendapatkan putra Calvin."Evan ingin bermain dengan Noah." Talisa memberitahu Calvin. "Dia terus merengek sejak kemarin.""Nanti akan aku antar." Saat itu Calvin masih terlihat sibuk di ruang kerjanya meskipun hari libur."Aku bisa menemaninya bersama Tomas atau Robin." Talisa ingin pergi sendiri tidak ingin menganggu kesibukan Calvin."Tidak, biar aku antar!" Calvin tetap bersikeras ingin pergi sendiri untuk menemani putranya. "Tunggu dua puluh menit lagi.""Oke, aku ambil Evan dulu!""Jangan gendong putramu!" Calvin mengingatkan Talisa yang sudah berjalan keluar pintu.Calvin memang benar-benar sangat disiplin dalam menjaga kehamilan istrinya. Apa lagi dalam kehamilan keduanya ini Talisa terus mual dan muntah sampai
BAB 86 EVA YANG MENJENGKELKANSebenarnya Talisa juga masih kesal dengan kesombongan Eva, tapi begitu mengetahu Eva adalah adik perempuan Calvin, musthail jika Talisa bersikerss ingin marah atau cemburu. Seperti Talisa memang harus menelan kekesalannya sendiri karena rasanya dia juga belum bisa jika harus menempatkan dirinya sebagai kakak perempuan."Kenapa kau tidak memberitahu Eva mengenai yang sebenarnya?" Talisa bertanya pada Calvin yang baru kembali dari bertemu Eva."Aku belum bisa menebak Eva bakal lebih loyal pada siapa." Calvin tetap harus sangat berhati-hati, apa lagi Daren dan Eva sudah berulang kali tidur bersama. Calvin masih belum lupa dengan pengkhianatan Tamara setelah dia juga ditiduri oleh Daren dengan sangat licik."Lalu apa rencanamu?""Eva akan pindah ke rumah yang telah aku sediakan dengan sekuriti dan supir."Kali ini Calvin akan menggunakan Eva sebagai umpan untuk menarik Daren masuk kedalam perangkap mematikan."Bagaiaman kau yakin Daren tidak akan curiga?"
BAB 85"Apa Adik Evan juga sering bermain di sini?""Ya kami bermain saat papa libur!""Apa Adik Evan sudah berulang tahun?" Daren terus coba mencari informasi dari kepolosan Noah."Ya, Evan mendapat hadiah mobil kecil yang dapat kami naiki berdua."Artinya anak Calvin dan Talisa sudah berumur satu tahun lebih. Daren terus dibuat terkejut karena keberhasilan Calvin menyimpan rahasia mengenai putranya dari semua orang."Apa kau juga mau hadiah mobil kecil?" Daren kembali bertanya pada Noah."Aku mau mobil tank!""Nanti akan ku belikan mobil tank, tapi jangan pernah bercerita pada siapapun jika kita pernah bertemu!"Noah langsung mengangguk dengan bersemangat."Anak pintar!" Daren mencium puncak kepala Noah kemudian buru-buru pergi.Begitu kembali keluar dari pintu gerbang Daren langsung menelpon Katrina."Calvin dan Talisa telah memiliki anak laki-laki berumur satu tahun!""Mustahil!" Katrina terkejut."Kita semua sudah tertipu, kau tidak akan pernah bisa menyingkirkan Talisa!" Daren m