Pesta sederhana bagi keluarga Chen ternyata jauh dari kata sederhana bagi Kia dan keluarga. Bayangkan saja, di pesta yang katanya digelar secara sederhana ini, Mommy Rossi tetap menyewa jasa Wedding Organizer ternama di kota Kia demi acara yang katanya hanya resepsi sederhana. Sebuah gedung serbaguna di kampung itu pun berhasil diubah dengan begitu megahnya. Memang benar, acara ini hanya acara akad, tanpa mengundang banyak tamu, tapi tak sedikitpun para tamu menganggap pesta itu hanya sebuah pesta pernikahan sederhana. Dari mulai dekorasi, gaun pengantin hingga makanan yang tersaji di meja prasmanan, tak menunjukan kesederhanaan. Bunyi gamelan mulai terdengar ditabuh dengan merdu, mengiringi gerak para penari yang sedang menampilkan tarian penyambutan pengantin. Lenggak-lenggok para penari yang begitu indah disertai kostum dan makeup yang juga cantik berhasil membuat para tamu terhipnotis untuk tidak melepaskan pandangan mata mereka dari para penari yang bergerak seirama.“Gandeng s
Malam pun tiba, suasana rumah pengantin masih cukup ramai oleh para ibu-ibu yang sedang membantu merapikan rumah dan dapur sisa pesta. Sedangkan para laki-laki membantu merapikan bagian luar rumah. Meskipun tak dijadikan tempat acara akad berlangsung, tapi tetap saja sisa pesta cukup membuat repot sang pemilik rumah termasuk Kia yang sudah sejak dua jam lalu pamit pada Gery dari kamar pengantin mereka untuk ikut membantu.Bosan. Rasanya kata itu masih kurang cukup menerjemahkan perasaan Gery malam itu. berbaring di dalam kamar pengantin seorang diri, tanpa bisa melakukan apa-apa. Mau keluar dan ikut membantu orang-orang pun Gery ogah, bermain game online pun Gerry tidak bisa, karena keterbatasan sinyal di pedesaan itu membuat jaringan internet sulit masuk. Coba tadi dia memilih untuk ikut kembali bersama rombongan keluarganya, tapi apa kata orang nanti jika pengantin prianya pergi meninggalkan pengantin wanita di malam pertama mereka?Meskipun Gerry tak b
Malam sudah sangat larut saat itu, suasana di luar kamar yang juga kini telah sunyi. Hanya terdengar suara televisi dari ruang tengah yang tak begitu jelas. Kia tahu siapa pelakunya, siapa lagi jika bukan adik laki-lakinya yang biasa tidur di depan televisi. Seharusnya Kia juga sudah terlelap saat itu, tapi anehnya matanya sulit sekali terpejam, entah karena masih tak terbiasa dengan keberadaan Gerry di ranjangnya, atau karena ciuman panas yang beberapa jam lalu mereka lakukan?Entahlah. Yang pasti malam itu Kia benar-benar tidak bisa tidur. Tubuhnya yang terus memunggungi sang suami membuatnya sedikit pegal. Perlahan dia pun membalikan tubuhnya agar tak mengganggu tidur Gerry, suaminya. Tapi betapa terkejutnya Kia saat melihat ke arah samping tempat suaminya berada, entah kebetulan bangun atau memang belum tidur, Kia melihat Gerry yang sedang menatap langit-langit kamarnya yang hanya diterangi cahaya lampu tidur. “Pak Gery gak tidur?” teg
Suara ketukan pintu kamar terdengar sangat mengganggu, rasa hangat dari dekapan tangan kekar yang menguasai tubuhnya membuat Kia memilih untuk melanjutkan mimpi daripada harus menjawab panggilan suara sang ibu. Tapi saat Kia baru akan kembali melangkah menuju alam mimpi, suara ketukan pintu kembali terdengar, dan kini lebih berisik dibandingkan dengan yang sebelumnya. Dengan malas Kia membuka matanya yang lengket, dan alangkah terkejutnya ia saat melihat wajah Gerry hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya. Bibirnya yang berwarna merah muda terang terlihat begitu menggoda, membuat Kia didera rasa malu saat mengingat ciuman panas mereka semalam. “Neng!” panggil ibu dari balik pintu kamar. Ternyata orang yang mengganggu tidurnya adalah ibu. “Neng, subuh Neng!” teriaknya lagi.“Iyaaaa,” jawab Kia, juga setengah berteriak. Ini pertama kali dalam hidupnya sang ibu membangunkannya dari balik pintu, karena biasanya ibu akan langsung menyeret k
Gerry pikir setelah acara pernikahan mereka, tak ada lagi acara lain-lainnya yang mengharuskan dirinya memasang senyum manis di depan orang lain. Tapi nyatanya sehari setelah acara ijab Kabul berlangsung, kediaman sang istri masih saja ramai oleh tamu yang kemarin tidak sempat menyaksikan acara sakral yang berhasil membuat seorang manusia arogan sekelas Gerry dibuat gugup bukan main. Bahkan dia harus beberapa kali mempermalukan dirinya di depan umum karena harus mengulang 5 kali ijab kabul.“Kita 'babacakan' aja atuh makannya,” kata sang ibu pada Kia dan kawan-kawannya yang kini tengah berbincang seru di teras rumah, dengan Gerry yang selalu berada di samping sang istri seperti sebuah pajangan mewah.“Boleh tuh idenya, udah lama juga kita gak ngampar daun,” sambung salah seorang kawan Kia yang sejak tadi mendominasi percakapan.“Iya, iya, setuju,” imbuh yang lain.“Beli ikan masnya dulu atuh, kalau mau 'babacakan', siang ini ki
Hari sudah berganti sore kala Gerry bangun dari tidur siangnya. Selepas solat dzuhur tadi, Kia dan Gerry yang kekenyangan langsung tidur di kamar pengantin mereka, tanpa diselingi ritual terapi 'sosor-sosoran' yang semalam mereka lakukan dua kali. Bukan tak menginginkan, tapi Gerry tak kuasa mengecewakan adik kecilnya dengan memberi harapan palsu. Ingat. Gengsinya jauh lebih kokoh dibandingkan adik kecilnya.Ditatapnya wajah lelap sang istri yang gaya tidurnya cukup aneh untuk ukuran gadis cantik. Gaya tidur Kia terlalu berantakan, sangat mencerminkan bahwa gadis itu bukan tipe wanita feminim yang anggu. Ditambah lagi dengan cara tidurnya yang sedikit membuka mulutnya, sangat jauh dari representasi tidur seorang putri. Tapi anehnya bukannya tak suka, Gerry malah begitu menikmati pemandangan yang baru ia lihat pertama kali ini. dia tak bosan memeta setiap inci bagian wajah sang istri dengan kedua mata kecilnya. Puas memperhatikan setiap inci wajah yang masih terlelap di hadapannya,
Pagi itu Kia sibuk mengemas pakaian mereka, atau lebih tepatnya pakaian sang suami. Sebab tak satupun pakaiannya yang ia bawa ke Jakarta. Gerry melarangnya. Dengan angkuhnya tadi Gerry menyuruh Kia membeli pakaian baru daripada harus repot-repot membawanya ke Jakarta. Gerry hanya memperhatikan gerak-gerik istrinya dari atas ranjang tanpa banyak berkata. Sejak kemarin Kia merasa sikap Gerry sangat aneh, tidak seperti biasanya, pria cerewet itu lebih banyak diam, dan hanya berkata saat ia bertanya atau butuh sesuatu, selain dari itu tak ada kata yang keluar dari mulut pria suaminya.Apa Gerry marah karena Kia tak mampu mengembalikan kejantannya seperti dulu?Padahal ciuman yang mereka lakukan saja sudah berhasil membuat separuh otak Kia tidak bisa berkonsentrasi dengan baik. Tapi sepertinya ciuman yang mereka lakukan tidak berpengaruh apapun pada suaminya. Buktinya kini Gerry terlihat sangat acuh, bahkan saat semalam Kia mengajaknya untuk melakukan terapi ciuman lagi, Gerry menolaknya
Suasana melankolis masih terus menyelimuti perasaan Kia sepanjang perjalanan. Wajahnya terus mengarah ke luar jendela dengan mulut terkunci. Pikirannya terus melayang ke hari dimana dia dan Gerry memutuskan berpisah nanti, dan saat hari itu tiba apa yang harus ia katakan pada sang ibu?Apa alasan yang harus ia berikan pada ibunya nanti? Karena pasti ibunya akan sangat kecewa dengan perceraian mereka.Sementara itu, Gerry yang duduk di kursi penumpang bersama sang istri terus memperhatikan wajah sendu Kia. Berkali-kali Kia menghembuskan napas kasar seperti seseorang yang sedang merasa kelelahan. Dan apakah beban yang Kia rasakan itu dirinya?Banyak pertanyaan dalam hati Gerry yang ingin sekali ia pertanyakan, namun mulutnya seperti terkunci. Tak ada satu tetes air mata pun yang mengalir, tapi entah mengapa wajah sang istri tampak memancarkan kesedihan yang teramat dalam. Tapi Gerry memilih masa bodoh dengan apa penilaian sang i
Perubahan hormon ibu hamil,membuat sifat gadis itu jadi banyak berubah, perempuan yang biasa giat bekerja itu jadi tiba-tiba saja jadi malas bekerja, jangankan bekerja, mandi pagi saja malas, karena setiap kali badannya tersentuh airnya, rasa mual pasti datang mendera. Bukan hanya itu saja, moodnya sangat mudah berubah, rasa bahagia dan sedih seperti hanya terpisah sehelai benang. Pagi ini contohnya, Gerry begitu terkejut saat mendengar suara isak tangis dari balik selimut yang masih membungkus tubuh sang istri. Dia menangis seperti seorang istri yang teraniaya, sama persis dengan para aktris di sinetron azab.“Kamu kenapa? Mual?” tanya Gerry dengan lembut dan penuh kasih. Sungguh, Kia pun bingung dengan dirinya sendiri, hanya karena mengingat drama romantis yang ia tonton semalam saja sudah membuat dirinya seperti seorang istri yang tidak dicintai, karena sikap Gerry yang tidak seromantis aktor-aktor dalam drama itu.“Kamu kenapa, aku tanya? Atau mau apa?” Gerry masih bersabar men
“Kalian emang mau kemana sih?” tanya Amora penuh curiga saat melihat sang suami dan dua pria sableng lainnya itu berpakaian rapi di malam hari.“Nganter Gerry, katanya ada sesuatu yang harus dia urus di sini,” jawab Thomas sambil melingkarkan jam rolex di pergelangan tangannya.“Kamu gak ada niatan macem-macem kan?” Amora langsung memandang sang suami dengan sinis.“Ini bukan waktunya kamu cemburu, Sayang. Di sini gak ada klab malam atau sejenisnya, cuman ada pasar malem yang katanya baru besok malem mulai buka,” jawab Thomas, dan segera mengecup singkat bibir sang istri sebelum wanita itu kembali mengucapkan hal-hal negatif kepadanya.Kejadian yang hampir sama pun terjadi di kamar lainnya, tepatnya di kamar Gerry dan Kia. Kia merasa ada yang sedang suaminya sembunyikan kepadanya, karena Gerry yang biasa mageran tiba-tiba memberitahukan dirinya bahwa dia dan kedua sahabatnya akan keluar malam itu.“Aa sebenernya mau kemana sih? Kalau emang mau ke rumah Pak Kades, kenapa gak ajak Pak R
Kia pikir ucapan Gerry yang akan mendatangi rumah Pak Kades hanya bualan saja. Untungnya saja semalam Kia berhasil mengalihkan perhatian sang suami yang ngeyel ingin mendatangi rumah kepala desa dengan cara mengajak sang suami melakukan ritual mengasikan yang mereka sukai, ditambah lagi cuaca malam tadi memang kurang mendukung, makin giat saja Gerry membuat suasana kamar mereka memanas.Tapi tidak untuk pagi ini, sebab Gerry sudah meminta sang adik ipar memanggil ketua RT di sana untuk menemani dirinya ke kantor balai desa agar bisa bertemu langsung dengan si kepala desa.“Aa, gak usah ke sana sih, mending titip pesen aja sama Pak RT, jadi biar Pak RT yang nyampein pesen Aa, ke Pak Kades,” pinta Kia, masih berusaha merayu sang suami di detik-detik terakhir.Pak RT yang ternyata masih kerabat Kia segera mengangguk setuju, sebab dia juga cukup sungkan untuk bertemu kepala desa hanya untuk membahas soal perbaikan jalan ke kampung mereka dalam waktu singkat, ditambah lagi hanya karena al
Mommy Rossi berusaha mengalihkan ngidam sang menantu dengan berbagai makanan mewah. Dia bahkan menyewa koki hotel bintang lima untuk memasak menu-menu andalan yang biasa diminati para tamu.“Ayo sayang, dimakan. Mommy sengaja sewa koki hotel buat masak makanan buat kamu,” ujar wanita itu, saat memanggil sang menantu untuk makan siang. “Tadi pagi Mommy liat kamu gak ngabisin sarapan kamu.”“Iya, Mom. Gak tau kenapa rasa makanan yang aku makan jadi aneh semua, dan kadang bikin aku mual,” jelas Kia yang masih betah meringkuk di balik selimutnya.“Wajar, kebanyakan perempuan yang lagi hamil muda emang begitu.”“Emang Mommy gak ngalamin kayak gini waktu hamil si Aa?” Kia yang sebetulnya sangat malas beranjak dari ranjang, akhirnya memaksakan diri untuk bangun. Sungguh perlakuan sang ibu mertua yang terlampau baik membuatnya sangat tidak enak hati.“Mommy tau hamil aja pas udah lima bulan, karena ada yang gerak di perut Mommy.”“Mommy emang gak merhatiin siklus haid Mommy?”“Siklus haid Mom
Gerry yang begitu bahagia langsung membawa Kia kepada sang Mommy yang saat itu masih berada di salah satu butiknya. Dengan senyum yang sejak tadi tak pernah pudar dari wajah tampannya, Gerry menggandeng tangan Kia ke dalam butik dengan tergesa-gesa.“Sabar A, pelan-pelan atuh!” tegur Kia yang merasa dirinya seperti diseret-seret sang suami.“Aku udah gak sabar liat reaksi mertua kamu,” jawabnya bersemangat. “Mau aku gendong, takutya kamu capek?”Belum apa-apa Gerry sudah berlebihan memperlakukan istrinya.“Dari rumah ibu ke sini aja, aku kuat nyetir sendiri, masa jalan dari parkiran ke dalem aja pake digendong?” Kia terkekeh geli. “Ya siapa tau aja kamu capek abis nyetir,” jawab Gery kemudian kembali menggandeng tangan sang istri, namun kini dengan langkah lebih santai, walaupun hatinya sama sekali tidak santai. Seperti biasa, kedatangan mereka selalu disambut ramah para karyawan butik, tapi jika biasanya Gerry bersikap cuek dan selalu tak acuh pada sapaan mereka, namun hari ini ber
(Beberapa jam sebelum kedatangan Kia)“Maaf, karena ada sedikit kesalahan teknis, acara harus kami undur sekitar 30 sampai 60 menit,” ujar Gerry kepada semua narasumber yang datang siang itu. meskipun kesalahan ini murni bukan karena ulahnya, Gerry selaku anak dari pemilik stasiun televisi itu tetap harus menurunkan egonya untuk meminta maaf.“Mau gimana lagi?” sahut salah seorang dari mereka.“Dan sebagai permintaan maaf kami, saya akan mentraktir makan siang di restoran saya. Bagaimana?” usul Gerry, mencairkan suasana.Para narasumber pun terlihat senang menanggapi usulan calon penerus kerajaan bisnis Chen. Beberapa di antara mereka bahkan baru mengetahui bahwa Gerry adalah anak tunggal dari pemilik stasiun televisi swasta tersebut. Mereka termasuk Gitsa langsung diantar oleh mobil operasional perusahaan yang cukup mewah ke salah satu cabang restoran Cina milik Gerry yang letaknya tak jauh dari tempat tersebut.Gerry sengaja memesankan sebuah privat room ukuran besar untuk menjaga
“Aya naon?” tanya ibu melihat perubahan raut wajah sang putri setelah mendapat telepon dari menantunya.“si Aa nyuruh aku cepet pulang,” jawab Kia dengan kesal.“Baru juga beberapa jam di sini, masa langsung nyuruh pulang? Gimana sih?” ibu juga tak kalah kesal. Ya, bagaimana tak kesal, sudah lebih dari satu bulan sang putri tidak mengunjunginya, dan baru beberapa jam saja menginjakan kaki di rumahnya, sang menantu sudah menyuruh putrinya untuk meninggalkannya lagi.Ingin sekali sang ibu menelpon menantu titisan Sultan itu seraya berkata ‘APA-APAAN?’, sambil memarahi menantunya itu yang tak tahu adab. Tapi kenyataannya, boro-boronya dia memarahi sang menantu, baru menatap wajah tampan pria yang menikahi putrinya saja langsung membuat nyalinya menciut. Entah karena malu atau karena segan, yang jelas Ibu tak pernah bisa mengobrol banyak pada menantunya sendiri.“Bawaan orok kali, jadi bapaknya kangen terus sama Neng Kia,” sahut si ibu penjual rujak.Sontak saja kedua ibu dan anak itu men
Setiba di kampung halamannya, entah mengapa membuat hati Kia gelisah, seperti ada sesuatu yang membuat dirinya begitu tidak nyaman dengan tempat itu. apa mungkin karena rumahnya yang telah dirombak habis sang suami, membuat Kia jadi harus beradaptasi dengan suasana rumah orang tuanya?Beberapa bulan lalu, Gerry meminta izin dari Kia untuk merenovasi rumah sederhana milik orang tuanya, dan itu cukup membuat Kia terharu saat itu. Akan tetapi, Kia tidak tahu jika renovasi versi Gerry sangat jauh dari bayangannya. Gerry bahkan membeli sebagian tanah warga yang ada di sekitar rumahnya, untuk memperluas rumah yang kini hanya diisi oleh sang ibu dan adik bungsunya. Rumah sederhana itu kini disulap layaknya kediaman seorang pejabat, bahkan rumah yang dulu hanya seluas kamar tidur utama di kediaman keluarga Chen, sekarang sudah melebihi rumah Pak Lurah di desa tempat sang ibu tinggal.(percakapan dalam bahasa Sunda)“Ini tanah siapa aja yang si Aa beli?” tanya Kia yang takjub dengan renovasi
“Gue harus gimana ini?” tanya Gerry dengan tergesa.Satria dan Thomas yang baru saja akan menikmati minumannya kembali tegang saat melihat Gerry kembali di hadapan mereka.“Ya minta maaf aja sih, apa susahnya?” sahut Thomas.“Gampang ya kalian para cowok minta maaf setelah ngelakuin kesalahan yang bikin perempuan sakit hati.” Amora terlihat kesal dengan jawaban suaminya.“Ya, gak gampang juga. Emang kamu pikir gampang bikin rayuan yang bikin kamu maafin aku? kadang aku sendiri aja lupa apa salah aku, tapi aku tetep berlapang dada minta maaf ke kamu.” Thomas tak mau kalah.“Oh, jadi selama ini kamu minta maaf ke aku karena terpaksa? Iya?”“Kok kamu jadi marah ke aku gini sih? Sekarang aku tanya, emang apa salah aku sampe kamu sewot gitu?” Thomas tak terima dituduh seperti itu oleh sang istri.“Pake nanya salah kamu apa lagi. Mas, aku tuh gak suka cara kamu nyelesein masalah, kamu tuh ter