Dua hari ini Kia terus saja memikirkan ucapan Mommy Rossi tentang pertanggung jawaban yang harus Gery lakukan pada dirinya. Kia terus berpikir, apa iya bapaknya menginginkan dirinya menikah dengan pria bejat itu?“Ini!” Suara berat Gery memecahkan lamunannya.“Maaf Pak,” jawab Kia sambil menundukan sedikit kepalanya seraya mengambil dokumen yang baru saja Gery tandatangani.“Tumben kamu minta maaf, biasanya bales bentak saya,” sindir Gery. Sebetulnya sedari kemarin Gerry terus memperhatikan sikap Kia yang kurang sigap dalam bekerja, tak seperti biasanya. Dan Gery pun yakin jika gadis itu sekarang sedang memikirkan ucapan mommynya. “kamu sakit?” Gery berpura-pura tidak tahu.“Enggak, saya baik-baik aja. Mungkin kecapean aja,” jawabnya yang masih berdiri di hadapan bosnya. “Pak!” panggil Kia ragu.“Kenapa? Mau tanya tentang Mommy? Dia udah jauh lebih baik dari kemarin.” Gerry seolah tidak peduli dengan mimik wajah sang sekretaris.“Oh, syukur deh, Alhamdulillah.” Wajahnya terlihat ragu-
“Ya, jangan besok lah, Pak!” sanggah Kia cepat, “Mommy Pak Gery juga masih di rumah sakit, seenggaknya kita tunggu sampe Mommy mendingan,” lanjutnya, mengingatkan.Dan Gerry hanya mendecih. Bukan pada perempuan yang baru saja melamarnya, tapi saat membayangkan apa yang sedang Mommynya lakukan saat ini. Pastinya wanita itu biasanya sedang mendengarkan laporan asisten pribadinya mengenai omset dari berbagai tempat usaha yang mommynya miliki.“Terus elu maunya kapan? Nunggu Mommy sembuh?” tanya Gery dengan malas, ya dia kini sudah malas membahas pernikahan yang hanya akan seumur jagung, atau mungkin seumur toge, entahlah.“Yang aku pikirin, gimana bilangin ya ke Mommy kalau kita ngasih tentang hal ini. Dia pasti curiga denger kita tiba-tiba niat nikah.”'Kagak bakal kaget lah Julehaaa, orang ini juga rencana Mommy gue.'“Bilang aja, tiba-tiba kamu jatuh cinta sama saya, jadi pengen ngawinin saya,” jawabnya asal.“Idih, idih. Ogah amat. Dimana harga diri aku sebagai cewek kalau Pak Gery n
Mommy Rossi terlihat terkejut saat mendengar berita yang disampaikan putranya dan Kia yang sore itu datang bersamaan, mengenai kedekatan mereka dan rencana menikah yang keduanya sampaikan. Meski semua itu hanyalah akting yang sedang wanita tua itu lakoni.“Jadi sejak kapan kalian pacaran?” tanya Mommy Rossi dengan wajah masih terlihat tak percaya. Wanita tua itu memang patut mendapat piala citra atas peran yang sedang ia perankan. Tak lupa sang sutradara kawakan, Kimmy yang sangat berperan penting dalam drama ia sutradarai.“Gimana ya ngomongnya?” Kia mulai gugup menjelaskan kebohongannya. “Sebetulnya kita gak bisa dibilang pacaran, cuma emang kita mulai deket sejak aku kerja di kantor,” jawabnya dengan gemuruh dalam dada. Ini adalah kebohongan pertama dalam hidup Kia, dan itu sungguh membuat hatinya tidak nyaman.“Kok kalian gak pernah bilang ke Mommy kalau kalian emang deket selama ini?” Kali ini Mommy Rossi memasang wajah kecewa. “Maaf, Mom. Bukan maksud aku nyembunyiin hal ini da
Malam pun berlalu dengan begitu cepat, Kia dan semua anggota keluarganya langsung sibuk mempersiapkan untuk menyambut hari esok. Apalagi jika bukan hari kedatangan keluarga calon besan yang akan melamar gadis cantik bernama Zaskia Sameera. Dan hal itu membuat para tetangga julid kian penasaran, tentang siapakah gerangan pria yang akan melamar kembang desa di kampung mereka, melihat begitu indahnya dekorasi di kediaman Kia. Karena hanya untuk sekedar untuk acara lamaran Kia dan keluarganya hingga menyewa tenda berukuran besar dengan dekorasi yang tak ubahnya seperti dekorasi pernikahan.(Percakapan dalam bahasa Sunda)“Ini mau nikahan apa lamaran Ceu?” tanya salah seorang tetangga yang ikut bantu-bantu masak.“Lmaran atuh, tapi katanya sambil langsung nentuin tanggal,” jawab Ibu dengan wajah penuh bangga. Setelah semalam ia berbicara cukup lama dengan calon besan perempuannya, yang terdengar sangat bahagia menjadikan putrinya sebagai menantu di keluarga mereka. Ibu jadi tak ragu lagi
Warga kampung dibuat heboh saat melihat iring-iringan mobil mewah memasuki perkampungan tempat tinggal mereka, yang ternyata menuju kediaman Kia.Ya, meski mereka sudah memprediksi bahwa bakal calon suami Kia berasal dari keluarga kaya, melihat betapa indahnya dekorasi yang terpasang.Semua orang tak menyangka jika calon suami Kia begitu kaya raya, melihat deretan mobil mewah yang terparkir di tanah lapang yang dekat rumah Kia, bisa mereka simpulkan jika kekayaan calon suami gadis itu jauh melebihi kekayaan H. Sadeli juragan beras yang ada di kampungnya, ataupun H. juded si juragan ayam potong. Dan puncak keterkejutan mereka adalah saat para tamu yang datang bersama calon besan keluar satu persatu dari dalam mobil, wajah-wajah internasional bertebaran di acara lamaran Kia, si Kembang Desa. Mulai dari wajah bule dengan rambut pirang milik Satria, wajah khas Timur Tengah yang dimiliki Thomas, dan wajah Chinese milik Gerry sang calon suami dan keluarganya. Ditambah lagi bingkisan-bingk
Setelah acara tukar cincin, yang adalah inti dari acara tersebut, para tamu undangan terutama para calon besan dipersilahkan untuk menikmati hidangan yang tersedia. Sebab acara penentuan tanggal pernikahan, akan mereka bahas secara pribadi setelah acara ini usai.Awalnya Kia sedikit malu saat melihat hidangan yang tersedia di meja prasmanan, meski ada beberapa menu masakan yang ia pesan tersaji di sana seperti iga asam manis, udang galah saus padang, dan menu beef teriyaki, tapi melihat di stand lainnya menu yang dihidangkan saat itu, cukup membuat Kia sedikit malu. Namun rasa rendah dirinya seketika lenyap, melihat para tamu malah antusias dengan menu yang sebetulnya diperuntukan untuk tamu lokal, malah membuatnya sedikit bangga. Karena ternyata para tamu lebih memilih menu masakan Sunda yang tersaji.“Om Mas, makan apa itu?” tanya Sachee melihat makanan yang menurutnya cukup aneh, karena baru pertama kali ia lihat.“Panggil Oncle aja, Omas, Omas,” gerutu Thomas pada keponakannya. “
Meski tak enak hati, tapi ibu Kia tak langsung mengiyakan permintaan calon besannya, walaupun pernikahan putrinya nanti hanya sebatas menikah saja tanpa resepsi besar, tapi kan tetap saja semua itu harus dipersiapkan dengan baik, dari segi apapun. Setelah acara pertunangan yang diselenggarakan siang itu, Kia pun ikut kembali ke Jakarta untuk melanjutkan pekerjaannya sebagai sekretaris namun rasa pemimpin redaksi yang selama beberapa bulan ini ia alami. Meskipun kini Kia sudah menjabat sebagai calon istri Gerry, tapi pria berkulit putih itu tetap saja memperlakukan Kia seperti biasanya. Tak ada yang spesial, bahkan kini kesibukan Kia semakin bertambah karena dia harus bolak-balik butik untuk mempersiapkan baju pengantin yang akan ia pakai nanti. Dan beberapa kali ia harus mengunjungi toko perhiasan untuk memesan cincin kawinnya, karena Gerry yang menyebalkan begitu sulit sekali mendapatkan kriteria cincin kawin yang cocok.Jam makan siang akan segera tiba sekitar 15 menit lagi, sambil
“Dia pikir dia cowok paling oke apa? Meski cowok idaman gue itu setipe oppa-oppa, tapi gue masih sadar betul elu cuma engkoh-engkoh.” Kia terus bersungut-sungut dari dalam lift. Sepertinya dia tidak sadar bahwa ada beberapa penumpang lain yang mendengar gerutuannya.Ternyata Hans sudah menunggunya di lobby, dengan seutas senyum, pria berlesung pipi itu bangkit dari tempat duduk untuk menyambut Kia.“Sorry, nunggu lama ya?” Kia merasa tak enak hati, padahal tadi ia segera pergi setelah jam makan siang dimulai tapi tetap saja membuat Hans menunggunya.“Gak juga, aku juga baru nyampe sini,” bualnya. Padahal kenyataannya sudah sejak 30 menit yang lalu ia duduk di kursi itu. “Kita jalan?”“Yuk.” Kia menyelaraskan langkahnya meski tetap menyisakan jarak aman.Setibanya mereka di restoran sushi yang Hans maksud tadi, pria itu langsung menyebutkan nomor meja yang sudah ia pesan. Hans memang salah satu tipe orang yang enak sekali diajak ngobrol dan saling bertukar pendapat, wawasan pria itu am
Perubahan hormon ibu hamil,membuat sifat gadis itu jadi banyak berubah, perempuan yang biasa giat bekerja itu jadi tiba-tiba saja jadi malas bekerja, jangankan bekerja, mandi pagi saja malas, karena setiap kali badannya tersentuh airnya, rasa mual pasti datang mendera. Bukan hanya itu saja, moodnya sangat mudah berubah, rasa bahagia dan sedih seperti hanya terpisah sehelai benang. Pagi ini contohnya, Gerry begitu terkejut saat mendengar suara isak tangis dari balik selimut yang masih membungkus tubuh sang istri. Dia menangis seperti seorang istri yang teraniaya, sama persis dengan para aktris di sinetron azab.“Kamu kenapa? Mual?” tanya Gerry dengan lembut dan penuh kasih. Sungguh, Kia pun bingung dengan dirinya sendiri, hanya karena mengingat drama romantis yang ia tonton semalam saja sudah membuat dirinya seperti seorang istri yang tidak dicintai, karena sikap Gerry yang tidak seromantis aktor-aktor dalam drama itu.“Kamu kenapa, aku tanya? Atau mau apa?” Gerry masih bersabar men
“Kalian emang mau kemana sih?” tanya Amora penuh curiga saat melihat sang suami dan dua pria sableng lainnya itu berpakaian rapi di malam hari.“Nganter Gerry, katanya ada sesuatu yang harus dia urus di sini,” jawab Thomas sambil melingkarkan jam rolex di pergelangan tangannya.“Kamu gak ada niatan macem-macem kan?” Amora langsung memandang sang suami dengan sinis.“Ini bukan waktunya kamu cemburu, Sayang. Di sini gak ada klab malam atau sejenisnya, cuman ada pasar malem yang katanya baru besok malem mulai buka,” jawab Thomas, dan segera mengecup singkat bibir sang istri sebelum wanita itu kembali mengucapkan hal-hal negatif kepadanya.Kejadian yang hampir sama pun terjadi di kamar lainnya, tepatnya di kamar Gerry dan Kia. Kia merasa ada yang sedang suaminya sembunyikan kepadanya, karena Gerry yang biasa mageran tiba-tiba memberitahukan dirinya bahwa dia dan kedua sahabatnya akan keluar malam itu.“Aa sebenernya mau kemana sih? Kalau emang mau ke rumah Pak Kades, kenapa gak ajak Pak R
Kia pikir ucapan Gerry yang akan mendatangi rumah Pak Kades hanya bualan saja. Untungnya saja semalam Kia berhasil mengalihkan perhatian sang suami yang ngeyel ingin mendatangi rumah kepala desa dengan cara mengajak sang suami melakukan ritual mengasikan yang mereka sukai, ditambah lagi cuaca malam tadi memang kurang mendukung, makin giat saja Gerry membuat suasana kamar mereka memanas.Tapi tidak untuk pagi ini, sebab Gerry sudah meminta sang adik ipar memanggil ketua RT di sana untuk menemani dirinya ke kantor balai desa agar bisa bertemu langsung dengan si kepala desa.“Aa, gak usah ke sana sih, mending titip pesen aja sama Pak RT, jadi biar Pak RT yang nyampein pesen Aa, ke Pak Kades,” pinta Kia, masih berusaha merayu sang suami di detik-detik terakhir.Pak RT yang ternyata masih kerabat Kia segera mengangguk setuju, sebab dia juga cukup sungkan untuk bertemu kepala desa hanya untuk membahas soal perbaikan jalan ke kampung mereka dalam waktu singkat, ditambah lagi hanya karena al
Mommy Rossi berusaha mengalihkan ngidam sang menantu dengan berbagai makanan mewah. Dia bahkan menyewa koki hotel bintang lima untuk memasak menu-menu andalan yang biasa diminati para tamu.“Ayo sayang, dimakan. Mommy sengaja sewa koki hotel buat masak makanan buat kamu,” ujar wanita itu, saat memanggil sang menantu untuk makan siang. “Tadi pagi Mommy liat kamu gak ngabisin sarapan kamu.”“Iya, Mom. Gak tau kenapa rasa makanan yang aku makan jadi aneh semua, dan kadang bikin aku mual,” jelas Kia yang masih betah meringkuk di balik selimutnya.“Wajar, kebanyakan perempuan yang lagi hamil muda emang begitu.”“Emang Mommy gak ngalamin kayak gini waktu hamil si Aa?” Kia yang sebetulnya sangat malas beranjak dari ranjang, akhirnya memaksakan diri untuk bangun. Sungguh perlakuan sang ibu mertua yang terlampau baik membuatnya sangat tidak enak hati.“Mommy tau hamil aja pas udah lima bulan, karena ada yang gerak di perut Mommy.”“Mommy emang gak merhatiin siklus haid Mommy?”“Siklus haid Mom
Gerry yang begitu bahagia langsung membawa Kia kepada sang Mommy yang saat itu masih berada di salah satu butiknya. Dengan senyum yang sejak tadi tak pernah pudar dari wajah tampannya, Gerry menggandeng tangan Kia ke dalam butik dengan tergesa-gesa.“Sabar A, pelan-pelan atuh!” tegur Kia yang merasa dirinya seperti diseret-seret sang suami.“Aku udah gak sabar liat reaksi mertua kamu,” jawabnya bersemangat. “Mau aku gendong, takutya kamu capek?”Belum apa-apa Gerry sudah berlebihan memperlakukan istrinya.“Dari rumah ibu ke sini aja, aku kuat nyetir sendiri, masa jalan dari parkiran ke dalem aja pake digendong?” Kia terkekeh geli. “Ya siapa tau aja kamu capek abis nyetir,” jawab Gery kemudian kembali menggandeng tangan sang istri, namun kini dengan langkah lebih santai, walaupun hatinya sama sekali tidak santai. Seperti biasa, kedatangan mereka selalu disambut ramah para karyawan butik, tapi jika biasanya Gerry bersikap cuek dan selalu tak acuh pada sapaan mereka, namun hari ini ber
(Beberapa jam sebelum kedatangan Kia)“Maaf, karena ada sedikit kesalahan teknis, acara harus kami undur sekitar 30 sampai 60 menit,” ujar Gerry kepada semua narasumber yang datang siang itu. meskipun kesalahan ini murni bukan karena ulahnya, Gerry selaku anak dari pemilik stasiun televisi itu tetap harus menurunkan egonya untuk meminta maaf.“Mau gimana lagi?” sahut salah seorang dari mereka.“Dan sebagai permintaan maaf kami, saya akan mentraktir makan siang di restoran saya. Bagaimana?” usul Gerry, mencairkan suasana.Para narasumber pun terlihat senang menanggapi usulan calon penerus kerajaan bisnis Chen. Beberapa di antara mereka bahkan baru mengetahui bahwa Gerry adalah anak tunggal dari pemilik stasiun televisi swasta tersebut. Mereka termasuk Gitsa langsung diantar oleh mobil operasional perusahaan yang cukup mewah ke salah satu cabang restoran Cina milik Gerry yang letaknya tak jauh dari tempat tersebut.Gerry sengaja memesankan sebuah privat room ukuran besar untuk menjaga
“Aya naon?” tanya ibu melihat perubahan raut wajah sang putri setelah mendapat telepon dari menantunya.“si Aa nyuruh aku cepet pulang,” jawab Kia dengan kesal.“Baru juga beberapa jam di sini, masa langsung nyuruh pulang? Gimana sih?” ibu juga tak kalah kesal. Ya, bagaimana tak kesal, sudah lebih dari satu bulan sang putri tidak mengunjunginya, dan baru beberapa jam saja menginjakan kaki di rumahnya, sang menantu sudah menyuruh putrinya untuk meninggalkannya lagi.Ingin sekali sang ibu menelpon menantu titisan Sultan itu seraya berkata ‘APA-APAAN?’, sambil memarahi menantunya itu yang tak tahu adab. Tapi kenyataannya, boro-boronya dia memarahi sang menantu, baru menatap wajah tampan pria yang menikahi putrinya saja langsung membuat nyalinya menciut. Entah karena malu atau karena segan, yang jelas Ibu tak pernah bisa mengobrol banyak pada menantunya sendiri.“Bawaan orok kali, jadi bapaknya kangen terus sama Neng Kia,” sahut si ibu penjual rujak.Sontak saja kedua ibu dan anak itu men
Setiba di kampung halamannya, entah mengapa membuat hati Kia gelisah, seperti ada sesuatu yang membuat dirinya begitu tidak nyaman dengan tempat itu. apa mungkin karena rumahnya yang telah dirombak habis sang suami, membuat Kia jadi harus beradaptasi dengan suasana rumah orang tuanya?Beberapa bulan lalu, Gerry meminta izin dari Kia untuk merenovasi rumah sederhana milik orang tuanya, dan itu cukup membuat Kia terharu saat itu. Akan tetapi, Kia tidak tahu jika renovasi versi Gerry sangat jauh dari bayangannya. Gerry bahkan membeli sebagian tanah warga yang ada di sekitar rumahnya, untuk memperluas rumah yang kini hanya diisi oleh sang ibu dan adik bungsunya. Rumah sederhana itu kini disulap layaknya kediaman seorang pejabat, bahkan rumah yang dulu hanya seluas kamar tidur utama di kediaman keluarga Chen, sekarang sudah melebihi rumah Pak Lurah di desa tempat sang ibu tinggal.(percakapan dalam bahasa Sunda)“Ini tanah siapa aja yang si Aa beli?” tanya Kia yang takjub dengan renovasi
“Gue harus gimana ini?” tanya Gerry dengan tergesa.Satria dan Thomas yang baru saja akan menikmati minumannya kembali tegang saat melihat Gerry kembali di hadapan mereka.“Ya minta maaf aja sih, apa susahnya?” sahut Thomas.“Gampang ya kalian para cowok minta maaf setelah ngelakuin kesalahan yang bikin perempuan sakit hati.” Amora terlihat kesal dengan jawaban suaminya.“Ya, gak gampang juga. Emang kamu pikir gampang bikin rayuan yang bikin kamu maafin aku? kadang aku sendiri aja lupa apa salah aku, tapi aku tetep berlapang dada minta maaf ke kamu.” Thomas tak mau kalah.“Oh, jadi selama ini kamu minta maaf ke aku karena terpaksa? Iya?”“Kok kamu jadi marah ke aku gini sih? Sekarang aku tanya, emang apa salah aku sampe kamu sewot gitu?” Thomas tak terima dituduh seperti itu oleh sang istri.“Pake nanya salah kamu apa lagi. Mas, aku tuh gak suka cara kamu nyelesein masalah, kamu tuh ter